Andar Ismail: Buku Harus Murah dan Mudah Dijangkau
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – "Sebuah buku jangan dibuat versi digital karena nanti akan sulit untuk dijangkau masyarakat di pelosok dan pedalaman Indonesia," kata Pdt Andar Ismail. Pagi tadi, Pdt. Dr. Andar Ismail, M.Th. menerima satuharapan.com di kantornya di BPK Gunung Mulia, Jakarta (4/9).
“Tidak, buku ini untuk dicetak. Tidak, karena yang paling penting adalah tulisan saya dapat menjangkau masyarakat yang ada di pedalaman,” kata pendeta yang rutin menulis di majalah PGI Oikumene tersebut.
Andar melanjutkan bahwa biaya untuk cetak terkadang tidak terjangkau, dan ada beberapa masyarakat di pedalaman yang belum mengenal terlalu dalam tentang teknologi. Masyarakat Indonesia lebih membutuhkan buku yang mudah dan murah.
“Buku cetak saja sudah mahal, apalagi kalau versi digital bagaimana mereka bisa membacanya? Kita harus bisa memulai dengan tingkat paling rendah dahulu. Masyarakat kita membutuhkan buku yang dicetak semurah dan semudah mungkin dijangkau. Terutama, masyarakat di daerah terpencil dan golongan masyarakat yang berdaya beli rendah,” lanjut Andar.
Sumber Inspirasi Andar Ismail
Menjaga konsistensi dan ritme menulis merupakan langkah yang senantiasa dilakukan Andar Ismail untuk tetap dapat berkarya dalam dunia kepenulisan kristiani. Andar mengatakan bahwa dirinya membaca berpuluh-puluh bahkan ratusan buku sehingga setiap hari pengetahuan bertambah. Ia mengatakan bahwa inspirasi hadir dari banyaknya realitas hidup sehari-hari di lingkungan pergaulan sekitarnya dan bertambahnya pengetahuan seiring dengan buku yang dia baca setiap hari.
“Saya pergi ke toko buku, beli buku, membacanya, lalu beli buku lagi dan saya menulis. Saya tiap hari menulis. Namun, itu dimulai dari disiplin setiap hari membaca buku,” kata Andar.
Sejak kecil, Andar sudah nampak serius dan bergumul dengan buku. Andar Ismail menjadi anggota Volks Bibliothek, yakni perpustakaan milik Kotapraja Bandung yang terbuka untuk umum dengan puluhan ribu buku berbahasa Belanda.
Andar Ismail memulai pelayanannya di GKI Samanhudi pada 1963, dua program yang ditanganinya saat itu adalah pembinaan eklesiologi bagi warga jemaat biasa selama 24 x 4 jam efektif dan penataran calon penulis selama 40 x 2 jam efektif.
Setiap Minggu Andar menulis artikel kristiani berbentuk editorial untuk Warta GKI Samanhudi tentang peristiwa yang terjadi pekan itu di dalam dan di luar negeri. BPK Gunung Mulia kemudian menugaskan Andar menulis dua buku cerita anak yaitu Tuhan Ampunilah Kecerobohanku dan Tuhan Damaikanlah Orangtuaku.
Buku Seri Selamat yang Andar Ismail tulis, diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Tiap buku rata-rata bertiras 10.000 dan cepat habis terjual. Dewan Gereja Asia pernah berkomentar, “Eka Darmaputera dan Andar tidak diragukan lagi sebagai penulis Kristiani paling kaliber di negara kepulauan itu (Indonesia).
Andar dalam kesempatan berbicara dengan satuharapan.com mengatakan bahwa buku-buku yang telah dia tulis merupakan masalah yang ada sehari-hari, namun dengan sudut pandang Kristen.
“Buku-buku yang saya tulis adalah dari sudut pandang kristiani, tetapi tentang masalah yang umum. Masalah sehari-hari, ada korupsi, lingkungan hidup, kepemimpinan, kemajemukan budaya, etnis, kemajemukan masyarakat, tetapi dari sudut pandang kristen tetapi isu-isunya masalah sehari-hari yang mudah dijumpai dalam masyarakat,” kata penulis yang pernah mendapat pujian dari pakar bahasa Indonesia, J.S Badudu, dalam sebuah kesempatan seminar.
Siapa Pun Bisa Jadi Penulis
Andar mengatakan bahwa siapa pun dapat menjadi penulis, karena, dalam sudut pandang agama Kristen, menurut Andar menulis merupakan sebuah sarana berbagi ilmu yang menjadi kewajiban setiap orang.
“Tidak ada hubungannya dengan mimbar, atau khotbah. Menulis bukan tugas pendeta, tetapi merupakan tugas semua orang. Tetapi tidak semua orang menjadi penulis, dalam artian kalau hendak berbagi ilmu merupakan tugas setiap orang,” lanjut Andar.
Andar berpendapat bahwa buku-buku yang saat ini ditulisnya, dan juga buku-buku yang ada di BPK Gunung Mulia merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa.
“Buku buku yang diterbitkan oleh penerbit kristen seharusnya adalah buku yang memperlebar wawasan masyarakat mencerdaskan bangsa, menjadikan orang tidak fanatik dan membuat orang yang tidak peduli menjadi berempati kepada. Peduli terhadap lingkungan hidup misalnya, minat baca yang rendah, ketidakjujuran dalam masyarakat,” kata Andar Ismail.
Editor : Bayu Probo
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...