Bunga Tasbih, Khasiatnya Sekaya Warnanya
SATUHARAPAN.COM – Bunga tasbih juga dikenal dengan nama kana. Bunganya yang indah, berwarna-warni, membuatnya dipilih sebagai tanaman pembatas di kompleks-kompleks perumahan atau tanaman hias di taman-taman kota. Mengutip dari Wikipedia, bunga tasbih disebutkan sebagai salah satu tanaman hias paling populer dalam industri hortikultura, bergantung pada varietasnya.
Selain bunganya yang warna-warni yang menjadi incaran kolektor dan hortikulturis, semua bagian tumbuhan memiliki nilai komersial.
Rimpang bunga tasbih kaya kandungan pati, memiliki banyak kegunaan dalam bidang pertanian. Rimpang sebagian kultivar diolah untuk tepung, untuk konsumsi manusia ataupun ternak. Batang dan daunnya untuk pakan ternak. Tunas mudanya untuk sayuran, dan biji mudanya sebagai tambahan untuk tortilla.
Biji-biji bunga tasbih juga digunakan sebagai manik-manik perhiasan dan kelengkapan alat musik, seperti alat musik kayamba dari Reunion, pulau milik Prancis yang bertetangga dengan Madagaskar, dan hosho dari Zimbabwe. Di Zimbabwe, biji bunga tasbih ini disebut hota. Biji bunga tasbih juga dimanfaatkan sebagai pewarna alami ungu.
Di suatu daerah terpencil di India, bunga tasbih difermentasi untuk menghasilkan alkohol.
Tumbuhan ini menghasilkan serat dari batang, dan dapat dimanfaatkan sebagai pengganti goni. Sementara itu serat yang diperoleh dari daun dapat digunakan untuk pembuatan kertas. Daun-daun direndam terlebih dulu dalam air, kemudian dimasak selama 24 jam dengan alkali dan diblender.
Wikipedia juga menyebutkan, asap yang keluar dari daun terbakar dapat dimanfaatkan sebagai insektisida. Genus Canna, dengan tumbuhan bunga tasbih salah satunya, memiliki toleransi yang tinggi untuk kontaminan, dan memiliki kemampuan mengekstrak banyak polutan yang tidak diinginkan di lingkungan lahan basah.
Di Thailand, bunga tasbih selalu muncul para peringatan Hari Ayah, sebagai simbol hadiah tradisional.
Di Vietnam, pati ganyong, bagian dari genus Canna, digunakan untuk membuat mi sohun yang dikenal sebagai mien dong.
Pemerian dan Penyebaran
Bunga tasbih adalah tanaman dari Keluarga Cannaceae, Genus Canna, yang biasa disebut canna lily, edible canna, atau achia (Amerika Latin). Para ahli menyebut nama ilmiahnya Canna indica.
Salah satu dari genus Canna ini adalah Canna edulis yang lebih dikenal dengan nama ganyong. Umbi ganyong selain dimanfaatkan sebagai pengganti nasi, juga sejak lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk sakit lambung, diare, radang usus, radang hati, radang ginjal, radang saluran kemih, hipertensi, obat memar, insomnia, dan bersifat penenang.
Di Indonesia, tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama, yakni hosbe (Batak), ganyong hutan (Melayu), ganyong wana, ganyong alas, sebe, sebeh, tasbeh, ganyol leuweung (Sunda), kembang gedang, puspa midra, puspa nyidra (Jawa), tasbhi (Madura), milu-milu (Bali), kela, kontas, tuis im tasic, totombe, wuro (Minahasa), bunga tasebe (Makasar dan Bugis), tasupe (Ternate).
Mengutip dari informatika.lipi.go.id, bunga tasbih adalah tumbuhan terna besar, tahunan, tinggi mencapai 0,5 - 2 meter. Di dalam tanah, mempunyai rimpang yang tebal seperti ubi.
Daunnya besar dan lebar, menyirip dengan jelas. Warnanya hijau atau merah tengguli.
Bunganya besar dengan warna-warna cerah, seperti merah, merah muda, dan kuning yang tersusun dalam bentuk tandan. Keindahan bunga tasbih ini menarik perhatian banyak pemulia tanaman (breeder) untuk menyilangkannya hingga mendapatkan banyak kultivar atau hibrida eksotik, yang kemudian acap menyulitkan penentuan nama atau spesiesnya.
Bunganya yang unik memiliki tiga kelopak bunga kecil kehijauan (yang muncul seperti braktea), tiga kelopak hijau atau kelopak berwarna, dan lima (atau lebih sedikit) staminoida atau petaloid benang sari palsu yang mencolok.
Buah berupa buah kendaga, dengan biji banyak, bulat.
Bunga kana atau bunga tasbih berasal dari daerah tropis Benua Amerika (tengah dan selatan) dan Meksiko, yang kemudian menyebar ke wilayah Sub Sahara Afrika, Asia Tenggara, dan Oseania.
Tumbuhan ini mampu hidup di dataran rendah hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini tumbuh besar, tegak, dengan tinggi mencapai dua meter, dan memiliki rimpang tebal menyerupai ubi.
Perbanyakan dilakukan biji atau dengan menanam bonggolnya yang sudah dipisahkan.
Manfaat dan Khasiat Bunga Tasbih
Di dalam “Tanaman Herbal” yang dimuat di informatika.lipi.go.id, disebutkan rimpang bunga tasbih memiliki kandungan kimia 6 substansi phenol, 2 terpene dan 4 coumarin, pati, glukosa, lema alkaloid dan getah.
Disebutkan pula sifat kimianya berasa agak manis dan sejuk. Secara tradisional, bunga tasbih dimanfaatkan sebagai penurun panas, menurunkan tekanan darah, dan penenang (tranquilizer).
Pada 2003, Tri Murini dan Setyo Purwono dalam penelitiannya menyebutkan bunga tasbih yang juga disebut kembang gedang dalam bahasa Jawa, mengandung beberapa senyawa berkhasiat, di antaranya sebagai pelindung hati. Penelitian mereka yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Air dan Eter Akar Bunga Tasbih (Canna indica, Liin) terhadap Keaktifan OPT-plasma yang Meningkat karena Parasetamol”, yang dimuat di Jurnal Majalah Obat Tradisional , bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak air dan eter dari akar bunga tasbih terhadap keaktifan OPT-Plasma yang meningkat karena parasetamol.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air (1000 Mglkg BB) dari akar bunga tasbih selama 14 hari berturutan mampu menghambat kenaikan aktivitas OPT-Plasma sebesar 87,52 persen, sedangkan ekstrak etemya 84,81 persen, dan keduanya memberikan perbedaan yang bermakna «0,05).
Penelitian lain, seperti dikutip dari repository.usu.ac.id, “Formulasi Lipstik Menggunakan Ekstrak Bunga Tasbih (Canna hybrida L.) sebagai Pewarna”, menyebutkan ekstrak bunga tasbih dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi lipstik.
Bunga tasbih, menurut penelitian itu, memiliki berbagai warna yang menarik, di antaranya warna merah. Warna merah berasal dari antosianin, yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Antosianin, menurut penelitian itu, memiliki berbagai manfaat, di antaranya sebagai pewarna alami sehingga dapat menjadi alternatif dalam pewarna kosmetik. Penelitian itu dilakukan untuk membuat lipstik dengan memanfaatkan pewarna alami yang terkandung dalam bunga tasbih.
Editor : Sotyati
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...