Berbagi Damai kepada Orang Terdekat
Masa pandemi Covid-19—yang membuat setiap anggota keluarga bertemu 1x24 jam—merupakan kesempatan emas untuk berbagi damai sejahtera kepada orang-orang yang dekat dengan kita.
SATUHARAPAN.COM – ”Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi” (Yoh. 20:19). Demikianlah catatan penulis Injil Yohanes.
Para murid begitu ketakutan. Bisa jadi mereka takut dianggap penyebar gosip kebangkitan Yesus. Minggu pagi itu Maria Magdalena mengatakan kepada mereka bahwa dia telah melihat Tuhan. Namun, mereka sendiri tidak secara langsung mengalami peristiwa kebangkitan Tuhan itu. Dan karena begitu ketakutan mereka bertemu dalam ruangan yang terkunci.
Akan tetapi, ketakutan itu berubah menjadi kegirangan ketika mereka menyaksikan—dengan mata kepala mereka sendiri—Yesus yang bangkit. Frasanya memang begini: dengan mata kepala mereka sendiri. Bukan dengan mata kepala orang lain. Kalau sebelumnya mereka mendengar melalui mata dari kepala Maria Magdalena, sekarang mereka menyaksikan dengan mata dari kepala mereka sendiri.
Para murid tidak hanya melihat Yesus. Yesus yang bangkit hadir di dalam ruangan itu dan menyapa mereka, ”Damai sejahtera bagi kamu!” (ay. 19). Penulis mencatat: ”Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan” (Yoh. 20:20).
Ada perubahan suasana dari ketakutan menjadi damai sejahtera. Sang Guru tidak berkata, ”Tetaplah dalam ketakutanmu!”. Tidak. Dia menyapa, ”Damai sejahtera bagi kami!” Jelaslah, damai sejahtera tidak bersumber dari dalam diri para murid, tetapi anugerah Yesus sendiri! Damai sejahtera adalah pemberian Yesus sendiri. Pada titik ini, kegirangan juga merupakan anugerah Tuhan.
Selanjutnya damai sejahtara yang diberikan itu berlanjut dengan pengutusan. Perhatikan ayat 21: ”Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dengan kata lain, damai sejahtera itu harus dibagikan. Dan itulah yang mereka lakukan. Mereka berbagi dengan Tomas. Mengapa Tomas? Sebab Tomas adalah orang yang dekat di hati mereka.
Agaknya mereka paham prinsip pengutusan: mulai dari orang terdekat. Dan ini punya tantangannya sendiri. Bagaimanapun orang terdekat sungguh-sungguh tahu keadaan kita luar dalam. Mereka tahu kelemahan kita. Dan kelemahan itu sering menjadi halangan bagi perutusan. Namun, perutusan itu hanya sungguh efektif, jika dimulai dari orang terdekat.
Sejatinya masa pandemi Covid-19—yang membuat setiap anggota keluarga bertemu 1x24 jam—merupakan kesempatan emas untuk berbagi damai sejahtera kepada orang-orang yang dekat dengan kita.
PM Lebanon Minta Iran Bantu Amankan Gencatan Senjata Perang ...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri sementara Lebanon pada hari Jumat (15/11) meminta Iran untuk...