Jengger Ayam, Sumber Antioksidan Potensial
SATUHARAPAN.COM – Bentuk bunganya yang menyerupai daging merah yang tumbuh di bagian kepala ayam jantan menyebabkan tanaman bunga dari famili Amaranthaceae ini dinamakan jengger ayam. Orang menanamnya sebagai tanaman hias. Bunganya yang beraneka warna selain merah, mempercantik penampilan halaman.
Namun, siapa nyana jengger ayam menyimpan khasiat lain selain menjadi penghias halaman. Baik daun ataupun bunganya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, mengingat jengger ayam satu keluarga dengan sayuran bayam. Tumbuhan ini dibudidayakan di India, Afrika Barat dan Amerika Selatan sebagai bahan pangan.
Wikipedia, mengutip dari buku HM Hembing Wijayakusuma, juga buku Setiawan Dalimartha, dkk (1994), Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, menyebutkan jengger ayam memiliki rasa manis dan sejuk, dan dapat digunakan untuk antiradang, menghentikan keputihan, dan menerangkan penglihatan. Tanaman ini dapat menghentikan perdarahan, seperti pada batuk darah, muntah darah, mimisan, dan wasir berdarah.
Bunga jengger ayam mengandung minyak lemak, kaempferitrin, amaranthin, pinitol, sedangkan pada daun terdapat saponin, flavonoida, dan polifenol.
Studi di Indonesia, seperti dimuat dalam etd.repository.ugm.ac.id, menyebutkan tumbuhan jengger ayam adalah salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber antioksidan yang potensial.
Bunga jengger ayam juga memiliki kemampuan antibakteri. Yulia Pita Sari, Darwis Welly, dan Supriati Rochmah, meneliti ekstrak bunga tanaman jengger ayam sebagai antibakteri dalam karya penelitian untuk tesis di Universitas Bengkulu (2014). Melalui penelitian berjudul “Uji Efektivitas Ekstrak Bunga Tanaman Jengger Ayam (Celosia cristata, L.) sebagai antibakteri Shigella dysenteriae Kiyoshi Shiga dan Salmonella typhi Karl Ebert, para peneliti dari Departemen Ilmu Biologi Fakultas MIPA tersebut berdasarkan hasil analisis ANOVA mendapatkan hasil konsentrasi efektif ekstrak bunga jengger ayam dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysentriae yaitu 15 persen (150 µg/ml), untuk bakteri Salmonella typhi yaitu konsentrasi 35 persen (350 µg/ml).
Ekstrak bunga tanaman jengger ayam, menurut penelitian yang dapat dibaca di repository.unib.ac.id itu, lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae dan bakteri Salmonella typhi dibandingkan larutan pembanding kloramfenikol.
Uji efektivitas ekstrak bunga tanaman jengger ayam dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. dysentriae didapatkan H0 (perlakuan ekstrak tidak menghambat pertumbuhan bakteri S. dysentriae) diterima dan H1 (perlakuan ekstrak menghambat pertumbuhan bakteri S. dysentriae) ditolak dan untuk hasil uji efektivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. typhi didapatkan H0 (perlakuan ekstrak tidak menghambat pertumbuhan bakteri S. typhi) ditolak dan H1 (perlakuan ekstrak menghambat pertumbuhan bakteri S. typhi) diterima.
Pemerian dan Penamaan
Jengger ayam memiliki nama ilmiah Celosia cristata, L., dengan nama sinonim Celosia argentea, L. Dan mengutip dari theflowerexpert.com, nama celosia berasal dari bahasa Yunani “kelos” yang berarti “terbakar”, mengacu dari bentuk bunganya yang merah terang di ujung batang.
Jengger ayam adalah tanaman semusim, tumbuh tegak dengan tinggi antara 60 cm - 90 cm. Batangnya tebal dan kuat.
Daunnya daun tunggal, tumbuh berseling, berbentuk bulat telur sampai memanjang dengan panjang 5 cm - 12 cm dan lebar 3,5 cm - 6,5 cm, berujung runcing, bertepi rata dan berwarna hijau atau berwarna perunggu, bergantung pada kultivarnya, dengan sedikit garis merah di tengah-tengah daun.
Bunganya bunga majemuk, berbentuk bulir, di ujung batang atau di ketiak daun, dengan daun pelindung pendek, dengan jumlah benang sari lima. Tangkai sari pada pangkalnya bersatu berbentuk cawan, putik berbentuk benang, kepala putik berbentuk bulat. Bunga selain berwarna cerah, juga ada kultivar berwarna kuning, oranye.
Buahnya bulat telur, berwarna merah kehijauan. Bijinya berbentuk ginjal, keras, hitam.
Mengutip dari Wikipedia, tumbuhan ini banyak dikenal di Sulawesi dengan sebutan tatara manuk, sapiri manu, bunga api-api, laya, langgelo, kaputi ayam, rangrang jangang, bunga lali manu, dan puwa ri sawito. Situs warintek.ristekdikti.go.id menambahkan tumbuhan ini di Makassar disebut barang jangan.
Di Jawa, tanaman bunga ini selain dikenal dengan nama jengger ayam, jawer kotok, bayem cenggeng (Jawa), juga disebut jawer hayam (bahasa Sunda), jhanggar ayam (Madura) atau rebha mangsor.
Di Bali, orang menyebutnya janggar siap. Di Nusa Tenggara, tanaman ini disebut bunak manulalarit (Timor), ndae ana sina (Rote), atau juga janggar siap.
Di Sumatera, mengutip dari warintek.ristekdikti.go.id, tumbuhan ini disebut sebagai celala (Gayo), banda ulu (Batak), dan bunga tali (Palembang), dan bayam biludu (Sumatera Barat).
Orang Maluku menyebutnya tiko ma rerede (Halmahera), sule-sule (Ternate). Nama lain yang dikenal adalah wire, kolak, toko.
Dalam bahasa Inggris, tanaman ini disebut cockscomb, dan mengutip dari theflowerexpert.com, juga disebut wool flowers atau brain celosia. Di Tiongkok, tanaman ini disebut chi kuan.
Tidak diketahui asal tanaman ini, mengutip dari theflowerexpert.com, tetapi para ahli memperkirakan berasal dari Afrika, India, dan Amerika Utara ataupun Amerika Selatan. Tiga spesies dari Celosia, yakni cristata, argentea, dan spicata, diintroduksi ke Inggris pada 1570.
Jengger ayam pada umumnya tidak tumbuh liar melainkan di taman-taman atau halaman rumah sebagai tanaman hias dan tempat-tempat lain hingga ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut.
Wikipedia menyebutkan tumbuhan ini tahan dari serangan penyakit, dapat ditanam di luar rumah ataupun di dalam rumah, walaupun lebih menyukai tumbuh di tempat terbuka, terpapar langsung matahari dengan sistem drainase yang baik.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...