Batan Kuasai Teknologi Pengolahan Pemisahan Uranium dan Thorium
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kenyataan akan ketakutan masyarakat pada limbah radioaktif adalah keliru karena penanganan limbah radioaktif itu dapat didaur ulang. Pernyataan itu disampaikan Kepala Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), Prof Dr Djarot Sulistio Wisnubroto, pada Training Meeting On Best Practices In The Uranium Productions Cycle - From Exploration Through To Mining, di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Selasa (14/9).
Indonesia telah melaksanakan eksplorasi mineral radioaktif (bahan galian nuklir), ekerja sama dengan lembaga atom asing seperti CEA (Prancis), BGR (Jerman), dan PNC (Jepang) sejak 1972. Djarot menambahkan, Indonesia juga telah menguasai teknologi eksplorasi, penambangan dan pengolahan uranium skala pilot dengan kapasitas 2 ton per hari di daerah prospek, antara lain di daerah Kalan, Melawi, Kalimantan Barat. Selain itu terdapat beberapa daerah potensial lainnya dengan tahapan eksplorasi yang bervariasi seperti di Provinsi Kep Bangka-Belitung, Kab Mamuju-Sulawesi Barat, Sibolga-Sumatera Utara, dan Biak-Papua.
Training Meeting itu diselenggarakan oleh Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN) - Batan bekerja sama dengan Badan Tenaga Atom International (IAEA). Pelatihan yang berlangsung pada 14-17 Oktober ini, akan mengulas dan berbagi informasi tentang teknologi, pengoperasian, good practices, peraturan dan kebijakan untuk negara anggota yang berada di tahap awal siklus produksi uranium.
Perwakilan Badan Tenaga Atom International, Martin Fairclough, mengatakan, Indonesia memiliki beberapa daerah tingkatan potensi sumber daya uranium yang sangat tinggi. “Penggunaan tenaga nuklir sebagai sumber daya energi ke depannya akan berdampak positif terhadap kemajuan ekonomi dan sosial bangsa Indonesia sendiri,” Martin melanjutkan.
Batan mencatat hingga saat ini, tingkatan potensi sumber daya uranium di seluruh Indonesia mencapai 70.000 ton u3o8 dan thorium 125.000 ton Th.
Staf Ahli Kementerian Riset dan Tekhnologi, Leonardus Kardono mengatakan, berdasarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2014, kebutuhan listrik pada 2025 akan meningkat menjadi 115 GW, sehingga energi baru lainnya, seperti solar, mikro-hidro, angin, panas bumi telah dioptimalkan, penggunaan energi nuklir tidak dapat dihindarkan.
Djarot menambahkan, untuk memperkuat penerimaan masyarakat terhadap nuklir, Batan berencana akan membangun reaktor daya nonkomersial di Serpong, Jakarta. Reaktor ini diharapkan menjadi model percontohan untuk PLTN mini dan juga diterapkan untuk pembangkit kogenerasi, seperti produksi hidrogen,desalinasi, dan lain-lain. Sehingga ke depannya, setelah PLTN didirikan di Indonesia, kita bisa mengandalkan aktivitas pertambangan, eksplorasi, serta eksploitasi uranium untuk mendukung pengoperasian PLTN ke depannya. (batan.go.id)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...