Dubes Palestina: Vatikan pun Dukung Kemerdekaan Palestina
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N. Mehdawi berbicara tentang meningkatnya serangan militer Israel di Palestina. Menurutnya kejadian tersebut telah membuat Palestina tidak hanya didukung negara Muslim, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Vatikan, hingga Sri Paus pun mendukung kemerdekaan Palestina. Satuharapan.com mewawancarainya pada Rabu (16/7), di Kantor Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia, di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Satuharapan.com: Menurut pendapat Anda, bagaimana inisiatif gencatan senjata yang baru saja dilakukan oleh Mesir untuk menghentikan perang antara pasukan militer Israel dengan Hamas?
Fariz N. Mehdawi: Kami menyambut hal ini dengan sangat baik. Presiden Palestina, Mahmud Abbas juga telah menyepakati dukungan tersebut. Dukungan itu kami perlukan, karena kami harus melindungi rakyat dari bencana yang terus menghadirkan penderitaan ini. Semua kejadian terjadi di bulan Ramadan dan membuat kehidupan masyarakat menjadi sulit. Bahkan anak-anak, tidak bisa tidur dengan baik akibat trauma pada situasi yang mereka alami.
Saya pribadi memiliki tantangan sangat serius untuk menghentikan perang ini. Tidak ada keseimbangan dalam perang ini, disini terjadi perang antara tentara profesional dengan kaum sipil. Hal ini pun tidak hanya terjadi di Gaza saja, karena terjadi hingga di tepi barat, Yerusalem. Disana, Israel tidak mengizinkan masyarakat muslim Palestina untuk berdoa ke masjid selama bulan Ramadan ini.
Selain itu, kami juga mengharapkan seluruh upaya dari Turki, Qatar, dan Amerika Serikat, semoga kita dapat mengakhiri permasalahan ini.
Satuharapan.com: Bagaimana cara memulihkan keadaan Palestina pasca kehancuran akibat Operation Protective Edge yang dilakukan sejak 8 Juli kemarin?
Fariz N. Mehdawi: Setelah perang ini, hal yang terpenting adalah memberi perlindungan bagi masyarakat Palestina, agar mereka tidak lagi menderita dan dapat merasa damai dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, kami ingin mengakhiri dan menyelesaikan ini semua. Selanjutnya kami mau mencapai kemerdekaan, lalu kami ingin merasa tenang tinggal di negara kami sendiri, kemudian kami mau membangun sektor perekonomian, kami juga ingin mendapat akses ke dunia luar, dan kami ingin memiliki akses ke Ibukota kami Jerusalem, sebuah tempat yang suci dimana kami bisa berdoa dan beribadah.
Satuharapan.com: Perang ini terus berulang. Menurut Anda, bagaimana cara mencegah perang kejadian ini tidak kembali terjadi di masa yang akan datang?
Fariz N. Mehdawi: Tidak ada yang bisa menjamin konflik ini tidak kembali terulang di masa yang akan datang. Buktinya, apa yang terjadi tahun 2012, kini terulang kembali. Bila anda ingat, saat itu Presiden Mesir, Muhammad Mursi telah membantu untuk mewujudkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Hal itulah yang harus dilakukan, mengefektifkan kembali perjanjian tersebut. Dari sisi kami, sangat menginginkan terwujudnya gencatan senjata, seluruh rakyat Palestina ingin hal itu terwujud.
Satuharapan.com: Bagaimana pandangan dan pesan Anda kepada masyarakat Indonesia yang melihat ini sebagai perang agama?
Fariz N. Mehdawi: Ini adalah pertanyaan yang selalu dihadirkan pada saya. Konflik yang kini terjadi ialah antara pihak yang menjajah dengan yang dijajah. Oleh karena itu, kami meminta nasionalisasi dan kemerdekaan. Sama seperti yang terjadi di Indonesia. Apa yang terjadi di Indonesia bukanlah perang antara Kristen Belanda dengan Muslim Indonesia, tetapi upaya kolonialisasi dari sebuah negara. Bila perang ini besok berakhir, maka kami menawarkan solusi dua negara dijalankan. Maksudnya, Palestina akan hidup berdampingan dengan Israel. Kedua negara harus memperbaiki hubungan dengan saling mengakui keberadaan satu sama lain.
Inilah yang dikatakan negara-negara Arab, apabila ini berhasil dilakukan, maka Israel akan memiliki hubungan diplomatik yang normal dengan semua negara tetangganya. Bahkan Organization of the Islamic Cooperation (OIC) sudah mengatakan hal yang sama, juga Indonesia. Apabila besok sebuah negara yang berdaulat dan merdeka berdiri di Palestina, maka tidak akan ada masalah antara Indonesia dan Israel sama sekali. Jadi tidak ada permasalahan agama dalam hal ini.
Selanjutnya, apabila ini perang agama dan umat Muslim di dunia melawan Israel, maka Israel sudah lenyap dari muka bumi. Ada 1,5 miliar warga Muslim di seluruh dunia. Justru warga Muslim tidak melihatnya dari dimensi agama. Tetapi tentu saja setiap umat Muslim berhak marah saat Palestina terusik karena situs suci agama Islam yang terletak di sini, tengah di bawah pendudukan. Umat Muslim tak akan membiarkan Masjid Al Aqsa berada di bawah pendudukan. Ini kiblat pertama bagi umat Muslim, bahkan sebelum Mekkah di Arab Saudi.
Jadi setiap ada serangan pada Palestina dan situs Islam oleh Israel, tentu berdampak bagi semua Muslim di seluruh dunia. Saya ingatkan, satu fakta. OIC, yang merupakan Konferensi Negara Islam, dibentuk karena ada satu hingga dua warga Israel yang menyebabkan kebakaran di Masjid Al Aqsa. Ini membakar perasaan seluruh umat Muslim, hingga mendorong dibentuknya OIC. Jadi bayangkan betapa pentingnya ini bagi umat Muslim.
Artikel-artikel kunjungan Paus Fransiskus ke Yordania, Palestina, dan Israel dapat Anda baca di:
Paus Fransiskus Tiba di Betlehem
Satukan Kekristenan, Paus Kunjungi Timur Tengah
Warga Yahudi Unjuk Rasa Jelang Kedatangan Paus ke Tanah Suci
Paus ke Tanah Suci Dukung Kemerdekaan Palestina
Paus Tinggalkan Tanah Suci dengan Panggilan Perdamaian
Paus Kunjungi Situs Muslim dan Yahudi
Editor : Bayu Probo
Kepala Pasukan UNIFIL: Posisi PBB di Lebanon Berisiko Didudu...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Kepala pasukan penjaga perdamaian PBB mengatakan pada hari Jumat (1/11) bahw...