70 Tahun BPK Penabur: Berani Berubah, Semakin Peduli dan Berbagi
SATUHARAPAN.COM-Ketika saya diminta menuliskan refleksi HUT ke-70 Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur, maka saya terkejut dengan dua hal: pertama adalah kenapa saya yang harus menulis? dan yang kedua saya harus menulis apa? Kebingungan saya bertambah karena pandemi COVID-19 mengubah banyak hal dalam tatatan kenormalan yang selama ini kita jalani, termasuk di dalamnya dalam dunia pendidikan.
Baru saja kita diingatkan tentang era masyarakat Industri 4.0, yang paling tidak menghasilkan lima hal yang tidak bisa kita abaikan, yaitu: distrupting (gangguan), Invading (serbuan), Shifting (pergeseran), Changing (perubahan), obscuring (tidak jelas). Kelima hal itu ada dan terjadi di semua bidang kehidupan manusia. Mulai dari sekolah sampai hotel, mulai dari pencarian dan pembelian camilan hingga membeli perangkat komputer. “Everything that can be automated, will be automated”.
Dan setelah itu disusul dengan era informasi 5.0, masyarakat informasi yang dibangun dengan tujuan untuk menghasilkan kemakmuran dan kemudahan-kemudahan bagi manusia dengan segala hal yang bersifat online. Sebuah era yang ditandai dengan logika digital yang melaluinya setiap orang bisa menikmati aksesibilitas yang sangat luas dengan banyaknya kanal. Inilah era yang sangat efektif dan efisien, inilah era Hi Touch dan Hi Tech.
Di tengah perjalanan kita menuju ke sana, lalu tiba-tiba dunia diguncang dengan pandemi virus corona yang menghasilkan dampak yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Dan Indonesia tidak siap dengan kondisi tersebut, bagaikan sebuah kapal di tengah lautan luas yang berhadapan dengan badai, namun tidak dapat mencari jalan memutar untuk menghindar selain maju terus tanpa perbekalan yang cukup.
Situasi ini yang mewarnai rasa syukur kita atas tujuh puluh tahun ulang tahun BPK Penabur sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari rahim gereja. Oleh karenanya thema “Berani Berubah – Semakin Perduli dan Berbagi” menjadi sangat relevan dan kontekstual.
Prinsip dalam Pendidikan
BPK Penabur sebagai lembaga pendidikan tidak mempunyai pilihan lain selain segera melakukan banyak perubahan. Salah satunya adalah kegiatan pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah (leaning from home). Ini adalah sebuah lompatan baru dalam dunia pendidikan di mana interaksi dalam perjumpaan digantikan dengan pembelajaran online.
Awalnya memang hal ini menimbulkan kegamangan, tetapi bukankah kita menjadi bisa karena terbiasa. Perlahan-lahan berjalan dan sampai akhirnya semua berjalan dengan lebih siap. Mulai dari rapat, belajar, ibadah hingga wisuda dilakukan secara online.
Yang menjadi penting dalam situasi ini adalah bagaimana prinsip pedagogi itu dapat tetap dialami. Parker J Palmer pernah berkata “pembelajaran yang sesungguhnya itu belum terjadi sampai siswa benar-benar dibawa dengan relasi dengan guru, dengan sesama siswa dan dengan pelajaran”. Saya kira ini salah satu tantangan Penabur. Saya teringat akan apa yang Alm Pdt. Kuntadi sampaikan dalam salah satu refleksinya ketika bicara soal scientia dan sapientia, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia modern dengan sains dan kearifan. Sains adalah kecerdasan yang di simpan di kepala dan dapat digunakan secara impersonal, sementara kearifan adalah kecerdasan yang datang dari lubuk hati dan hanya dapat dihidupkan melalui relasi antar personal.
Dalam pendidikan, kedua hal itulah yang perlu dihidupi secara seimbang, dan BPK Penabur sebagai lembaga pendidikan Kristen tentunya menjadi serius untuk memberikan perhatian pada bagian itu dengan sistem pembelajaran jarak jauh yang sekarang dilakukan.
Bagaimana kita menolong anak-anak untuk menjadi pribadi yang tahu tentang fakta dan data, tentang rumus dan cara, tetapi tentang bagaimana semua yang mereka tahu itu dalam praksis, dan hal itu baru bisa terjadi dalam konteks kumunal – yang karena covid sekarang ini terdistrup.
Belajar Online
Hal lain yang tidak kalah penting di era virtual sekarang ini adalah realitas tetang banyaknya sumber-sumber belajar online baik kata, gambar, suara, video atau apapun juga akan dengan mudah menjadi nara sumber bagi anak-anak didik kita. Dan ini mungkin tidak terbayangkan oleh lembaga pedagogi konservatif yang sebelumnya ada di genggaman guru yang dianggap serba tahu. Dalam era belajar online sekarang ini anak-anak dikelilingi oleh banyak pihak yang akan mempengaruhi dirinya.
Dalam dua realita itulah maka guru atau lembaga-lembaga pendidikan diajak untuk tidak hanya berkreativitas dengan baik, tetapi juga berkomitmen sungguh-sungguh dengan panggilan dan tanggung jawab profesionalnya. Para pendidik di sekolah-sekolah akan berkompetisi dengan banyak nara sumber virtual yang juga bisa dilihat anak-anak didik. Hal ini tentunya akan mempengaruhi mood anak didik untuk memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan. Bisa saja karena keharusan mereka mengikutinya, tetapi mereka tidak meletakkan hatinya di sana.
Belum lagi jika kita berbicara soal kemungkinan ada di antara anak didik kita yang tidak terlengkapi dengan sarana yang menunjang untuk model pembelajaran online. (Dan menurut “bisik-bisik” yang saya dengar sih ada). Bagaimana dengan mereka, karena bencana COVID-19 ini diperkirakan akan ada banyak anak-anak yang terpaksa putus sekolah.
Dalam semangat tema ulang tahun yang ke tujuh puluh ini, maka semestiya BPK Penabur juga mulai memikirkan banyak hal di luar kepentingannya sendiri. Bukankah demikian ketika umumnya ketika usia kita menjadi semakin lanjut, ketika umur kita terus bertambah. Berpindah dari banyak hal yang kita lakukan untuk diri kita sendiri kepada banyak hal yang dapat kita lakukan bagi orang lain. Beralih dari sikap egois dan egosentris kepada sikap yang perduli dan berbagi.
Bukan hanya cakap mengelola scientia tetapi juga mempraktekkan sapientia. Sukses dihadapan sesama tetapi juga berharga dimata Sang Pencipta. Dari sanalah keberanian untuk berubah disertai dengan kesungguhan untuk terus berbuah sebagaimana yang dinyatakan dalam theme song BPK Penabur 70 tahun.
Sebagai penutup, saya ingin menyegarkan ingatan kita para insan BPK Penabur, motto BPK Penabur, yaitu “Iman, Ilmu dan Pelayanan” baru muncul sekitar tahun 1980 an, hasil dari sebuah perlombaan membuat motto yang pas untuk BPK Penabur. Ada 130 usulan motto untuk pelayanan Penabur, dan salah satu di antara usulan itu datang dari seorang siswa BPK Penabur bernama Svatyariani Padjarkasih. Padjar mengusulkan motto Penabur adalah: “Iman, Ilmu dan Pengabdian” – yang kemudian melalui persidangan Pleno di Bina Warga pada bulan Nopember 1984 di sempurnakan menjadi “Iman, Ilmu dan Pelayanan”. Kedua motto itu mempunyai semangat yang sama, yaitu kesadaran untuk menjadi beriman, berilmu dan menghamba atau melayani.
Selamat Ulang tahun BPK Penabur – Berani berubah, dalam semangat untuk perduli serta kerelaan untuk berbagi.
Editor : Sabar Subekti
Susu Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah studi baru, para peneliti menemukan bahwa konsumsi susu yang tidak...