Mengapa Kamu Begitu Takut?
Mungkin perasaan mereka agak sedikit tenteram kalau mereka melihat Yesus bersama mereka mengeluarkan air dalam perahu itu.
SATUHARAPAN.COM – ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Ya, mengapa para murid begitu takut dan tidak percaya? Saya tidak bermaksud membela para murid. Saya hanya mencoba memahami mengapa para murid begitu takut sehingga tidak percaya, dan berkata, ”Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”
Pertama, mereka begitu takut karena mereka dalam keadaan, meminjam istilah Shakespeare, to be or not to be ’hidup atau mati’. Sebab meskipun sebagian dari antara mereka adalah pelaut andal, agaknya mereka paham tak akan ada orang yang selamat diterpa taufan macam begitu. Sehingga kata ”binasa” itulah yang melekat dalam benak mereka.
Kedua, mungkin mereka frustasi karena sebenarnya mereka hanya mematuhi kehendak Yesus. Penginjil Markus mencatat: ”Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ’Marilah kita bertolak ke seberang’” (Mrk. 4:35). Jikalau Sang Guru tidak menyuruh, tentulah mereka masih di darat. Sejatinya mereka hanya ingin menyenangkan hati guru mereka.
Ketiga, Yesus bersama mereka dalam perahu itu, tetapi taufan tetap ada. Mereka tidak steril dari taufan dan ombak. Selama ini mereka memahami bahwa Yesus adalah jagoan mereka. Yesus sanggup membuat banyak mukjizat. Dan mereka merasa aman dan nyaman bersama dengan Yesus. Hanya persoalannya—di perahu itu—meskipun mereka bersama dengan Yesus mereka masih merasakan taufan, dan perahu itu pun mulai penuh dengan air.
Keempat, ini mungkin yang membuat mereka menjadi semakin bingung hingga tidak percaya, Sang Guru tampaknya tidak memedulikan nasib mereka. Di sinilah puncak ketakutan mereka. Di tengah prahara mereka menyaksikan bahwa Sang Guru tidur. Mungkin perasaan mereka agak sedikit tenteram kalau mereka melihat Yesus bersama mereka mengeluarkan air dalam perahu itu. Kenyataannya toh tidak. Yang mereka lihat adalah Yesus tidur. Mereka merasa Yesus tidak lagi memedulikan nasib mereka.
Namun, yang menarik juga adalah perkataan para murid: ”Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Para murid tidak menggunakan ungkapan ”kami binasa” atau ”saya binasa”. Tetapi, mereka sendiri melibatkan Sang Guru dalam seruan minta tolong itu.
Meskipun mereka takut dan tidak percaya, para murid percaya bahwa Yesus adalah bagian dari mereka juga. Sang Guru tidak di luar mereka. Sang Guru merupakan bagian dari mereka. Dan karena itu mereka juga bisa mengharapkan pertolongan-Nya!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor: Yoel M. Indrasmoro
Rubrik ini didukung oleh PT Petrafon (www.petrafon.com)
Satu Kritis, Sembilan Meninggal, 1.403 Mengungsi Akibat Erup...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 1.403 korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, N...