Korban Bencana Nepal Melonjak, Pendaki Indonesia Selamat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Adiseno dan pendaki gunung Indonesia Fit@Fifty, yang sempat terjebak dalam badai salju di Pegunungan Himalaya, Nepal, Senin (20/10) ini sudah berada di Kathmandu, ibu kota Nepal. Tiga pendaki gunung lain yang sebelumnya dinyatakan masih hilang, dilaporkan sudah ditemukan, juga dalam keadaan selamat.
Pegunungan Himalaya, terutama puncak tertingginya, Everest (8.848 meter di atas permukaan air laut/m dpl), menjadi dambaan pendaki gunung dari seluruh dunia untuk menjelajahi gunung-gunungnya. September – Oktober dan April – Mei, merupakan saat-saat penjelajahan terbaik dari segi cuaca.
Namun, saat-saat pendakian terbaik kali ini menjadi mimpi buruk bagi penjelajah dari seluruh dunia yang membanjiri Nepal. Topan badai Hudhud yang melanda pesisir timur India, seperti dikabarkan AP, membawa pengaruh pada terjadinya badai laju dan salju longsor di Himalaya. Hingga berita ini diturunkan, VOA News menyebutkan 40 masih dinyatakan hilang, dan diduga tewas.
Militer Nepal dan petugas penyelamatan, seperti diberitakan cbc.ca, melaporkan 317 penjelajah dari seluruh dunia berhasil diselamatkan. Berita terbaru seperti diberitakan news.com.au, menyebutkan hampir 500 penjelajah dan pemandu berhasil diselamatkan sejak operasi dimulai pada Rabu (15/10), termasuk 292 penjelajah asing.
Berhasil Dievakuasi Selamat
Adiseno bersama pendaki gunung yang tergabung dalam Fit@Fifty, yakni Nizar Suhendra, Ade Rahmat, Agung Sutiastoro, Ari Nugroho, Manogari Siahaan, Agus Radjani, Gabriel Tri, Paido Panggabean, dan Unggul Rahadjo, berniat mendaki Chulu West (6.419 meter di atas permukaan air laut/m dpl), salah satu rute pendakian favorit di rangkaian Annapurna (8.091 m dpl). Annapurna merupakan jalur penjelajahan populer di Pegunungan Himalaya.
Selain Adiseno dan Tim Fit@Fifty, berangkat tim pendaki lain dari Indonesia, terdiri atas Armedito Ramadhan, Mochammad Taufan, dan Farid Ezeddin.
“Waktu badai datang, kami sedang di high camp, di ketinggian 5.200 m dpl. Kami memutuskan turun karena 12 jam hujan salju turun terus. Tenda hampir tertimbun,” Adiseno mengisahkan, dalam kontak sebelumnya, Kamis (16/10), menjelang tengah malam.
Perjalanan turun ditempuh Adiseno bersama rekan-rekan satu timnya selama delapan jam dalam guyuran hujan salju dan angin dingin menerpa. “Tuhan melindungi kami hingga tiba di Letdar, Rabu, 15 Oktober. Dari Letdar kami bisa menelepon ke Kathmandu, meminta pertolongan helikopter untuk evakuasi,” Adiseno menambahkan.
Belum ada kabar dari Dito, Mochammad Taufan, dan Farid Ezeddin, saat itu. Kepastian keadaan mereka diterima kemudian.
Mereka berhasil dievakuasi, dalam keadaan selamat. “Kemarin (Minggu, 19/10), sebelum berangkat dari Pokhara (lebih kurang 200 kilometer arah barat dari Kathmandu, Red), kami terima kabar dari survivor, Dito dan kawan-kawan, bahwa mereka sudah balik ke Hotel Mountain View,” kata Adiseno kepada satuharapan.com, Senin (20/10) siang.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...