Dukungan Petisi 35 Bertambah di Acara International Day Of Peace 2014
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pawai Perdamaian yang berlangsung dari Monas, Sarinah, hingga Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, pada Minggu (21/9) pagi, digagas oleh Wahid Institute untuk memperingati Hari Perdamaian Internasional (International Day Of Peace), yang diperingati setiap tahun pada 21 September.
Kegiatan itu juga diselenggarakan untuk mengenang jasa KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai tokoh perdamaian Indonesia.
Semasa hidupnya, Gus Dur dikenal di banyak kalangan, nasional ataupun internasional, sebagai tokoh perdamaian, tokoh lintas agama, dan sebagai Presiden ke-4 RI, yang berhasil memperjuangkan pengakuan terhadap Agama Konghucu di Indonesia.
Gus Dur adalah tokoh Reformasi yang mengajarkan pentingnya gagasan-gagasan universal dan menghormati serta menghargai keadilan sebagai bangsa yang beragam. Melalui ucapan, sifat, dan perbuatannya, Gus Dur memberikan penghormatan yang tinggi atas kemajemukan identitas bangsa Indonesia yang beragam bahasa, agama, adat istiadat, dan suku.
Galang Petisi 35
Dalam kegiatan itu PB Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), beserta dua organisasi sayap yaitu Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) dan Perhimpunan Pembela Masyarakat Adat Nusantara (PPMAN) menggalang Petisi 35.
Sebelumnya, terkumpul dukungan publik untuk Petisi 35, berasal dari wilayah Cimahi (Jawa Barat) 328 dukungan, Ende (NTT) 912 dukungan, dan Kepulauan Aru (Maluku) 736 dukungan, yang menuntut agar implementasi hutan adat bukan lagi hutan negara, serta pengesahan Rancangan Undang-Undang Pengakuan dan Perlindungan Hak-hak Masyarakat Adat (RUUPPHMA) menjadi UU PPHMA.
Dukungan tersebut, diberikan dengan cara mengisi dan menandatangai kartu pos Petisi 35, yang dikeluarkan oleh Pengurus Besar Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (PB AMAN), sebagai cara untuk memudahkan penggalangan dukungan publik.
Selain menggunakan media kartu pos, PB AMAN juga melakukan upaya-upaya penggalangan dukungan publik pada saat Car Free Day untuk meraih dukungan masyarakat urban di Jakarta, pameran benda seni etnik, dan seni kontemporer pada acara Pekan Masyarakat Adat 29 – 31 Agustus 2014 di Taman Ismail Marzuki, serta jejaring media sosial (beranda maya).
Dalam acara Pawai Perdamaian itu, masyarakat Ibukota ikut mendukung dan menandatangani dengan antusias dukungan Petisi 35.
Penggalangan Petisi, dilakukan di Sarinah dan seputar Bundaran Hotel Indonesia. Selain membubuhkan tanda tangan langsung, banyak juga warga Jakarta yang meminta kartu pos petisi untuk dibawa pulang agar dapat mengajak keluarga, pacar, teman, serta kerabat, sebagai upaya menyelamatkan hutan Indonesia yang diwarisi masyarakat adat.
International Day Of Peace 2014 diikuti berbagai lembaga organisasi dan dihadiri istri almarhum Gus Dur Sinta Nuriyah beserta putrinya, Yeni Wahid, Menteri Agama, Putri Pariwisata DKI Jakarta, dan artis Ibukota.
Dukungan publik terhadap masyarakat adat, dapat mengukuhkan kembali hak-hak masyarakat adat, yang selama ini telah dirampas oleh negara. Namun, pada kenyataannya, pengesahan undang-undang sebagai payung hukum bagi perlindungan masyarakat adat tersebut, masih berlangsung tarik menarik antara versi pemerintah dan DPR RI. Untuk mendesak pengesahannya dibutuhkan dukungan dari semua pihak serta masyarakat luas.(aman.or.id)
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...