Mahmoud Abbas Hadiri Misa Kanonisasi Biarawati Palestina di Vatikan
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM - Paus Fransiskus menyebut pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas "malaikat perdamaian" ketika mereka bertemu selama 20 menit di Vatikan pada hari Sabtu (16/5).
Abbas, presiden Palestina, berada di Roma akhir pekan ini untuk menghadiri upacara kanonisasi menjadi Orang Kudus dua biarawati asal Palestina di abad 19. Misa kanonisasi tersebut akan berlangsung besok di Vatikan.
Audiensi Presiden Palestina dengan Paus Pagi ini merupakan sambungan dari tercapainya kesepakatan antara Tahta Suci dan Palestina terkait dengan pajak dan status hukum fasilitas dan personel Katolik di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Hubungan yang baik saat ini antara kedua negara ditunjukkan oleh salam hangat diantara kedua pemimpin di ambang Perpustakaan Kepausan. Dalam suasana yang hangat, Abbas mengatakan Paus yang berusia 78 tahun itu terlihat "lebih muda". Keduanya pun saling bertukar hadiah setelah pertemuan. Paus memberi Abbas medali Santo Martin dari Tours.
"Dia adalah Malaikat perdamaian yang menghancurkan roh-roh jahat perang dan saya pikir Anda ... Anda adalah seorang malaikat perdamaian," demikian dilaporkan oleh Irish Times.
Dalam komunike, Tahta Suci berkata bahwa dalam pembicaraan mereka, Paus dan Abbas tidak hanya mengekspresikan kepuasan atas persetujuan yang dicapai selama beberapa pekan belakangan tetapi juga atas perundingan perdamaian Israel-Palestina yang terhenti dewasa ini. Keduanya berharap akan menemukan solusi yang adil dan abadi atas konflik tersebut.
Meskipun Tahta Suci secara formal dan informal mengakui "Negara Palestina" pada bulan November 2012 ketika Palestina mendapat status pengamat non-anggota di PBB, pernyataan Vatikan pekan ini tentang pengakuan akan Palestina sebagai negara meruapakan hal penting. Kendati demikian, orang dalam Tahta Suci menegaskan pernyataan Vatikan terbaru bukan merupakan perubahan kebijakan luar negeri Vatikan sebab sejak dulu mereka menginginkan solusi dua negara bagi Israel dan Palestina.
Dalam wawancara dengan harian Vatikan, L'Osservatore Romano, Monsignor Antoine Camilleri, Wakil Menteri Luar Negeri Vatikan, mengatakan kesepakatan Vatikan dengan Palestina yang telah dicapai diharapkan dapat memberi kontribusi bagi solusi dua negara.
"Kesepakatan itu bisa, walaupun secara tidak langsung, membantu Palestina dalam pembentukan dan pengakuan dari negara yang merdeka, berdaulat dan demokratis Palestina."
Sangat jelas bahwa kanonisasi dua biarawati abad ke-19 besok, yaitu Marie Alphonsine Ghattas dari Yerusalem dan Mariam Bawardy dari Galilea, memiliki arti simbolis yang besar. Tidak saja bahwa mereka merupakan orang Arab Palestina pertama di zaman modern yang mencapai kesucian, tapi kanonisasi mereka merupakan dorongan penting bagi semua orang Kristen di Timur Tengah.
Menurut catatan AFP, Ghattas lahir di Yerusalem tahun 1847, dan meninggal di sana tahun 1927. Dia dibeatifikasi – langkah terakhir sebelum kanonisasi – tahun 2009.
Ada pun Bawardy lahir di Galilea, (kini wilayah di Israel utara), tahun 1843. Dia masuk menjadi biarawati di Prancis dan meninggal di Betlehem tahun 1878.
Suster itu dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II tahun 1983.
Meskipun ada beberapa orang kudus yang tinggal di wilayah ini selama hari-hari awal Kekristenan, Bawardy dan Ghattas adalah pertama yang akan dikanonisasi dari era Ottoman Palestina.
Kanonisasi orang Palestina ketiga – seorang biarawan Salesian – masih diselidiki oleh Gereja.
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...