Atlet Difabel Bersyukur Boleh Berlatih dari Tempat Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Atlet difabel cabang olah raga panahan bersyukur tempat mereka bekerja atau bersekolah memberi izin mereka untuk melakukan latihan rutin dalam rangka menghadapi Peparnas (Pekan Paralimpiade Nasional) 2016 yang akan berlangsung di Jawa Barat.
“Kalau (latihan) ini kan Selasa, dan Sabtu, dan kebetulan saya kerja. Tapi untungnya kantor mengizinkan, dan saya minta izin satu hari, kantor bilang boleh di hari Selasa,” kata Zainuddin, salah satu atlet difabel cabang panahan nomor kursi roda kepada satuharapan.com, Selasa (4/8) di Lapangan Panahan Pulomas, Jalan Kayu Putih Utara I, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta.
Saat ini Zainuddin adalah karyawan sebuah perusahaan swasta di Jakarta Timur, dan dia datang berlatih pada pagi hingga siang hari. Setelah itu dia diharuskan kembali ke kantornya.
“Kalau surat izin itu saya minta dari NPC (National Paralympic Committee) Provinsi DKI Jakarta, dan saya sebelumnya udah bilang ke perusahaan, kalau ada pelatihan Perpanas ini,” kata Zainuddin.
Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) adalah menyerupai Pekan Olahraga Nasional (PON) bagi atlet penyandang difabilitas Indonesia. Perbedaan PON dan Peparnas terletak pada pembagian kelas dan teknis pertandingan, dimana atlit dikelompokkan berdasarkan kondisi fisiknya. Dulunya, Peparnas disebut Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas), namun kemudian kata cacat diganti dengan kata paralimpiade.
Dalam kesempatan yang sama, Cindy Octarina, atlet difabel panahan nomor standing (berdiri) yang sehari-hari masih mahasiswi aktif Program Studi Kedokteran Gigi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta mengemukakan di sela-sela kerja praktik dia masih ada waktu untuk berlatih panahan, dan dia mengemukakan sejauh ini tidak ada kendala membagi waktu antara latihan dan kuliah.
“Saya masih kuliah, dan kalau praktik masih didampingi. Dan saya kalau misalnya harus cabut gigi pasien, masih didampingi, dan kebetulan klinik ada di kampus jadi tidak terlalu jauh,” kata Cindy kepada satuharapan.com.
Sama halnya dengan, Slamet, atlet difabel cabang olah raga panahan nomor standing (berdiri), yang bekerja di sebuah bengkel pembuatan kusen rumah tangga. Slamet mengatakan setiap Selasa diizinkan atasannya untuk berlatih di Lapangan Pulomas, Jakarta.
“Kalau di tempat kerja saya bebas, maksudnya kalau di tempat saya sudah menyelesaikan pekerjaan beberapa kusen saya sudah bisa punya waktu bebas. Prinsipnya, kalau bisa kerja ya kerja, kalau emang untuk olahraga ya silakan,” kata Slamet.
Selain Cindy, Zainuddin dan Slamet, masih ada Jujur Saragih dan Baharuddin. Dua nama terakhir ini tinggal di Panti Sosial Pondok Bambu, Jakarta. Mereka berlatih panahn di Lapangan Pulomas, Jakarta mulai pukul 08:30 sampai 11:30 pada hari Selasa dan Sabtu.
Menurut pelatih mereka, Tanu Nugraha ada tiga atlet yang sudah bisa diandalkan di nomor 50 meter yakni Jujur Saragih, Slamet dan Zainuddin, sedangkan Baharuddin dan Cindy Octarina masih harus dilatih akurasi di nomor 30 meter.
Tanu mengatakan saat ini mereka serius berlatih dan tidak lagi perkenalan berbagai alat panahan dan teknik olahraga panahan.
Tanu menyebut tidak menutup kemungkinan setelah Perpanas 2016 nantinya akan ada pemantauan lebih lanjut dari National Paralympic Committee (NPC) – berpusat di Solo – yang akan melakukan seleksi lebih dalam guna mempersiapkan atlet difabel dari seluruh cabang olah raga ke Asean Para Games 2017.
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...