Loading...
INSPIRASI
Penulis: Tjhia Yen Nie 01:00 WIB | Minggu, 07 September 2014

Kasih Ibu Sepanjang Jalan

Ada anak-anak yang mudah dibentuk, ada juga yang keras dan sulit, ada yang pandai, ada juga yang tidak pandai, ada yang normal dan ada juga yang tidak.
Dalam pelukan (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Kamu tahu saya berjuang keras untuk menangani anak saya!” Perkataan itu keluar dari mulut seorang ibu yang terkesan membela diri ketika saya memaparkan kenakalan anaknya.  Anaknya, yang berusia 15 tahun, tak hanya mengkonsumsi rokok elektronik dalam bentuk pen yang dikatakan teman-temannya aman dan sedang ngetren, tetapi juga mulai mencoba minum minuman keras yang entah bagaimana bisa disajikan kepada anak-anak berusia SMP di klub-klub tertentu.  ”Darimana uangnya?” tanya saya keheranan.

Saya terpekur mendengar dan melihat kenyataan itu.  Bagaimana kasih sayang berlimpah dalam bentuk materi menjadikan anak ini tidak peka? Tentu saja ada hal yang melatarbelakangi semuanya—kelainan emosi membuat dia tidak dapat bersosialisasi. Orangtua sudah berulangkali membawanya ke terapis tanpa  hasil maksimal, sehingga semua bernafas lega melihat kemajuan sosialisasi anak itu setelah remaja. Dan sebagai orang berada, nilai materi menjadi tidak berarti dibanding kelegaan melihat anaknya mempunyai teman. Namun sayangnya, pengawasan dan lingkungan yang salah telah menarik dirinya.  

Ada anak-anak yang mudah dibentuk, ada juga yang keras dan sulit, ada yang pandai, ada juga yang tidak pandai, ada yang normal dan ada juga yang tidak.  Tentu saja, anak-anak yang normal, penurut, rajin, pandai, baik, jujur adalah harapan orangtua.  Namun bila yang terjadi adalah sebaliknya, bagaimana tanggapan orangtua?

Saya merasa tertegur ketika anak saya sambil bercanda berkata, ”Mama pasti senang kalau anaknya nggak cerewet, diam terus seperti patung, nggak suka nonton TV, kerjaannya baca buku ilmu pengetahuan, rajin latihan piano, dan nilai di sekolah bagus semua.”

Melihat ke belakang, dengan hati bangga kita membuai anak-anak kita semasa kecil, berdoa dan mengharapkan yang terbaik untuk dirinya.  Bagaimana setelah sekian tahun berlalu, apakah kebanggaan itu masih ada dengan semua kekurangannya?

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home