Lebih Banyak Tweet dari Turki Sejak Pemblokiran
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Amerika Serikat pada Senin (24/3) mencatat ada lebih banyak tweet dari Turki sejak PM Recep Tayyip Erdogan memblokir layanan micro-blogging itu dibandingkan sebelumnya.
Otoritas komunikasi Turki memblokir akses lokal ke jejaring sosial AS itu pada Kamis (20/3) atas perintah PM Erdogan, setelah beberapa anggota oposisi menggunakan jejaring sosial itu untuk mengunggah rekaman telepon, yang isinya mengindikasikan Erdogan terlibat dalam skandal korupsi besar.
Langkah itu menuai kemarahan komunitas internasional. Washington pada Jumat (21/3) juga mengecam gangguan terhadap “kebebasan berbicara” tersebut.
Pada sisi lain, juru bicara Departemen Luar Negeri Marie Harf pada Senin mencatat ada lebih banyak tweet dari Turki sejak pemerintah memblokirnya dibandingkan sebelumnya.
“Saya rasa itu hal yang menarik, menunjukkan kepada orang-orang yang mencoba menumpas kebebasan berekspresi, bahwa upaya mereka tidak ampuh, dan itu bukan hal benar untuk dilakukan,” katanya.
“Apa yang dunia lihat adalah sejumlah orang di Turki yang menuliskan tweet mengenai pendapat mereka tentang pemblokiran tersebut,” tambah Harf.
Amerika Serikat dengan jelas menyampaikan kepada Pemerintah Turki hal itu tidak bisa diterima. “Kami rasa mereka tidak boleh memblokir akses penduduknya terhadap platform media sosial semacam itu,” kata Harf.
Ia juga mencatat Pemerintah AS “melakukan kontak dengan Twitter”, namun tidak memberi tahu apakah AS akan maju ke pengadilan untuk memaksa Turki mengembalikan akses ke layanan tersebut. (AFP/Ant)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...