John Sung, Pekabar Injil yang Membangkitkan Semangat untuk Merdeka
JAKARTA, SATU HARAPAN – Pementasan drama kolosal mengangkat kisah hidup John Sung, misionaris Asia pada era 1940-an, bakal digelar di lapangan SMA 4 PSKD, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Acara gratis yang direncanakan pada Sabtu, 17 Agustus 2013, ini selain untuk memperingati penyebaran Kabar Baik, juga untuk menegaskan peran orang Kristen dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kebangkitan rohani menyemangati pengikut Kristus untuk membebaskan diri dari kolonialisme.
John Sung adalah penginjil dari Tiongkok. Laki-laki kurus ini mengalami pertobatan pada 1913, masih kanak-kanak, di Hinghwa. Sejak bertobat, ia mulai memberitakan Kabar Baik kepada sekitarnya sehingga ia dikenal dengan julukan Pengkhotbah Cilik. Di Hinghwa John Sung menamatkan pendidikannya hingga tingkat menengah di sekolah yang dikelola Gereja Methodist.
Setamat sekolah, ia ingin melanjutkan ke universitas, tetapi tidak punya biaya. Gereja Methodist memberikan beasiswa baginya untuk menyelesaikan kesarjanaannya di Universitas Wesley, Amerika Serikat. Tidak berhenti di strata sarjana, ia meneruskan pendidikannya hingga jenjang doktor.
Di Amerika, ia terpaksa bekerja mencari uang tambahan karena beasiswa yang ia terima sangat sedikit. Akibatnya, ia sempat sakit dan harus dirawat beberapa bulan di rumah sakit. Namun, akhirnya, gelar doktor berhasil ia raih juga.
Satu adegan paling mengharukan dalam hidup John Sung adalah saat ia, di dalam kapal dari Amerika yang merapat di Shanghai, membuang semua ijazah sarjananya ke tengah samudra. Ia merasa gelar-gelar tersebut mengganggu komitmennya menjadi seorang Pekabar Injil.
Pada 1927, John Sung mulai mengadakan kebangunan rohani di Hinghwa, kampung halamannya. Setelah itu, ia mengadakan perjalanan penginjilan ke seluruh Tiongkok. Rupanya, khotbah-khotbah dan aksi doanya dalam menyembuhkan orang sakit, menarik banyak orang untuk bertobat. Kemasyhurannya tidak hanya di Tiongkok. Pada 1935, ia mulai mengadakan penginjilan ke Filipina, Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Pertemuan jemaat Kristen Indonesia dengan John Sung, terjadi pada 1939 saat gereja-gereja Tionghoa di Jawa mengundangnya untuk mengadakan kebaktian kebangunan rohani (KKR) di gereja mereka. Madiun, Solo, Jakarta, Bogor, Cirebon, Semarang, Magelang, Purworejo, Yogyakarta, dan Makassar adalah kota-kota ia singgahi.
Kisah inilah yang hendak dipentaskan Sabtu, pukul 19.00 WIB besok. Kisah ini sudah diterbitkan dalam bentuk buku oleh Yayasan Komunikasi Bina Kasih dengan judul, John Sung: Obor Allah di Asia.
Pembebasan dari Kolonialisme
Yohanes Nur Sangkan, sutradara sekaligus penulis naskah drama mengatakan kepada satuharapan.com, “John Sung punya peran penting dalam perjuangan orang Kristen Indonesia membebaskan diri dari kolonialisme Belanda. Dia membantu membangun iman orang-orang Indonesia yang putus asa karena penjajahan.
Khotbah-khotbahnya menolong para pendengarnya mendapatkan hidup penuh pengharapan. Hal ini terbukti dengan puluhan ribu orang Indonesia, terutama di Jawa, mau segera dibaptis. Itu membuat mereka merdeka secara rohani yang ujungnya pikiran mereka pun terbuka untuk merdeka dari penjajahan.”
Menurut Guru SD Tirta Martha, BPK Penabur ini, selama ini sedikit yang tahu bahwa orang Kristen punya andil dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan, di kalangan orang Kristen sendiri. “Melalui pementasan ini, saya berharap orang-orang Kristen Indonesia senantiasa berjuang untuk kemerdekaan sejati, tidak hanya secara fisik, tetapi juga jiwa mereka. Setelah mereka merdeka selanjutnya memerdekakan saudara-saudara mereka se-tanah air,” katanya.
Salah satu peninggalan penting yang masih terlihat dari KKR John Sung, 74 tahun yang lampau adalah jemaat-jemaat sinode GKI, Gereja Kristus, Gereja Isa Al Masih, Gereja Yesus Kristus. Leluhur-leuhur mereka adalah para hadirin KKR yang meneruskan iman mereka kepada keturunannya.
Jadi, pementasan yang diselenggarakan Komisi Pemuda GKI Kebayoran Baru ini menjadi pengingat bagi orang-orang muda asal mula mereka mengenal Kristus. Diharapkan, tidak hanya pemuda GKI Kebayoran Baru saja yang menikmatinya, tetapi juga semua masyarakat Kristen, terutama Jakarta untuk menghadiri pementasan suatu peristiwa penting dalam Pekabaran Injil di Indonesia.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...