Bertekun dengan Sehati
SATUHARAPAN.COM – ”Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.” (Kis. 1:14). Demikianlah catatan Lukas setelah peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke surga.
Lukas mencatat bahwa para murid semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama dengan beberapa perempuan. Mereka semua. Tak terkecuali. Tentu minus Yudas yang mati bunuh diri. Menarik pula disimak bagaimana Lukas merasa perlu memerinci satu demi satu para murid itu. Perhatikanlah: Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus.
C. van den Berg, dalam bukunya Sungguh Merekalah Umatku, menjelaskan bahwa sebetulnya sulit sekali membuat orang-orang yang begitu saling berbeda menjadi sehati. Di antaranya ada mantan nelayan (Petrus), mantan juragan kaum nelayan (Yohanes dan Yakobus), mantan pemungut cukai (Matius), juga tak ketinggalan kaum teroris (Simon orang Zelot)).
Satu-satunya hal yang tetap dapat mempersatukan mereka hanyalah perintah Tuhan, Firman-Nya. Mereka bersatu hati untuk tetap tinggal di Yerusalem sesuai perintah Yesus. Tanpa mereka sadari pula, sejatinya mereka tengah mewujudkan doa Tuhan Yesus sendiri: ”supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.” (Yoh. 17:11).
Dalam bukunya Life Together, Bonhoeffer menyatakan: ”Kehadiran jasmani orang Kristen lainnya merupakan sumber sukacita dan kekuatan tak tertandingi bagi orang percaya. Dengan penuh kerinduan, rasul Paulus yang di penjara memanggil Timotius ’anaknya kekasih di dalam iman’, untuk datang kepadanya pada hari-hari terakhir hidupnya; ia ingin melihatnya lagi dan berada di dekatnya. Paulus belum melupakan air mata yang ditumpahkan Timotius saat terakhir mereka berpisah (2Tim. 1:4). Mengingat jemaat di Tesalonika, Paulus berdoa ’siang malam… sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka’ (1Tes. 3:10). Yohanes yang sudah lanjut umur mengetahui bahwa sukacitanya tidak akan penuh sampai ia dapat datang kepada umatnya sendiri dan berbicara berhadapan muka daripada menulis dengan tinta (2Yoh. 12).”
Lagi pula, masih menurut Bonhoeffer, ”Seorang Kristen memerlukan seorang Kristen lainnya yang mengucapkan firman Allah kepadanya.” Dan itulah persekutuan sejati.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Pemberontak Suriah: Kami Tak Mencari Konflik, Israel Tak Pun...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin kelompok pemberontak Islamis Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), ...