5 Ajaran Kepemimpinan Paus Fransiskus
SATUHARAPAN.COM – Selama dua tahun mengemban tugas sebagai pemimpin tertinggi gereja Katolik—ditahbiskan 19 Maret 2013—Paus Fransiskus sudah mampu menyaingi kepopuleran Paus Yohanes Paulus II.
Dalam jejak pendapat yang diselenggarakan Pew minggu lalu, sembilan dari sepuluh orang Katolik di Amerika memilih Paus Fransiskus sebagai the most favorable. Di seluruh dunia, sebanyak enam puluh persen orang Katolik dan responden non-Katolik juga menetapkan Paus Fransiskus sebagai tokoh favorit pilihan mereka.
Namun ternyata, prestasi Paus kelahiran Argentina ini telah melampaui popularitasnya. Dalam dua tahun tersebut, Paus Fransiskus mampu melakukan reformasi ekonomi yang signifikan di Vatikan, terkait adanya laporan kecaman kapitalisme, diskusi fenomenal tentang perceraian dan homoseksualitas di gereja-gereja seluruh dunia.
Jadi, apa rahasia Paus Fransiskus menjadi seorang pemimpin yang sukses? Berikut ini lima hal yang bisa kita pelajari dari Paus Fransiskus.
Jadi Teladan
Paus reformis ini langsung menyoroti keuangan Vatikan guna membereskan skandal-skandal finansial negara tersebut. Bagi Paus, reformasi keuangan merupakan prioritas karena menyangkut tiga hal paling buruk, yakni korupsi, kewenangan yang berlebihan, dan ketidakpedulian terhadap kaum papa.
Paus memastikan akan memberikan teladan tata kelola keuangan yang baik untuk seluruh gereja di dunia. Targetnya, Paus Fransiskus ingin menjadikan Vatikan sebagai model global terbaik dalam praktik di bidang administrasi keuangan gereja. Namun, ia menegaskan bahwa ini bukan tujuan, tetapi mengajak seluruh dunia untuk menjadi pelopor cara memimpin Gereja di semua bidang, termasuk keuangan.
Tidak Ragu Pekerjakan Rival
Kardinal Australia, George Pell ragu terhadap reformasi keuangan yang diusung Paus Fransiskus. Sebagai kardinal konservatif, Pell merasa kecewa dengan pemilihan Paus karena ia khawatir Paus Fransiskus akan membawa Vatikan menuju era liberal.
Namun, Paus Fransiskus mengetahui penentangan Pell terhadap program keuangan gereja dan sadar bahwa gaya Pell yang blak-blakan justru efektif mendorong reformasi melalui lembaga tradisional ini. Pada pertemuan Maret 2014, Paus Fransiskus meminta Pell memimpin sektor keuangan Vatikan.
Serius Menuruti Penasihat
Sejak awal, Paus Fransiskus bersedia mendengarkan orang-orang di sekelilingnya. Sebagai langkah awal, misalnya, ia membentuk Dewan Kardinal Penasihat, yang terdiri atas delapan anggota dari seluruh dunia dengan berbagai ideologi. Kelompok ini menasihati setiap aksi-aksi Paus, misalnya saat ia menaruh perhatian terhadap isu keluarga mengenai perceraian dan pernikahan ulang.
Namun, Berani Juga Mengabaikan Saran
Meski Paus Fransiskus serius menerima saran yang diajukan kepadanya, ia juga tak segan mengabaikan anjuran dari para penasihat. Ia bertindak sendiri untuk memastikan agendanya berjalan.
Misalnya, saat Uskup Nunzio Galantino dipilih menjadi sekretaris jenderal Konferensi Waligereja dari Italia pada Desember 2013. Galantino memiliki reputasi sebagai pribadi yang rendah hati. Ini mampu menarik perhatian Paus Fransiskus, tetapi ia tidak terlalu populer di kalangan pendeta Italia. Ketika Paus Fransiskus meminta calon nama untuk mengisi peran sekretaris jenderal, hampir 500 pendeta Italia mengajukan rekomendasi lain. Galantino menerima hanya menerima satu rekomendasi. Paus Fransiskus akhirnya memilih Galantino.
Mudah Dijangkau
Sebagai pemimpin Vatikan, Paus Fransiskus punya banyak alasan untuk sakit kepala karena harus berhadapan dengan banyak keruwetan. Namun, sebagai pemimpin hampir 1,1 miliar umat Katolik, ia punya cara unik untuk terus menjangkau para umatnya. Misalnya, ia bisa melakukan panggilan telepon yang membuat para pengikutnya terkejut. Pernah ada panggilan telepon untuk Michele Ferri (14), saudara laki-laki operator SPBU yang telah tewas dalam perampokan bersenjata. Paus juga pernah menelepon seorang kritikus Vatikan yang terbaring di rumah sakit dan perempuan Italia yang mengirim surat untuk Paus agar membantunya memecahkan misteri pembunuhan putrinya, serta masih banyak lagi yang belum dilaporkan ke media.
Dalam satu kasus yang dilaporkan, Paus pernah menelepon biara Carmelite di Spanyol hanya untuk mengucapkan selamat tahun baru. Ketika mereka tidak menjawab panggilan tersebut, Paus meninggalkan pesan dan dengan nada bercanda ia bertanya, “Apa yang sedang biarawati lakukan sehingga tidak menjawab telepon?” Kemudian ia menelepon kembali dan kali ini para biarawati mengerumuni telepon untuk berbicara dengan Francis pada speakerphone. (time.com)
Editor : Bayu Probo
Kepala Pasukan UNIFIL: Posisi PBB di Lebanon Berisiko Didudu...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Kepala pasukan penjaga perdamaian PBB mengatakan pada hari Jumat (1/11) bahw...