Belum Berhasil Dihentikan, Perdagangan Manusia Meningkat
COLOMBO, SATUHARAPAN.COM – Joy Ngozi Ezeilo, Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan belum ada satu negara atau badan apa pun yang berhasil menghentikan praktik perdagangan manusia, bahkan tindak kriminal itu meningkat dengan cepat di dunia.
Ezeilo merupakan Pelapor Khusus PBB tentang Perdagangan Manusia. Dalam laporan yang disampaikan pada konsultasi ekumenis di Colombo, Sri Lanka, Ezeilo mengatakan bahwasanya perdagangan manusia mempermalukan kemanusiaan, demikian yang dilaporkan Dewan Gereja Dunia (WCC) pada Senin (7/4).
Menurut Ezeilo, tanggung jawab lembaga berbasis agama dalam menangani perdagangan manusia bersama pemerintah, badan PBB dan masyarakat sipil, adalah hal yang paling penting.
Pandangannya itu disampaikan dalam konsultasi bertajuk “Migrasi dan Perdagangan Manusia: Perbudakan Modern?” yang diselenggarakan Commission of the Churches on International Affairs (CCIA) WCC dan Konferensi Umat Kristen Asia (CCA). Konsultasi yang dihadiri peserta asal Afrika, Asia, Teluk Arab, Australia, dan Eropa itu berlangsung sejak Jumat (4/4) hingga Selasa (8/4) dengan Dewan Nasional Umat Kristen di Sri Lanka sebagai tuan rumahnya.
Dalam pidatonya, Ezeilo mengatakan tren peningkatan kasus perdagangan manusia telah mempermalukan kemanusiaan. Kebanyakan praktik perdagangan manusia di dunia dilakukan sindikat transplantasi organ tubuh dan eksploitasi perempuan dan anak.
Uskup Philip Huggins, Ketua Migrant and Refugee Working Group Gereja Anglikan Australia memusatkan perhatiannya pada pentingnya penanganan masalah perdagangan manusia. Ia mengatakan, “perdagangan manusia adalah krisis kemanusiaan yang menyebabkan penderitaan yang besar. Untuk mengatasi isu ini secara efektif membutuhkan kerja sama yang belum pernah dijalin sebelumnya di antara para pemimpin agama.”
Selain itu, Dr Chibuzo Raphael Opoko, uskup Gereja Methodist di Nigeria sekaligus anggota Executive and Central Commitees WCC berbicara mengenai situasi perdagangan anak di Nigeria. Ia mengatakan, “di Nigeria, kasus-kasus yang terjadi dilaporkan dari rumah sakit, panti asuhan, dan klinik di mana para remaja dan ibu tunggal sering kali dipaksa melakukan ikatan perjanjian ilegal.”
Direktur CCIA, Dr Mathews George Chunakara turut memaparkan tema “Penyelundupan Migran dan Perdagangan Manusia: Menuju Advokasi Ekumenis Global” dalam konsultasi tersebut.
Dalam pemaparannya, Chunakara mengatakan perdagangan manusia sebagai suatu fenomena yang terkait migrasi antarnegara. “Hak dan keamanan pekerja migran membutuhkan perlindungan khusus karena mereka terus mengalami pelanggaran hak asasi manusia dan eksploitasi oleh organisasi-organisasi kriminal,” kata Chunakara.
Lebih lanjut ia mengatakan, “lembaga-lembaga berbasis agama di banyak negara mengambil peran utama untuk mencegah perdagangan manusia dan penyelundupan migran. Karena itu, ada ruang yang cukup untuk mengembangkan advokasi ekumenis sebagai upaya mengatasi perdagangan manusia dengan lebih komprehensif.”
Sementara itu Sophia Wirsching dari Brot fur die Welt (Roti bagi Dunia, Jerman) berbagi cara terbaik untuk mengatasi perdagangan manusia. Menurutnya, “adalah hal yang penting untuk memutus mata rantai perdagangan manusia dari migrasi lintas batas.”
“Keterlibatan dalam aksi antiperdagangan harus memberikan kontribusi dalam tidak menstigma dan tidak mengkriminalisasi korban perdagangan untuk memperbaiki status hukum dan kesejahteraannya,” pungkas Wirsching. (oikumene.org)
Editor : Sotyati
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...