KRI Teluk Bintuni, Kapal Angkut Tank Terbaru TNI AL
SATUHARAPAN.COM – Dalam sebuah operasi amfibi yang digelar oleh TNI AL, yang terlibat adalah kapal kombatan dan kapal non-kombatan. Kapal kombatan biasanya adalah fregat, korvet, kapal selam atau kapal cepat rudal. Sedangkan kapal non-kombatan biasanya adalah kapal angkut, penyap ranjau atau kapal logistik. Tujuan utama perang adalah menguasai daerah musuh. Oleh karena itu meskipun bersifat non-kombatan, kehadiran kapal angkut sangat strategis dalam pemenangan perang. Dengan fungsi utama mengangkut pasukan dan material tempur, ini lah kapal yang menentukan kemenangan perang.
Di lingkungan armada TNI AL, kapal angkut ada dua jenis yatu landing platform dock (LPD) dan landing ship tank (LST). Keduanya mampu membawa muatan dalam kapasitas besar serta bisa dipergunakan untuk berbagai operasi non-perang seperti untuk operasi penanggulangan bencana alam. Kapal angkut dalam arsenal angkatan laut masuk dalam koordinasi Satuan Amfibi (Satfib). Keduanya ada di Komando Armada RI Kawasan Barat dan Komando Armada RI Kawasan Timur. Dan saat ini TNI AL adalah operator kapal angkut terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan jumlah kepemilikan lebih dari 20 LST dan 5 LPD.
Berbeda dengan LPD yang rata-rata berusia masih baru (di bawah 10 tahun), LST TNI AL sudah banyak yang berusia lawas. Bahkan ada beberapa LST veteran Perang Dunia II. Meskipun dirawat sangat baik dan mampu beroperasi normal, perlu dilakukan pengadaan baru untuk LST ini. Dalam pemenuhan Minimum Essential Force Tahap I (2010-2014), Kementerian Pertahanan (Kemenhan) memesan tiga unit LST. Dua unit dipesan dari perusahaan BUMN PT.Dok dan Perkapalan Kodja Bahari dan satu unit dari perusahaan swasta PT. Daya Radar Utama.
KRI Teluk Bintuni 520
Dari LST yang dipesan Kemenhan tersebut, ternyata yang selesai terlebih dulu adalah LST produksi PT. Daya Radar Utama. Perusahaan galangan kapal swasta yang berlokasi di Lampung ini selesai membuat KRI Teluk Bintuni 520 yang berbobot 2.300 ton yang menjadikannya sebagai LST terbesar sepanjang sejarah TNI AL karena selama ini LST yang dimiliki TNI AL berbobot 1.500 ton dan 1.800 ton. Bobot besar KRI Teluk Bintuni ini ternyata berkaitan dengan tugas utama yang akan diembannnya yaitu sebagai kapal angkut MBT (main battle tank) Leopard 2A4 Revolution yang baru dimiliki oleh TNI AD.
Tidak seperti LST yang ada yang hanya mampu mengangkut tank ringan yang berbobot hanya belasan ton, KRI Teluk Bintuni mampu mangangkut 10 unit tank berat Leopard sekaligus yang mana berat tiap tanknya mencapai 62 ton. Ini masih ditambah dengan kemampuannya mengangkut kendaraan tempur lain seperti truk, panser dan jip serta geladaknya bisa menampung dua helikopter. Selain material tempur tersebut, KRI Teluk Bintuni mampu mengangkut 361 personel pasukan tempur. Sedangkan persenjataan yang melengkapinya diproyeksikan hanya untuk self defense.
Data teknis KRI Bintuni :
- Panjang 120 meter
- Lebar 18 meter
- Tinggi 11 meter
- Bobot 2.300 ton
- Jumlah anak buah kapal : 113 personel plus 6 kru helikopter
- Mesin : 2 buah masing-masing menghasilkan 3.285 KW
- Kecepatan maksimal : 16 knot
- Persenjataan : Sebuah meriam Bofors kaliber 40 mm dan dua senapan mesin berat kailber 12.7 mm.
Saat ini KRI Teluk Bintuni sedang dalam proses finishing dan ditargetkan rampung akhir September. Rencananya LST ini akan ditampilkan dalam sailing pass kapal-kapal perang TNI AL dalam HUT TNI ke-69 yang berlangsung di Dermaga Komando Armada RI Kawasan Timur di Surabaya. Kapal ini akan menjadi kebanggaan TNI AL sebagai sebuah keberhasilan industri perkapalan dalam negeri. [berbagai sumber]
Editor : Prasto Prabowo
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...