Kelaparan Adalah Skandal Dunia Yang Memalukan
ROMA, SATUHARAPAN.COM – Skandal memalukan datang dari dunia pangan, di mana produksi pangan meningkat, tetapi jutaan orang masih menderita dan mati kelaparan akibat 1,3 miliyar ton makanan dibuang sia-sia.
"Ini adalah fakta yang tenar bahwa tingkat produksi (pangan) saat ini sudah mencukupi, namun jutaan orang masih menderita dan mati karena kelaparan. Ini benar-benar memalukan," kata Paus Fransiskus kepada delegasi Orgasisasi Pangan dan Pertanian PBB, Food and Agriculture Organization (FAO), pada Kamis (20/6), di markas FAO, di Roma.
Seperti dilansir dari situs fao.org, Paus menyambut ratusan delegasi konferensi FAO ke-38, termasuk Ketua Konferensi FAO, Mohammad Asif Rahimi dan Direktur Jenderal FAO, Josè Graziano da Silva. Ia memuji delegasi dari berbagai negara yang mau bekerja sama melawan kelaparan, dan sekaligus mendesak agar negara-negara ‘meninggalkan sikap tidak peduli’ dan mengubah kebijakan untuk berpihak kepada penduduk yang rentan menderita, kelaparan dan dalam kemiskinan.
“Krisis ekonomi global tidak dapat "terus dijadikan sebagai alibi,” kata Paus dihadapan peserta konferensi. "Krisis tidak akan benar-benar berakhir sampai situasi dan kondisi kehidupan diuji di dalam pribadi manusia dan martabat manusia," ujarnya menegaskan.
Urusan Kelaparan Tanpa Memandang Agama dan Politik
Sementara itu, Direktur Jenderal FAO, José Graziano da Silva sependapat dengan Paus Fransiskus untuk segera mengakhiri kelaparan di seluruh dunia, tanpa memandang agama dan urusan politik.
"Perang melawan kelaparan harus berwarna, tidak ada agama, tidak ada afiliasi politik," kata José Graziano da Silva, profesor Ekonomi Pertanian dari Amerika Latin.
"Mengakhiri kelaparan mutlak sudah seharusnya dilakukan jika kita ingin masa depan yang benar-benar berkelanjutan dan lebih aman. Secara politik dan ekonomi memang masuk akal, tapi secara moral dan etis, juga merupakan hal yang benar untuk dilakukan," ujar Direktur FAO, yang dipilih pada 26 Juni 2011.
José Graziano da Silva teringat pernyataan Paus Fransiskus pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia, (5/6), yang mengkritisi “budaya sampah” yang menyebabkan hilangnya 1,3 miliar ton makanan setiap tahun.
"Paus mengatakan bahwa itu adalah 'seperti mencuri makanan dari orang-orang miskin,' dan ia benar. Tetapi juga kita telah menyia-nyiakan hidup seluruh generasi selanjutnya dalam kelaparan, tidak mendapatkan nutrisi yang memadai dan kesehatan yang buruk. Dan hal ini sangat merugikan kita semua," kata Graziano, penulis buku tentang masalah pertanian di Brasil,“ O que é a questão agrária?” (What is the Agrarian Question?).
Jujur dan Adil
Sejalan dengan Graziano, Mohammad Asif Rahimi mengatakan bahwa pesan Paus adalah inspirasi, dan menjadi catatan semua pemimpin agama-agama yang dapat mempengaruhi pemerintah, organisasi, perusahaan dan masyarakat untuk segera mengambil tindakan dan membela hak atas pangan dari mereka yang paling rentan.
"Itu inspirasi ketika Paus menyatakan bahwa harus menemukan cara untuk memungkinkan setiap orang untuk mendapatkan keuntungan dari hasil bumi dengan cara yang jujur ââdan adil," kata Rahimi.
Editor : Sabar Subekti
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...