“Orang Indonesia Harus Merevisi Konsep Kebangsaan”
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Orang Indonesia harus merevisi ulang pehamaman tentang konsep kebangsaan, karena Indonesia saat ini tidak hanya terdiri atas satu suku, etnis, atau budaya terentu, namun berdasar kepada multidimensi yang membangun bangsa Indonesia.
“Bagi saya, kita harus merevisi konsep kebangsaan kita. Kita harus ingat bangsa Indonesia tidak didirikan berdasarkan etnisitas agama atau suku,” kata Sekretaris Dewan Kerohanian Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Budi Santoso Tanuwibowo dalam Forum Jumatan Gusdurian Jakarta: Gus Dur dan Imlek, di Wahid Institut, hari Jumat (5/2).
“Sekarang yang disebut etnis apa sih? Etnis adalah sekelompok masyarakat dengan budaya sama. Kalau dilihat kenyataannya di Indonesia, mana ada yang berbudaya tunggal. Kita lihat saja kalau orang Jawa menikah dengan orang Batak maka anaknya akan jadi Jawa-Batak, terus kalau ada orang Tionghoa menikah sama orang Arab terus etnisnya apalagi itu. Nah, kalau Indonesia ini kan semuanya seperti itu. Nggak ada yang bisa dibilang etnis murni,” kata dia.
Budi mendefinisikan suku di Indonesia yakni sekelompok masyarakat dengan budaya sama dan mendiami satu tempat sejak dulu. Dia memberi contoh apabila ada sekelompok masyarakat yang tinggal di Sumatera Utara maka akan disebut orang Batak, apabila tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur maka disebut orang Jawa.
“Kalau tinggalnya di Jawa Barat disebut orang Sunda. Tapi, sekarang nyatanya di Sumatera ada orang Jawa, di Jawa Tengah ada orang Batak, di Sunda ada orang Batak ada orang Jawa. Apa lagi itu? Jadi konsep kebangsaan kita harus diubah. Bagi saya orang Indonesia adalah orang yang komitmennya Merah Putih yang hidupnya lurus, bayar pajak bener, nggak korupsi dan cinta tanah air,” kata dia.
Budi memberi contoh bila ada sosok yang menggambarkan orang dari luar Indonesia yang serius ingin seperti orang Indonesia dan bertingkah laku seperti orang Indonesia, maka budayawan Franz Magnis Suseno adalah contoh yang tepat.
“Siapa pun, menurut saya, jadi ke depan bangsa Indonesia akan maju kalau berpikirnya seperti Gus Dur (presiden keempat Indonesia, Red) ,” kata dia.
“Indonesia bukan negeri bagi suku atau etnis tertentu tapi indonesia adalah negeri bagi semua orang yang mencintai tanah air, dengan begitu pemikiran Gus Dur bisa berkembang dan akan membuat indonesia maju, tanpa itu Indonesia akan terus berkubang pada konflik primordial yang tidak akan pernah berakhir,” kata dia.
Editor : Sotyati
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...