Obama Dikritik Samakan NIIS dengan Kekristenan Abad Pertengahan
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Presiden Obama menuai kritik ketika mencoba membandingkan kebiadaban yang dilakukan oleh kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) dengan kekejaman yang terjadi oleh kekristenan di Eropa pada abad pertengahan. Namun, pada intinya, Obama sesungguhnya ingin menyerukan agar orang-orang beriman menolak siapa saja yang menggunakan agama untuk membenarkan kejahatan.
Obama menyampaikan hal itu pada pertemuan hari Kamis (5/2) di acara National Prayer Breakfast di Washington DC, yang juga dihadiri oleh Dalai Lama.
Menurut Obama, sejarah memperlihatkan "profesi iman digunakan baik sebagai instrumen kebaikan luar biasa tapi juga dipelintir dalam nama iblis."
"Dari sebuah sekolah di Pakistan hingga ke jalan-jalan di Paris, kita telah melihat kekerasan dan teror yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku membela iman mereka - mengaku membela Islam tetapi sebenarnya mengkhianati itu," katanya.
Dia tidak secara spesifik menyebutkan pihak yang dituduhnya itu sebagai Islam radikal atau jihadis atau ekstremis Islam. Namun dia menyebut NIIS brutal dan tindakan barbar mereka sulit dilukiskan.
Pada bagian lain pidatonya, presiden juga mengeluarkan peringatan kepada orang Kristen.
"Dan jangan sampai kita merasa duduk di kuda yang lebih tinggi dan berpikir bahwa ini adalah unik dan hanya berlaku di beberapa tempat lain -- ingat bahwa selama Perang Salib dan Inkuisisi terjadi perbuatan yang mengerikan dalam nama Kristus," kata Presiden.
Tidak terkecuali, ia juga mengeritik AS terkait dengan perbudakan. "Perbudakan terlalu sering dibenarkan dalam nama Kristus," tambahnya.
Pernyataan Obama mendapat reaksi kritis dari berbagai kalangan, khususnya dari kaum konservatif. Robert Jeffress, pendeta dari gereja First Baptist, Dallas, dan penulis buku yang akan terbit, Apocalypse: Why ISIS and Ebola Are Only the Beginning, mengatakan ada dua masalah dengan perbandingan yang dilakukan Obama.
"Ketika orang-orang Kristen bertindak kasar mereka bertindak bertentangan dengan ajaran pendiri mereka, Yesus Kristus," kata Jeffress, seperti dikutip kembali oleh Todd Starnes untuk kolomnya di Fox News.
"Mereka tidak bisa menyebutkan satu ayat pun dalam Perjanjian Baru yang menyerukan kekerasan terhadap orang-orang kafir. Di sisi lain, Islam radikal dapat menunjuk sejumlah ayat menyerukan umat Islam untuk 'menyalibkan kafir,'" tutur dia.
Pada hari Rabu sebuah kelompok pengawas PBB melaporkan bahwa militan Islam menyalibkan anak-anak Irak dan mengubur mereka hidup-hidup. Lainnya telah dijual sebagai budak seks dan anak laki-laki 18 tahun digunakan sebagai pembom bunuh diri, menurut laporan Reuters.
Ia menambahkan, Perang Salib yang mengerikan itu adalah respon terhadap agresi Muslim selama ratusan tahun - topik yang dia tulis dalam bukunya.
Berbagai kritik juga muncul di medsos atas pernyataan Obama yang memperbandingkan NIIS dengan Kekristenan abad pertengahan itu.
Misalnya dari salah satu sahabat Todd Starnes, Michelle Malkin, yang memberi komentar lewat twitter. "NIIS memenggal kepala, membakar sandera, membunuh gay, memperbudak perempuan. Obama: Menyalahkan Tentara Salib."
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...