Jerman Akan Minta Maaf Atas Genosida Namibia
BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Jerman berencana secara resmi meminta maaf kepada Namibia atas genosida masyarakat adat Namibiase abad lalu, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, hari Rabu (13/7). Namun dia menambahkan bahwa langkah itu tidak akan berarti kewajiban untuk reparasi.
"Kami sedang bekerja menuju deklarasi bersama pemerintah dengan kegiatan diskusi umum tentang peristiwa sejarah dan permintaan maaf Jerman untuk aksi di Namibia," juru bicara itu, Sawsan Chebli, kepada wartawan, seperti dikutip AFP.
Deklarasi bersama dengan pemerintah Namibia akan menjadi dasar untuk resolusi parlemen, katanya. Namun langkah tersebut tidak akan diterjemahkan ke dalam akibat-akibat hukum bagi Jerman.
"Tentang pertanyaan apakah mungkin ada reparasi atau konsekuensi hukum, tidak ada satu pun. Permintaan maaf tidak bersama konsekuensi tentang bagaimana kami berurusan dengan sejarah dan menggambarkan hal itu," katanya.
Koloni Jerman
Jerman memerintah di wilayah yang kemudian disebut Afrika Barat Daya sebagai koloni pada periode 1884-1915.
Penduduk setempat marah terhadap pemukim Jerman yang mencuri tanah dan ternak mereka dan mengambil perempuan mereka. Orang-orang dari suku Herero melancarkan pemberontakan pada Januari 1904 dengan menyembelih 123 warga sipil Jerman selama beberapa hari. Suku Nama bergabung dalam pemberontakan pada tahun 1905.
Para penguasa kolonial menanggapi secara kejam dan Jenderal Lothar von Trotha menandatangani perintah pemusnahan terhadap suku Herero.
Mereka yang ditangkap dimasukkan ke kamp-kamp penjara. Orang-orang dari suku Nama dan Herero meninggal karena kekurangan gizi dan cuaca buruk. Puluhan lainnya dipenggal kepala mereka, dan tengkorak mereka dikirim ke peneliti Jerman di Berlin untuk eksperimen "ilmiah".
Sekitar 80.000 orang suku Herero tinggal di Namibia ketika pemberontakan dimulai. Setelah itu, hanya tersisa 15.000 orang. Jerman sejak 2011 secara resmi menyerahkan kembali puluhan tengkorak tersebut.
Bantuan Pembangunan
Tapi pihak Berlin telah berulang kali menolak untuk melakukan reparasi, dan mengatakan bahwa ratusan juta euro telah diberikan sebagai bantuan pembangunan sejak Namibia merdeka dari Afrika Selatan pada tahun 1990. Hal itu adalah "untuk kepentingan semua orang Namibia".
Pembicara di parlemen Jerman pada Juli lalu mengatakan bahwa pembantaian warga adat Namibia abad yang lalu merupakan "genosida" yang berasal dari "perang suku".
Norbert Lammert, menulis dalam sebuah kolom tamu untuk media berita mingguan, Die Zeit, mengatakan bahwa masyarakat suku Herero dan Nama telah secara sistematis ditargetkan dengan pembantaian oleh pasukan kekaisaran Jerman.
Sejak itu, pemerintah Jerman menggunakan istilah, seperti disebutkan Chebli pada hari Rabu, bahwa "kami berbicara tentang genosida untuk waktu yang lama."
Anggota parlemen Jerman pada bulan Juni mengesahkan resolusi yang mengakui pembantaian Armenia oleh pasukan Ottoman Turki sebagai genosida pada Perang Dunia I. Hal itu membuat protes keras dari Turki yang menyebutnya sebagai "kesalahan bersejarah".
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...