Bencana Akibat Manusia, Alasan Utama Pengungsian Penduduk
JENEWA, SWISS, SATUHARAPAN.COM - Sebuah laporan baru menyalahkan faktor manusia, yang menyebabkan sebagian besar perpindahan penduduk yang terkait dengan bencana.
Internal Displacement Monitoring Center of Norwegian Refugee Council melaporkan, lebih dari 19,3 juta orang di 100 negara, terpaksa mengungsi pada tahun 2014, karena bencana alam, seperti banjir, badai dan gempa bumi.
Badan Pengungsi Norwegia Internal Displacement Monitoring Center, melaporkan rata-rata 22,5 juta orang mengungsi, akibat bencana terkait iklim atau cuaca setiap tahun sejak tahun 2008.
Dari jumlah itu, 87 persen terdapat di Asia, yang merupakan tempat tinggal bagi 60 persen penduduk dunia.
Penduduk di Tiongkok, India dan Filipina adalah yang paling parah terkena dampak itu.
Pada tahun 2014, menurut laporan tersebut, Eropa mengalami dua kali lipat tingkat rata-rata perpindahan penduduk selama tujuh tahun ini, tapi perpindahan di Afrika, tiga kali lebih rendah dari rata-rata.
Tetapi dibandingkan dengan besarnya populasi mereka , menurut laporan itu, banyak negara Afrika, seperti Sudan, mengalami perpindahan penduduk akibat bencana pada tingkat yang tinggi, karena bencana.
Laporan tersebut mengatakan, perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam.
Perkembangan ekonomi yang pesat, urbanisasi dan pertumbuhan penduduk di daerah-daerah yang rawan, merupakan faktor buatan manusia yang mendorong meningkatnya perpindahan.
Direktur Pusat Internal Displacement Monitoring Alfredo Zamudio mengatakan, kemungkinan orang menjadi pengungsi akibat bencana saat ini 60 persen, lebih tinggi dari empat dekade yang lalu. :
"Laporan kami menunjukkan, bukan bahaya itu sendiri yang menentukan kehancuran yang ditimbulkannya, Sebenarnya tapi banyak di antaranya didorong oleh faktor buatan manusia. Memang sebagian besar perpindahan terkait dengan dampak buruknya iklim atau cuaca," kata Zamudio.
Direktur Jenderal Internal Displacement Minitoring Center, William Lacy Swing mengatakan kepada VOA, dampak migrasi terpaksa karena adanya perubahan iklim akan memperburuk situasi yang sudah parah.
Tren Baru Memerlukan Strategi Baru
Melindungi dan membantu orang-orang yang paling rentan di bumi, menjadi semakin rumit, dengan munculnya sejumlah global mega-tren yang kompleks dan saling berhubungan. Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi António Guterres mengatakan seperti yang dikutip dari laman un.org tren ini termasuk pertumbuhan penduduk, urbanisasi, kerawanan pangan dan energi, kelangkaan air, dan perubahan iklim.
Alasan perpindahan saat ini jauh lebih kompleks daripada yang dibayangkan di bawah Konvensi 1951, dan perbedaan antara pengungsi dan migran dan gerakan sukarela dan tidak sukarela menjadi semakin kabur.
Menyadari hal ini, PBB - dan UNHCR khususnya - sudah mulai meninjau prioritas, mitra dan metode kerja dalam menangani dinamika baru perpindahan manusia.
UNHCR telah, memulai upaya internasional untuk mengurangi pengungsi. Ini termasuk advokasi global, untuk meningkatkan jumlah negara yang telah menandatangani konvensi yang berhubungan dengan pengungsian.
UNHCR juga bekerja sama dengan pemerintah untuk menyelesaikan pemetaan komprehensif populasi pengungsi di seluruh dunia. Tanggung jawab untuk semua pengungsi dan terletak pada pemerintah tuan rumah. Ini adalah mandat Komisi Tinggi PBB, untuk melindungi dan membantu pengungsi. Program Pangan Dunia memiliki mandat untuk memberikan bantuan pangan darurat, meskipun mungkin memerlukan bantuan dengan pasokan dan distribusi.
Editor : Bayu Probo
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...