Badan Amal Internasional: Kongo Alami Krisis Kemanusiaan
KONGO, SATUHARAPAN.COM – Badan amal internasional, Medecins Sans Frontieres (MSF) menyatakan bahwa saat ini Republik Demokratik Kongo (DRC) sedang mengalami krisis kesehatan dan kemanusiaan.
Dalam sebuah laporan pada badan amal tersebut mengatakan bahwa mereka sedang mencari cara untuk membongkar kondisi yang sebenarnya mengenai darurat medis dan kemanusiaan di negara yang sedang dilanda kekerasan tersebut. MSF mengatakan pada Senin (3/3) bahwa hidup di Provinsi Timur di Kongo sebagian terganggu karena pengaruh konflik di area tersebut.
Laporan yang berjudul Penderitaan dalam Diam di Republik Demokratik Kongo, mengatakan bahwa kelompok-kelompok bersenjata dan milisi tidak muncul untuk membedakan antara warga sipil dan tentara.
“MSF telah melihat dampaknya dan memberikan pertolongan pertama bagi para korban pelecehan, penyerangan, serangan balik dan pembantaian yang dilakukan oleh berbagai kelompok bersenjata terhadap warga sipil,” kata laporan tersebut.
“Setiap hari, MSF menangani secara medis terhadap korban kekerasan yang berada di rumah sakit, pusat kesehatan dan klinik keliling di DRC.”
“Situasi konflik menyebabkan orang menunda untuk segera ke pos kesehatan atau meninggalkan rumah mereka. Kondisi itulah yang membuat akses untuk pergi ke pos kesehatan menjadi terhambat. Tenaga medis dan rumah sakit secara teratur diserang. Keadaan ini tidak bisa diterima dan membuat penyediaan perawatan medis menjadi sulit,” laporan tersebut menambahkan.
Tentara Pemberontak
Badan amal mengatakan bahwa suspensi layanan terjadi karena serangan tersebut membuat beberapa orang menjadi tidak terurus.
DRC terlibat dalam konflik dan krisis politik selama bertahun-tahun sejak penggulingan Mobutu Sese Seko pada tahun 1997.
Sekelompok tentara pemberontak, termasuk pengungsi Rwanda dituduh ambil bagian dalam genosida tahun 1994 di Rwanda. Sejak mendirikan kamp di negara timur, mereka sering berkelahi satu sama lain dan dengan tentara Kongo atas perebutan kekayaan mineral.
MSF mengatakan pelecehan seksual terjadi sangat mengerikan terhadap para korban di DRC daripada yang terjadi di belahan dunia lain.
Pada tahun 2012, tim MSF menyediakan perawatan medis untuk laki-laki, perempuan dan anak-anak dengan total 4.037 orang setelah insiden kekerasan seksual terjadi di beberapa lokasi yang berbeda. Beberapa laporan mengatakan bahwa jumlah ini tidak berkurang dalam lima tahun terakhir.
“Selain trauma fisik yang diderita oleh korban kekerasan seksual, ada sejumlah besar dampak kesehatan lainnya termasuk risiko HIV/AIDS, IMS dan komplikasi serius untuk kesehatan reproduksi,” kata laporan tersebut.
“Para ibu mungkin saja sedang hamil pada saat ada penyerangan dan ibu hamil berisiko kehilangan janinnya saat serangan itu terjadi.” (aljazeera.com)
Editor : Bayu Probo
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...