Basuki Ingin Seperti Batman
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bakal menyelenggarakan parade kostum tokoh-tokoh kepahlawanan tersebut pada Minggu (2/11) mendatang di Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama sebenarnya ingin seperti Batman dan memakai kostum, akan tetapi dia teringat bahwa Batman tidak mencirikan budaya Indonesia.
Hal ini dia kemukakan di hadapan para pewarta pada konferensi pers Jakarta Cosplay Parade yang digagas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Jumat (10/10) di Balai Agung, Kantor Gubernur DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.
“Tadinya saya mau pakai kostum Batman, tetapi enggak jadi deh jangan pakai kostum pahlawan asing. Masak pakai kostum Batman,” kata Basuki.
"Pas saya kecil, saya suka dengan tokoh Unyil dan Pak Raden. Indonesia ini bangsa besar yang kreatif dengan etnis begitu beragam, kita pasti tahu kalau banyak tokoh kepahalwanan itu tidak membuat kita patah semangat, tetapi membuat kita bangkit, itu sebenarnya sisi baik dari film atau tokoh-tokoh kartun,” Basuki melanjutkan.
Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan film kartun. Pelaku cosplay disebut cosplayer, Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai coser, salah satu cosplayer Indonesia adalah Yukitora Keiji.
Di Jepang, peserta cosplay bisa dijumpai dalam acara yang diadakan perkumpulan sesama penggemar kartun seperti Comic Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei. Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia.
Basuki menyadari bahwa tokoh kepahlawanan lokal adalah contoh yang baik karena mencintai budaya bangsa sendiri. “Ya sudah aslinya saya saja, pakai baju (sadariah) ini, karena Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) itu ada singkatan Anak Hoki, anak yang hoki karena ketiban pulung jadi Gubernur," Basuki menambahkan.
Konferensi pers tersebut dihadiri digagas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bakal menyelenggarakan parade kostum tokoh-tokoh kepahlawanan tersebut pada Minggu (2/11) mendatang di Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
Basuki terus-menerus dibuat ketakutan, dilihatnya ada tokoh fiksi menyeramkan Darth Vader yang siap mencekik lehernya sewaktu-waktu akan tetapi itu hanya bagian ekspresi wajah seram dari salah satu tokoh dalam Cosplay yang kebetulan berdiri diantara Arie Budiman, Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan, dan Basuki.
Tidak hanya Darth Vader, akan tetapi ada juga tokoh-tokoh fiksi kepahlawanan dalam komik lainnya seperti Batman, Darth Vader, Green Lantern, Sailor Moon, Cat Woman, Spider Man, bahkan ada sekelompok tokoh kepahalwanan dalam negeri seperti Reog Ponorogo, Gatot Kaca, Hanoman, Carok, Gundala Putra Petir,
Arie Budiman merencanakan bahwa acara ini digelar tiap tahun. “Kami ingin memfasilitasi generasi muda pelaku pop art khususnya cosplayer untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam berkesenian, mudah-mudahan di kemudian hari bisa populer,” kata Arie.
Acara ini merupakan yang pertama kalinya digelar secara skala besar sebagai momen untuk mengingatkan kembali Indonesia memiliki karakter yang tidak kalah hebat dari karakter manga, anime, film, komik, dan video games dari luar negeri.
Kegiatan Jakarta Cosplay Parade ini juga akan dihadiri oleh para Cosplayerl luar negeri seperti Belanda, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan. Cosplay Jakarta yang dibentuk dari berbagai pecinta animasi, manga, video game, dan cosplayer. Mereka terbentuk sejak 2008 silam.
Kepala administrator Cosplay Jakarta, Benaya Bonaventura mengatakan jika komunitas ini baru terbentuk tapi sudah memiliki 7.221 anggota di akun sosial facebook. Jumlah tersebut termasuk anggota aktif berkumpul maupun yang melalui dunia maya saja. Di akun facebook, mereka berinteraksi satu sama lain.
Dalam berbagai event cosplay tanah air mereka selalu mengikuti. Bahkan setiap tahunnya, Cosplay Jakarta mengirimkan perwakilan untuk ke World Cosplay Summit. Di sana, terdapat cosplayer dari berbagai negara. Baru-baru ini, kata Benaya, pihaknya memenangkan juara satu di Anime Festival Asia tahun lalu.
Menurut siskalikom.wordpress.com penilaian masyarakat akan kehadiran komunitas cosplay di Indonesia, tidaklah selalu memberi respon positif. Sering kali kegiatan yang dilakukan oleh mereka di anggap sesuatu yang aneh oleh masyarakat manakala mereka mengkonsumsi budaya Jepang, terutama penggunan pakaian yang identik dengan tokoh manga atau anime.
Banyak menilai hobi dari anggota komunitas ini terlalu kekanak-kanakan, tidak cinta budaya sendiri, dan masih banyak anggapan negatif lain nya. Kebanyakan judge seperti itu hadir karena masyarakat Indonesia secara luas belum mengenal baik kehadiran komunitas ini.
Menjalani hobi cosplay juga berarti siap menguras kantong. Ini adalah konsekuensi yang harus dimaklumi seorang cosplayer. Bergelut di komunitas ini membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk pembuatan kostum. Terutama dana untuk bahan dan menjahitnya. Bisa saja kita memfungsikan dana yang pas-pasan, tetapi tentu saja kostum yang kita dapatkan juga pas-pas an. Apalagi dengan kondisi di Indonesia yang belum memiliki penjahit yang profesional dalam penjahitan kostum sehingga hasilnya kurang memuaskan. Jika kita mau kostum yang akan dibuat semakin mirip dengan tokoh idola kita maka kita harus rela mengeluarkan uang banyak.
Memahami keuangan yang pas-pasan, sedangkan hobi cosplay harus lah all out atau total dengan menerima resiko terbesar yaitu “biaya”, banyak penggemar cosplay yang berhenti di tengah jalan. Menjalani hobi ini sama membutuhkan biaya yang hampir sama dengan modif kendaraan.
Akan tetapi, biasanya bagi komunitas cosplay, faktor biaya ini bisa diatasi dengan patungan atau memanfaatkan kreativitas dengan memakai barang apa adanya dengan hasil semaksimal mungkin. Terlepas dari berbagai kendala dalam bercosplay memang yang di cari adalah kepuasan dan hal ini tidak bisa di ukur dengan materi.
Komunitas Cosplay yang sudah profesional biasanya selalu mengikuti event cosplay diberbagai kota atau di luar negeri, berapa pun biaya pasti dikeluarkan, terkadang ada tim cosplay yang justru dibiayai dan dibayar oleh penyelenggara.
Editor : Bayu Probo
Menag Minta Dikaji Tentang Gagasan Sertifikasi Muballigh
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM- Menteri Agama, Nasaruddin Umar, memberikan pandangannya terkait ide sertif...