Ecofeminisme Selamatkan Bayi Perempuan India
RAJASTHAN, SATUHARAPAN.COM – Sebuah revolusi jender sedang berlangsung di negara bagian barat laut India Rajasthan. Para calon orangtua menolak praktik lama, yaitu menggugurkan janin perempuan.
Seperti yang dilansir aljazeera.com pada Kamis (15/5), warga desa di wilayah yang sangat berdebu dan kering sekitar ibu kota negara, Jaipur, dihadapkan dengan anggapan miring tentang anak perempuan. Namun, saat ini mereka telah mengubah pandangan mereka dari tradisi lama tersebut.
Dipimpin kepala desa yang memiliki visi, mereka sekarang merayakan kelahiran anak perempuan dengan menanam pohon. Para aktivis menyebut hal ini dengan ecofeminisme, yaitu aktivitas yang terkait dengan lingkungan hidup dan jender.
“Kami merayakan kelahiran seorang bayi perempuan seperti menyambut seorang anak laki-laki di desa Rajasthan, membunyikan alat-alat musik, beribadah, dan mengapur rumah-rumah,” kata Rafique Pathan, seorang sarpanch atau kepala desa yang mempelopori kegiatan tersebut.
“Biaya untuk membawa bandwallahs (musisi), untuk menanam pohon buah dan mengurus beberapa detail lainnya dari perayaan tersebut ditanggung oleh panchayat (dewan kota).”
Aborsi
Dalam demokrasi terbesar di dunia, merupakan hal yang umum di beberapa daerah bagi calon orang tua melakukan tes untuk mengetahui jenis kelamin anak yang sedang dikandung sang ibu. Jika hasilnya perempuan, mereka kemudian mengaborsi bayi tersebut yang pada masa mendatang akan menjadi mahar yang mahal bagi keluarga miskin.
Anak laki-laki lebih disukai karena integritas seksual seorang gadis secara kultural dikaitkan dengan kehormatan keluarga. Setiap risiko yang berkaitan dengan integritas tersebut harus dihindari.
Di Rajasthan, fenomena ini mewariskan rasio seks yang sangat miring, yaitu sensus tahun 2011, untuk setiap 1.000 laki-laki ada 928 wanita, sedangkan di negara bagian rata-rata nasional mencapai 940 wanita. Untuk anak usia enam tahun ke bawah, rasio tersebut bahkan lebih terdistorsi dengan 888 perempuan per 1.000 anak laki-laki.
Desa-desa di Piplantri, Budania, dan Luhavad sedang mengupayakan sebuah insiatif serupa yang dipimpin oleh sarpanches untuk mengatasi ketidakseimbangan jender dan mengadakan penghijauan di daerah padang pasir.
Dalam Luhavad, penduduk desa telah berjanji sejak Juni lalu untuk menyelamatkan bayi-bayi perempuan sebagai bagian dari program yang dipimpin oleh Pathan, mantan wartawan foto, yang melakukan pendekatan untuk menarik semua yang berusaha untuk merayakan kelahiran seorang anak perempuan.
Pathan telah mengambil sikap proaktif terhadap kebidanan di desa itu secepat mungkin jika seorang ibu akan melahirkan bayi perempuan.
“Di desa-desa, orang sudah sangat terhubung dengan alam dan oleh karena itu wanita yang berpengalaman tidak perlu melakukan ultrasonografi (USG) yaitu mesin untuk mendeteksi apakah janin tersebut laki-laki atau perempuan.
“Jadi, segera setelah kami mendapatkan informasi kehamilan seorang wanita, kami mulai mengirim anganwadi (petugas kesehatan masyarakat) ke rumahnya dengan dalih memberikan vitamin suplemen untuk wanita hamil. Hal ini dilakukan untuk mengawasi gerak-gerik keluarga.”
Sarpanch bertindak lebih jauh lagi, yaitu memastikan seorang bayi perempuan yang lahir di keluarga miskin untuk bisa diadopsi oleh keluarga kaya yang dapat mengurus kebutuhan dan dana pendidikannya.
Kebijakan ini menuai dampak nyata yaitu pada tanggal 26 Januari lalu, pada hari jadi Republik India, ada sekitar 50 pasangan yang ingin mengadopsi anak perempuan.
Sikap Keras
Satu pohon telah ditanam di Luhavad untuk merayakan kelahiran seorang gadis dan 100 pohon ditanam di desa Budania dekat Jhunjhunu di mana pemerintah setempat telah mengambil sikap keras terhadap pengguguran janin.
“Kami mengambil tindakan keras terhadap keluarga yang dinyatakan bersalah telah melakukan tes USG,” kata Randheer Singh, seorang sarpanch dari Budania, desa pertama di mana sebuah kasus diajukan kepada pasangan suami istri yang melakukan tindak aborsi.
Program pemerintah India tahun 1994 tentang Pra-Konsepsi dan Tindakan Teknik Diagnostik Pra-Kelahiran, yang bertujuan untuk menghentikan aborsi janin bayi perempuan dan mengatasi penurunan rasio jenis kelamin yang melarang penentuan jenis kelamin dari janin tersebut melalui teknik diagnostik sebelum melahirkan seperti USG.
Desa Piplantri telah berubah menjadi subur berkat inisiatif penghijauan dan sekarang memiliki 270.000 pohon yang merupakan pemandangan langka di negara gurun tersebut. Hal ini sebagian besar merupakan upaya mantan sarpanch, Shyam Sundar Paliwal.
Paliwal meluncurkan inisiatif untuk mengaitkan penanaman pohon dengan kelahiran anak perempuan pada tahun 2007 setelah putrinya sendiri meninggal karena sakit.
“Kami telah menanam pohon di desa sejak tahun 2005, tapi itu belum menghasilkan apa-apa,” jelasnya.
“Dua tahun kemudian, ketika putri saya berumur 18 tahun, Kiran, meninggal. Saya melakukan pelampiasan dengan menanam pohon . Sejak saat itu, ketika seorang anak perempuan lahir dari keluarga miskin, kami mengumpulkan uang di desa sejumlah 21.000 hingga 31.000 rupe atau sekitar Rp 4 juta hingga Rp 6 juta untuknya. Sejauh ini kita telah mengumpulkan uang tersebut untuk 60 anak perempuan di desa Piplantri dan setiap tahun 62 bayi perempuan dilahirkan di desa kami.”
Piplantri juga satu-satunya desa di India dengan situs web sendiri dan Facebook, telah dianugerahi Penghargaan India Nirmal Gram dan dikunjungi oleh menteri Rajasthan Vasundhara Raje.
Ecofeminisme
Para ahli, termasuk Rajasthan yang terkenal sebagai ahli lingkungan Harsh Vardhan, telah menggambarkan gerakan ini sebagai ecofeminisme yaitu penggabungan gerakan lingkungan hidup dengan feminisme.
Aktivis, Rajan Choudhary telah membantu administrasi negara Rajasthan untuk mengekang aborsi janin anak perempuan melalui “operasi umpan” di mana pelaku menyamar sebagai pasangan mengunjungi klinik USG untuk menggali praktik ilegal tes penentuan alat kelamin pada bayi. Dalam beberapa kasus, dokter telah sepakat untuk mengungkapkan jenis kelamin janin demi uang.
“Selain menghentikan tes penentuan jenis kelamin dan menciptakan kesadaran tentang pentingnya terhadap bayi perempuan, penanaman pohon untuk merayakan kelahiran anak perempuan ini menuai hasil yang sangat baik di Rajasthan,” kata Choudhary.
Dia telah melakukan survei secara independen yang menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan rasio jenis kelamin di Rajasthan menghasilkan peningkatan yang nyata dari tahun 2012 hingga 2013.
“Saya menemukan bahwa sejak sensus terakhir, rasio kelahiran hidup telah meningkat menjadi 920 pada tahun 2013 dari 895 pada tahun 2011 dan semua faktor termasuk mengendalikan aborsi janin perempuan, menciptakan kesadaran dan penanaman pohon telah sangat membantu mencegah aborsi di Rajasthan.” (aljazeera.com)
Editor : Bayu Probo
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...