Asam Kandis, Kerabat Manggis Penyedap Masakan
SATUHARAPAN.COM – Asam kandis banyak dipakai dalam menu masakan Sumatera. Bumbu dapur ini membuat sedap masakan rendang, pindang ikan, pindang daging, hingga kari.
Asam kandis dimanfaatkan buahnya. Rasanya masam. Yang dijadikan bumbu dapur adalah kulit buahnya yang rasanya asam kelat. Biasanya, asam kandis dimasukkan dalam bentuk utuh ke dalam masakan, atau dihaluskan bersama bumbu masakan lain.
Pengolahan buah asam kandis menjadi bumbu dapur,mengutip dari Wikipedia, dilakukan dengan cara mengiris tipis-tipis buah yang sudah matang, lalu menjemurnya di terik matahari selama beberapa hari sampai kering. Asam kandis tahan di simpan bertahun-tahun. Asam kandis yang baik adalah yang berwarna merah kecokelatan. Asam kandis yang sudah berwarna hitam menunjukkan proses pengeringan yang tidak sempurna, masih lembap sudah disimpan.
Selain dikeringkan menjadi bumbu masakan, asam kandis juga diolah menjadi selai. Asam kandis yang dikeringkan juga berfungsi sebagai pewarna makanan dan menghasilkan warna makanan yang hitam pekat.
Asam kandis, yang memiliki nama ilmiah Garcinia xanthochymus, Hook. f. ex T. Anderson, masih sekerabat dengan manggis dan asam gelugur. Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini disebut false mangosteen atau yellow mangosteen.
Mengutip dari Wikipedia, asam kandis adalah pohon hijau abadi berukuran 15 m – 30 m yang berasal dari India. Situs web National Tropical Botanical Garden, ntbg.org, menyebutkan tumbuhan ini menyebar terutama ke kawasan Asia Tenggara, dan menyimak situs web tropical.theferns.info, penyebarannya mencapai wilayah timur daratan Tiongkok.
Di daerah penyebarannya, asam kandis, mengutip dari ecocrop.fao.org, juga disebut gamboge tree, mada-luang, mada, chank-hasa.
Tajuknya berbentuk seperti piramid, dengan batang utama tegak dan cabang-cabangnya tumbuh mendatar, seperti pohon manggis. Kulit batangnya berwarna hitam keabuan, bergetah kuning sampai kuning kecokelatan. Daunnya lanset memanjang, sempit, berwarna hijau tua, dengan panjang 12–24 cm.
Buahnya agak membulat, meruncing, dengan diameter mencapai 9 cm, berwarna jingga pucat atau kuning pekat. Varietas yang tumbuh di Pulau Sumatera, terutama Sumatera Selatan, memiliki bentuk buah bulat dengan ujung buah cekung ke dalam. Warna buah yang matang kuning kecokelatan, sedikit bergetah berwarna kuning sampai kuning kecokelatan, sementara buah yang masih muda berwarna hijau muda. Buah terdiri atas kulit buah, 4 - 5 biji yang masing-masing diselimuti daging buah.
Tumbuhan ini menyukai naungan dan suasana lembap, seperti hutan di lembah maupun perbukitan di ketinggian antara 600 – 1.000 meter di atas permukaan air laut. Pembungaan biasanya terjadi setelah masa kering yang cukup panjang (minimal tiga bulan) dan bisa berbunga dua kali setahun.
Manfaat dan Khasiat Asam Kandis
Mengutip dari Useful Tropical Fruits (tropical.theferns.info), asam kandis dapat dikonsumsi langsung dalam keadaan segar, atau diolah menjadi sup buah, selain diolah menjadi selai. Buah asam kandis kaya akan asam sitrat. Pemanfaatan lain, mengutip dari Wikipedia, adalah sebagai sumber bahan pewarna.
Gamboge, getah tumbuhan, yang kemudian juga menjadi nama tumbuhan ini, biasa dimanfaatkan untuk bahan pewarna alami kuning, termasuk dimanfaatkan untuk memberi warna jubah para biarawan Buddha.
Biji dari buah asam kandis, mengandung minyak hingga 17 persen.
Sama dengan spesies Garcinia lain, asam kandis juga memiliki kandungan tinggi senyawa sekunder yang disebut xanthone yang dilaporkan memiliki sifat antibakteri dan antimalaria.
Pada ekstrak kulit Garcinia xanthochymus ditemukan kandungan untuk merangsang pertumbuhan neuron atau jaringan saraf. Penelitian dilakukan untuk menyelidiki aktivitas antiinflamasi dari daun asam kandis. Pengaruh ekstrak dalam menghambat peradangan yang diinduksi pada tikus dianggap signifikan secara statistik.
Penelitian-penelitian yang menggali kandungan asam kandis yang memiliki prospek obat tersebut dilakukan di antaranya pada tahun 2003 oleh W Chanmahasathien, Y Li, M Satake, Y Oshima, M Ishibashi, N Ruangrungsi, dan Y Ohizumi, “Prenylated Xanthones from Garcinia xanthochymus”, yang dipublikasikan dalam Chemical Pharmaceutical Bulletin 51(11): 1332-1334.
Penelitian lain dilakukan SC Pal, SA Nirmal, PS Borhade, C Pawar, S Kshirsagar, dan S Atpade pada tahun 2005, “Anti-inflammatory activity of various extracts of leaves of Garcinia xanthochymus”, yang dipublikasikan dalam Indian Journal of Pharmaceutical Sciences 67(3) 394-395.)
Di Indonesia, pada 2007, Puji Ardiningsih dan Risa Nofiani (Institusi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura), melakukan penelitian “Karakterisasi Asam Kandis (Garcinia sp) sebagai Pengawet Alami “. Melalui penelitian itu, mereka mempelajari aktivitas asam kandis sebagai pengawet ikan ditinjau dari segi spektrurn antimikroba, serta mengetahui kemampuan asam kandis dalam mempertahankan kesegaran ikan pada penyimpanan temperatur ruang. Hasil penelitian menyebutkan penambahan asam kandis sebesar 50 persen mampu mengeliminasi bakteri.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...