Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:26 WIB | Rabu, 28 Januari 2015

Laboratorium NDI BATAN Menjadi Acuan di Kawasan ASEAN

Direktur Jenderal IAEA, Yukiya Amano meninjau langsung fasilitas Non Destructive Diagnostic Investigations (NDI) yang dimiliki BATAN, yang berlokasi di Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta, (23/1). (Foto: batan.go,.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Direktur Jenderal International Atomic Energy Association (Badan tenaga atom internasional), IAEA, Yukiya Amano meninjau langsung fasilitas Non Destructive Diagnostic Investigations (NDI) yang dimiliki BATAN, yang berlokasi di Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta hari Jumat (23/1).

Laboratorium NDI yang dimiliki BATAN, tahun ini ditetapkan sebagai collaborating centre IAEA atau laboratorium acuan untuk negara-negara yang berada di kawasan ASEAN.

“Kunjungan Dirjen IAEA ini merupakan suatu kehormatan, karena Indonesia dipercaya sebagai pusat acuan atau kepanjangan tangan IAEA, dalam pengelolaan laboratorium NDI untuk negara-negara kawasan ASEAN,” kata Kepala BATAN, Djarot S. Wisnubroto.

Penetapan ini juga, sebagai bentuk apresiasi bagi Indonesia terhadap penguasaan teknologi nuklir khususnya di bidang industri.

Prinsip dari penggunaan teknologi ini antara lain, menggunakan isotop sebagai sumber. Isotop tersebut kemudian diinjeksikan untuk mempelajari fluida atau gas yang ada di dalam pipa yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

“Dengan menggunakan isotop, kita bisa membaca apa yang ada di dalam pipa tersebut,” kata  Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN, Hendig Winarno.

Teknik lainnya adalah, misalnya menggunakan sinar x atau cobalt untuk mendeteksi suatu alat tanpa menghentikan pengoperasian dari alat tersebut. “Prinsipnya seperti kalau kita dirontgen, sinar x atau cobalt digunakan untuk mendeteksi benda agar kita bisa melihat apa yang ada di dalam suatu proses industri tanpa menghentikan operasi suatu alat itu,” katanya.

Sehari sebelumnya, Yukiya Amano telah menemui beberapa perwakilan pemerintahan Indonesia antara lain Menteri Ristek dan Dikti, Bapeten, Menteri Luar negeri, Sekretaris Menteri Bappenas, Kesekretariatan ASEAN, dan Ketua DPR beserta jajarannya.

Dari hasil pertemuan tersebut, Djarot mengatakan pemerintahan Presiden Jokowi sangat terbuka untuk program – program baru termasuk nuklir, dan IAEA siap membantu dalam keseriusan Indonesia mengembangkan teknologi nuklir, termasuk PLTN.

Di kalangan negara anggota IAEA, Indonesia juga unggul dalam hal penguasaan teknologi nuklir di bidang pangan.

Produk teknologi varietas tanaman padi, dan kedelai diakui memiliki keunggulan yang signifikan dalam meningkatkan produktivitas pangan. BATAN bahkan siap membantu agar produk hasil penelitian dan pengembangan BATAN, digunakan dalam rangka swasembada pangan yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pertanian.

“Di sisi lain kami juga bekerjasama dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dalam penggunaan nuklir untuk pangan, karena kami tidak punya cabang di 34 provinsi. Semoga ini bisa membantu mempercepat swasembada pangan 3 tahun yang dikoordinasi oleh Kementan,” kata Djarot.

BATAN juga bekerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat dalam pengembangan iptek nuklir bidang pangan, seperti kelompok tani dan kelompok pesantren.

“Kalau ditanya sudah sampai mana kerjasama tersebut, yang terpenting adalah bagaimana keberlanjutannya. Biasanya kami menyerahkan pada pihak yang terkait agar bisa mengelola secara mandiri terhadap pengelolaan iptek nuklir untuk pangan yang telah kami sampaikan, karena peneliti kami pun jumlahnya terbatas untuk mengelola di 34 provinsi,” kata Djarot.

Produk teknologi varietas tanaman padi dan kedelai,  juga diakui memiliki keunggulan tidak hanya dimanfaatkan di dalam tapi juga di luar negeri, antara lain dimanfaatkan di Thailand, Vietnam, dan Filiphina. Bahkan pada bulan September 2014 Indonesia juga mendapatkan penghargaan dari FAO dan IAEA dalam bentuk Outstanding Achievemnet Award, karena dedikasinya dalam pengembangan dan penerapan teknologi nuklir secara terus-menerus.

Radiasi digunakan untuk memutasikan DNA yang ada di dalam tanaman. “Setelah terjadi mutasi, maka akan terjadi keragaman genetik, lalu dipilih mana yang sifatnya baik, misalnya produktivitasnya menjadi lebih tinggi dibanding sebelumnya, kemudian umurnya menjadi lebih pendek, tahan wereng, dan sebagainya.

"Setelah dipilih, diuji, dan diseleksi maka kita mendapatkan bibit unggul yang akhirnya diajukan ke Kementan untuk dilepas sebagai varietas unggul tanaman pangan padi, kedelai, kacang hijau,” kata Hendig. (batan.go.id)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home