Koro Pedang, Bahan Alternatif Pembuat Tempe
SATUHARAPAN.COM - Jika Anda penggemar camilan kacang, sudah pasti familiar dengan rasa nikmat dan gurih dari kacang koro. Jenis kacang yang satu ini memang cukup populer dijadikan makanan ringan atau camilan saat bersantai. Beberapa orang suka mencampur kacang koro dengan kacang jenis lain, atau sayuran hijau.
Di Indonesia dikenal tiga jenis kacang koro yang populer dikonsumsi dan dimanfaatkan, yaitu kacang koro pedang (Canavalia gladiata), kacang koro benguk (Mucuna prurien), dan kacang koro kecipir (Psophocarpus tetragonolobus).
Kacang koro, seperti dikutip dari biogen.litbang.pertanian.go.id, memiliki kandungan protein 30,36 persen, setara dengan kedelai. Kacang koro kering memiliki kandungan karbohidtrat 66 persen, lemak 2,6 persen. Kacang koro banyak mengandung asam folat sebanyak 358 mikrogram (mcg) sehingga memiliki potensi untuk dapat menggantikan kedelai sebagai tempe atau tahu. Keuntungan lain, harganya cukup murah jika dibanding kedelai.
Koro pedang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan karena mudah dibudidayakan dan ditumpangsarikan dengan ubi kayu, jagung, sengon, kopi, kakao, dan lain-lain. Beberapa daerah sudah menggunakan koro pedang sebagai bahan baku tempe, susu, tepung pengganti terigu, dan bungkil sebagai pengganti bungkil kedelai untuk pakan, minyak goreng, dan abon.
Di tengah semakin melambungnya harga kedelai disertai dengan produksi yang semakin berkurang, kacang koro pedang diyakini mampu menjadi bahan komoditas alternatif sebagai pemenuh atau pengganti kedelai, untuk bahan baku tempe dan tahu.
Kegiatan usaha produk hasil olahan pangan lokal koro pedang berkontribusi pada diversifikasi pangan. Para petani kacang koro pedang yang terhimpun dalam Komunitas Damar Sindoro-Sumbing, di Temanggung, Jawa Tengah, misalnya, mampu menghasilkan 4–8 ton koro pedang setiap panen dan menilai prospek budidaya koro pedang cukup bagus. Permintaan koro pedang di Jawa Tengah mencapai 100-200 ton per bulan.
Mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono pada tahun 2009, pernah mengatakan, dengan kandungan protein 27,4 persen, koro pedang dapat diolah menjadi tahu, tempe, maupun pakan ternak serta makanan ringan, yang selama ini sangat bergantung pada kedelai.
Pengembangan koro pedang mempunyai peluang cukup besar untuk mengatasi keresahan perajin tahu, tempe, dan pakan ternak akibat kekurangan kedelai, katanya, seperti dikutip dari kompas.com.
Asal dan Penyebaran Koro Pedang
Menurut balitkabi.litbang.pertanian.go.id, tanaman koro pedang berasal dari Asia atau Afrika. Koro pedang ditanam secara luas di Asia Selatan dan Asia Tenggara, terutama di India, Sri Lanka, Myanmar, dan Indo-China. Kini, koro pedang telah tersebar di seluruh daerah tropis dan telah beradaptasi di beberapa daerah termasuk Indonesia.
Kacang koro pedang yang memiliki nama ilmiah Canavalia gladiata, memiliki beberapa nama lokal, yakni koro bedog, koro bedug, koro loke, koro bendo, koro krandang, koro gogok, koro wedhung, koro kaji (Jawa Tengah), koro bakol (Jawa Barat), koro ortel, koro wedung, rakara bedung, maliki (Madura), kacang koro kayu (Sumatera), dan koro batik (Lombok). Dalam bahasa Inggris, koro jenis ini dikenal dengan nama sword jack bean.
Kacang koro cukup potensial dikembangkan mengingat sumber gizinya bermanfaat bagi kesehatan tubuh, misalnya dapat menurunkan kadar gula darah penderita diabetes, menjaga ketahanan tubuh, serta menghindari penyakit jantung.
Di samping untuk mendukung kesehatan, secara ekologi tanaman koro juga berguna dalam konservasi lahan. Sebagai jenis tanaman leguminosa, perakarannya dapat mengikat unsur nitrogen dari udara sehingga dapat memperbaiki tingkat kesuburan tanah.
Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan), melalui Bank Gen BB Biogen memiliki koleksi konservasi sumber daya genetik (SDG) kacang koro yang merupakan sumber gen potensial untuk dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan dan mendukung ketahanan pangan.
Tanaman koro pedang, menurut Wikipedia, adalah jenis kacang koro yang paling dikenal oleh masyarakat umum. Biji koro pedang mudah dikenali dari selimut kulit biji yang sangat tebal dan kulit biji tersebut menempel kuat yang sangat berbeda dengan kulit ari tipis pada kedelai. Panjang polongnya berkisar antara 30 hingga 40 cm.
Karena sifat dan kandungan nutrisinya yang mirip, koro pedang sedang digalakkan sebagai pengganti kedelai. Tanaman koro pedang telah lama dikenal di Indonesia, namun kompetisi antarjenis tanaman, menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam skala luas.
Daun koro pedang berjari tiga dan cukup lebar dengan bentuk bundar seperti telur, lancip, dan memiliki bulu halus pada kedua sisinya. Bunga berbentuk tandan dengan mahkota bunga berwarna putih. Buah berupa polong dengan bentuk lonjong panjang, ujungnya cenderung lebar. Biji koro pedang berbentuk lonjong dengan warna beragam, yakni: merah, merah muda, merah kecoklatan, hitam pekat, dan putih.
Manfaat Herbal Tanaman Koro
Ekstrak biji koro pedang dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan mencegah penyakit kanker. Namun, biji koro pedang mengandung zat toksik. Biji koro pedang memilki kandungan canavanine yang sangat tinggi (88–91 persen), yang digunakan oleh organisme untuk menyusun protein. Biji koro pedang juga mengandung vitamin B1 dan B2.
Penelitian yang dilakukan Sieni Julianto dari Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yang menguji efek hipoglikemik ekstrak etanol biji kacang koro pada tikus jantan putih, seperti dikutip dari situs wima.ac.id, menyimpulkan ekstrak etanol biji kacang koro memiliki efek hipoglikemik dan dosis 600 mg/kg BB memiliki efek penurunan kadar gula darah paling besar, yaitu 58,56 persen. Angka tersebut lebih besar 1,12 kali daripada kontrol positif (glibenklamid), yang persen penurunan kadar glukosa darahnya 53,32 persen.
Kacang koro pedang , menurut researschgate.net telah digunakan sebagai tanaman obat di Tiongkok selama ribuan tahun. Kacang koro pedang merah dan hitam ditemukan memiliki kapasitas antioksidan dibandingkan dengan kacang pedang putih, dan ini dikaitkan dengan mantel kacang merah dan hitam, yang memiliki konten fenolik yang sangat tinggi. Karena itu, kacang pedang merah dan hitam, terutama mantel kacang, merupakan sumber yang baik fenolat antioksidan dan mungkin memiliki manfaat kesehatan potensial.
Mira Naufalina Nuryanto dari program studi ilmu gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, seperti dikutip dari undip.ac.id, meneliti, pengaruh pemberian susu kacang koro pedang terhadap kadar kolesterol LDL dan HDL pada tikus. Pemberian susu kacang koro pedang selama 14 hari dapat menurunkan kadar kolesterol LDL secara bermakna.
Tim peneliti dari Sekolah Tinggi Farmasi Tirupati Andra Pradesh India, meneliti akar dari tumbuhan koro Canavalia gladiata, dan hasilnya menunjukkan ekstrak akar Canavalia gladiata dapat melindungi hati dari kerusakan parah disebabkan oleh D- galactosamine (D-GalN) dan dapat berfungsi sebagai adjuvant berguna dalam beberapa kondisi klinis yang terkait dengan kerusakan hati.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...