Ibu Korban Mei 1998: Apa Salah Anak Saya?
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Apa salah anak saya? Apa salah mereka yang dibakar? Mereka tidak berdosa! Kenapa ini harus terjadi?” demikian Ruyati Darwin berseru sambil terisak ketika memberikan testimoni tentang kebakaran di Jogja Plaza (sekarang Mall Klender), Mei 1998, yang telah merenggut nyawa putra sulungnya, Eten Karyana.
Ruyati telah berjuang mencari keadilan bagi anaknya bersama keluarga korban lainnya selama 16 tahun. Ia mengungkapkan kisahnya pada peluncuran buku Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan, Rabu (14/5) di Function Room Gramedia, Jakarta Timur.
“Anak saya, Eten Karyana saat itu menjadi korban kebakaran di Jogja Plaza. Saat itu almarhum melihat anak kecil berseragam merah terkurung api,” ucap Ruyati. “Menurut saksi mata, almarhum masuk ke gedung itu untuk menolong. Tapi yang diberitakan, ratusan orang yang terbakar adalah para penjarah.”
Selanjutnya Ruyati menceritakan bagaimana para saksi mata melihat orang-orang masuk ke pusat perbelanjaan itu karena terprovokasi oleh beberapa orang yang membawa jirigen-jirigen. Dikatakannya, orang-orang dengan jirigen itu kemudian membakar bangunan tersebut.
16 Tahun Mencari Keadilan
Eten adalah anak sulung Ruyati Darwin. Pria itu bekerja sebagai guru di sebuah SMU. Pada hari kejadian, Eten bertemu dengan adiknya dan mengatakan ingin melihat kebakaran yang terjadi di Jogja Plaza tersebut. Ruyati tak sempat lagi bertemu dengan anaknya itu.
“Kenyataan yang harus saya terima adalah, yang pulang ke rumah hanyalah sebungkus abu dan KTP anak saya. Semua badan orang di sana hangus terbakar,” ungkap Ruyati.
Ia menambahkan, “sudah 16 tahun kami menuntut keadilan, tapi tidak ada respons dan kepastian dari pemerintah. Dari dulu sampai sekarang, saya selalu berjuang untuk menuntut keadilan.”
Pada akhir testimoninya, Ruyati memberikan pesan pada pengunjung yang hadir pada peluncuran buku itu juga pada para pegiat HAM dan keluarga korban.
“Pesan saya untuk kita semua agar terus perjuangkan keadilan. Kita harus mau mengingatkan bahwa di sini telah terjadi pemerkosaan, ada juga penembakan, ada juga kebakaran. Saya akan terus menuntut keadilan!”
Pesannya itu senada dengan sepenggal puisi yang dibawakan dengan musikalisasi oleh Edith dan dari Komnas Perempuan yang mengajak masyarakat untuk tidak melupakan Peristiwa Mei 1998 melainkan terus mencari keadilan.
“di sini kami tetap berdiri, di sini kami tetap berpikir,
di sini kami tetap berjaga, di sini kami tetap waspada,
di sini kami membuka mata,
di sini kami s’lalu mencari kesejatian diri...”
Editor : Bayu Probo
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...