Faisal Basri: Pemerintah Tidak Transparan Perihal Harga BBM
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah tidak transparan saat menyampaikan harga bahan bakar Minyak (BBM) karena pemerintah membandingkan harga BBM di Indonesia – yang lebih rendah mutunya per dolar Amerika Serikat – dengan negara lain.
"Saya dapat data harga BBM di Asia dari Pertamina, lalu saya bandingkan dengan data dari Global Petrol Prices (GPP), dilihat memang sama. Tapi, standarnya ternyata beda," kata Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Faisal Basri kepada pers, di Jakarta, Rabu (1/4).
Dia menjelaskan, GPP menggunakan acuan rata-rata harga minyak di sejumlah negara yang menggunakan jenis BBM medium, karena bahan bakar yang lebih bermutu rendah (inferior), seperti premium sudah tidak ada.
"Menurut GPP, harga BBM Indonesia 0,67 dolar AS. Tapi, kenapa Pertamina memaksakan memakai premium? Semua pakai premium, Pertamina tidak pakai pertamax, ya tentu saja lebih murah," kata Faisal Basri.
Terkait dengan harga BBM premium, ia menyampaikan, rumus penghitungan untuk bahan bakar premium atau Ron-88 sudah kuno bagi negara lain sebagai pihak ketiga (proxy).
"Kalau pakai rumus ini, harga premium makin dekat ke pertamax. Menurut kami, premium terlalu mahal, karena rumusnya kuno. Sekarang Ron-88 kan sudah tidak dijual di pasar, proxy-nya pakai Ron-92," kata dia.
Mulai Januari 2015, rumus perhitungan harga BBM ialah 3,92 persen dikalikan harga indeks pasar (HIP) ditambah Rp 672, sehingga alfa-nya menjadi Rp 891 per liter, kemudian 19 Januari 2015 kembali berubah dengan besaran menjadi Rp 1.195 per liter. (Ant).
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...