Albertus Patty Dukung GKI Yasmin untuk Ibadah, Bukan Berdemo
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tokoh lintas agama dari GKI Maulana Yusuf, Bandung, Albertus Patty dalam kapasitasnya sebagai salah satu kandidat Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengatakan dalam kasus GKI Yasmin, dirinya mendukung perjuangan umat untuk beribadah, tetapi ia tidak setuju apabila setelah ibadah itu dilanjutkan dengan berdemo.
Hal tersebut ia sampaikan saat ditemui satuharapan.com usai Diskusi Publik Mencari Ketua Umum PGI2014-2019 di Wisma 76, Grogol, Jakarta Barat, Jumat (3/10), sebagai bentuk klarifikasi atas pemberitaan dirinya yang menghasut ormas-ormas (organisasi masyarakat, Red), pemerintah sampai dunia internasional untuk membungkam suara jemaat GKI Yasmin.
“Posisi kita tetap mendukung, tetapi apabila seusai ibadah terjadi aksi memaki-maki, itu yang tidak kita inginkan. Kalau mau beribadah, ya beribadah saja, begitu juga kalau mau berdemo, ya berdemo saja. Kita mau upaya yang dilakukan tetap santun, kan kita bisa melakukan pendekatan-pendekatan dengan teman-teman secara kultural, karena ini bukan hanya persoalan di tingkat pejabat saja, tetapi juga ada masalah di tingkat akar rumput,” jelas Patty.
Selama ini, lanjut dia, teman-teman dari GKI Yasmin hanya melihat dari sudut pandang hukum, dan memang secara hukum sudah benar, hanya persoalan di akar rumput itulah yang sulit, maka kalau di tingkat akar rumput sudah ada jalan, barulah masuk ke tingkat pemerintah.
“Kita harus pahami bahwa pertama, di banyak daerah terutama di Jawa Barat (Jabar), tingkat kekerasan dan konflik antaragama paling tinggi di Indonesia. Kedua, tidak siapnya masyarakat menerima heterogenitas, karena daerah pinggiran sebenarnya sejak awal merupakan daerah homogen dalam arti satu agama satu suku, kemudian seiring waktu banyak terjadi perpindahan penduduk karena harga tanah di tengah kota mahal. Maka kelompok masyarakat di pinggiran itu saat ini tengah mengalami semacam keterkejutan akibat heterogenitas itu,” urai pendeta yang telah melayani selama 25 tahun sebagai gembala di GKI Maulana Yusuf.
Dia menilai, sebenarnya ini menjadi tugas gereja juga untuk membantu masyarakat yang mengalami prasangka-prasangka semacam itu, agar mengingatkan mereka bahwa umat Kristen bukan musuh, melainkan teman. Proses seperti itulah yang memakan waktu lama, dan membutuhkan kesabaran yang panjang.
“Jadi kita tidak bisa hanya menuntut pemerintah melakukan ini dan itu, tetapi masyarakatnya juga harus disiapkan,” pungkas dia.
Tetapi sayangnya, masalah ini ada karena disebabkan pula oleh kelemahan pemimpin kita (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono/SBY, Red), yang terkadang tidak memegang teguh konstitusi dan tidak tegas. Tetapi di luar itu semua, gereja tidak hanya memperjuangkan GKI Yasmin, tetapi juga kebebasan beragama bagi kelompok iman lainnya.
“Saya berharap besar kepada pemimpin seperti Jokowi, dengan melihat kasus Lurah Susan kemarin, di mana ia sendiri yang turun langsung menemui para pendemo Lurah Susan di Lenteng Agung. GKI Yasmin hanya satu persoalan, sedangkan masih banyak persoalan lainnya seperti kasus Syiah, Ahmadiyah, dan lain sebagainya,” ungkap pendeta berhasil memperoleh gelar doktor dari Amerika Serikat, dan baru saja menulis buku tentang pluralisme itu.
Dia katakan bahwa gereja juga selalu mengingatkan kepada anggota-anggota PGI, karena terdapat di beberapa daerah, justru agama Kristenlah yang justru mayoritas, maka umat gereja harus bisa menjadi contoh menghormati kepercayaan lain, toleransi, jangan mendiskriminasi, misalnya di daerah Sulawesi Utara, Papua, atau Kupang, dan daerah lainnya.
Kemudian, gereja juga mengingatkan bagi umat Kristen yang berada di daerah minoritas, selain tetap mempertahankan perjuangan menuntut hak-haknya, juga perlu disadari bahwa mereka harus ikut ambil bagian sebagai warga masyarakat, mengingat dalam sejarahnya, kemerdekaan ini juga dicapai atas kerja sama lintas agama.
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...