Minggu Palma di Suriah Dibayangi Penculikan Pemimpin Gereja
ALEPPO, SATUHARAPAN.COM - Untuk pertama kali dalam sejarah Gereja Ortodoks di Suriah, Minggu palma diperingati dengan mengikat pita hitam pada lilin sebagai tanda kepedihan atas penculikan terhadap pemimpin gereja di Suriah.
Pemimpin Gereja Ortodoks Antiokhia telah meminta orang percaya untuk menghiasi lilin dengan pita hitam, dan bukanya pita putih seperti yang selama ini dilakukan dalam Minggu palma. Hal ini merupakan aksi simbolis bahwa paskah tahun diperingati dalam suasana jemaat dikelilingi oleh banyak kepedihan dan penderitaan.
Dua pemimpin gereja dari Aleppo, Suriah telah diculik orang tak dikenal, pada Senin (22/4). Uskup Agung Gereja Ortodoks Yunani, Paul Yazigi dari Aleppo, dan Alexandretta, serta Uskup Agung Gereja Ortodoks Suriah, Yohanna Ibrahim diculik ketika dalam perjalanan ke Aleppo, sekembali dari misi kemanusiaan di dekat wilayah perbatasan Turki. Sopir mereka, Fatha’allah Kabboud, seorang diaken di Gereja Ortodoks Suriah tewas dalam insiden itu.
Dalam sebuah surat pastoral yang dikeluarkan Sabtu, H.B. John X, Patriark Gereja Ortodoks Yunani berkata, "Mari kita menjadikan prosesi minggu palma tahun ini dengan lilin yang diikat dengan pita hitam,dan nyanyian himne: “Untuk Mu O Pemimpin sang Pemenang...,' bukan himne 'Bersukacitalah O Bethany.”
Untuk gereja-gereja Ortodoks Timur dan Oriental di seluruh dunia, Minggu palma tahun ini dilakukan pada hari Minggu (28/4) dan hari Minggu berikutnya (5/5) sebagai hari Paskah. Sedangkan Gereja Protestan dan Gereja Katolik Roma merayakan Paskah pada 31 Maret.
"Karena kita adalah anak-anak kebangkitan, kita tidak takut pada siapa pun yang menggunakan kekerasan sebagai cara untuk mencapai tujuannya," tulis John X dalam surat itu. "Untuk dibunuh, atau diculik, atau institusi kita dihancurkan, hal itu tidak akan mengubah tekad kita untuk menegakkan kehidupan sipil dan dan kehidupan saling mendukung (ko-eksistensi) kita. Dan juga untuk berpegang teguh pada Tanah Air kita dan mencari pemerintahan yang adil dan hak-hak kita di Tanah Air kita."
Dalam suratnya Yohanes X mendesak masyarakat internasional untuk melakukan segala upaya yang bisa dilakukan untuk menemukan dan membebaskan dua uskup agung tersebut. Dia juga menyerukan untuk solusi yang cepat bagi konflik di Suriah.
"Belum ada berita tentang penculikan terhadap pemimpin gereja di wilayah tersebut," kata Michel Nseir, eksekutif Program Dewan Gereja Sedunia (WCC) untuk Timur Tengah, Sabtu (78/4). "Kami berada dalam kontak permanen dengan mereka, dan kami terus berdoa agar dua Uskup Agung kami dibebaskan."
Yohanes X juga mengajak umat Kristen, "Saat ini, marilah kita berdoa dan memohon, sama seperti Tuhan kita tidak takut untuk berjalan di jalan Kalvari. Dengan cara yang sama kita diajak berjalan bersama-Nya sepanjang jalan tersebut."
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...