8 Orang Terkaya Miliki Setara Harta 3,6 Miliar Penduduk Bumi
DAVOS, SATUHARAPAN.COM - Kesenjangan antara orang kaya dan miskin kian melebar di dunia. Delapan orang terkaya sejagad (semuanya pria) memiliki kekayaan setara dengan milik setengah penduduk dunia termiskin, yang jumlahnya 3,6 miliar orang.
Data ini diumumkan oleh lembaga amal Oxfam yang berpusat di Inggris, hari ini (16/3), dalam sebuah laporan yang menyerukan perlunya tindakan untuk mengurangi keuntungan bagi orang-orang yang berada di kelompok teratas orang-orang kaya.
Seiring dengan berkumpulnya para eksekutif dan orang-orang terkaya di Davos pekan ini dalam rangkaian acara World Economic Forum (WEF), laporan Oxfam menunjukkan kesenjangan kekayaan semakin melebar dibanding waktu-waktu sebelumnya. Dalam laporan paling mutakhir ini dengan tambahan data baru dari Tiongkok dan India, diketahui bahwa kekayaan yang dimiliki oleh setengah penduduk termiskin dunia lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.
Oxfam, yang menyebut kesenjangan ini tak sepantasnya, mengatakan seandainya data terbaru tambahan ini sudah tersedia sebelumhya, itu akan menunjukkan bahwa pada tahun 2016 sembilan orang terkaya dunia memiliki kekayaan yang jumlahnya sama dengan yang dimiliki setengah penduduk termiskin (atau 3,6 miliar), bukan 62 orang seperti taksiran pada saat itu.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2010, gabungan aset dari 43 orang terkaya dunia sama dengan kekayaan 50 persen penduduk termiskin dunia, menurut perhitungan terbaru.
Ketimpangan kekayaan telah menjadi agenda dunia dalam beberapa tahun terakhir. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional dan Paus, di antaranya, adalah mereka yang memperingatkan efek korosif dari ketimpangan kekayaan. Sementara itu kebencian terhadap elit masyarakat telah menjadi bahan bakar kebangkitan politik populis.
Menurut laporan itu, sebagaimana diberitakan oleh Reuters, banyak yang tidak ingin diam dan gelisah atas ketimpangan ini. Dan kemenangan Trump serta Brexit menjadi bagian dari pendorongnya. "Tetapi terdapat kekurangan alternatif terhadap praktik business as usual," kata Max Lawson, kepala kebijakan Oxfam.
Oxfam menyerukan dalam laporannya untuk menindak penghindaran pajak, dan menyingkirkan praktik yang mengistimewakan orang-orang kaya sehingga membayar pajak lebih kecil dari yang seharusnya.
Menurut Oxfam, pada saat banyak pekerja berjuang dengan pendapatan yang stagnan, kekayaan orang-orang super kaya meningkat rata-rata 11 persen per tahun sejak tahun 2009.
Bill Gates, orang terkaya di dunia yang biasa hadir di Davos, kekayaannya meningkat 50 persen atau US$ 25 miliar sejak mengumumkan rencana untuk meninggalkan Microsoft pada tahun 2006, meskipun ia juga berupaya untuk menyumbangkan kekayaannya.
Sementara Gates menjadi contoh bagaimana kekayaan yang luar biasa dapat didaur ulang untuk membantu orang miskin, Oxfam percaya "filantropi besar" saja tidak akan dapat mengatasi masalah mendasar.
"Jika miliarder memilih untuk memberikan uang mereka, itu hal yang baik. Tapi ketidakmerataan adalah persoalan penting dan Anda tidak dapat membiarkan seorang kaya membayar pajak dengan tarif yang lebih rendah dari pada sekretarisnya atau petugas kebersihannya," kata Lawson.
Oxfam mendasarkan perhitungannya pada data dari bank Credit Suisse dan Forbes. Delapan orang yang disebutkan dalam laporan ini adalah Bill Gates, Pendiri Inditex, Amancio Ortega, Investor Global, Warren Buffett, Pengusaha Meksiko, Carlos Slim, bos Amazon, Jeff Bezos, Pemilik Facebook, Mark Zuckerberg, Pemilik Oracle, Larry Ellison dan mantan Walikota New York City, Michael Bloomberg.
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...