Pameran Seni Biennale: Masjid di dalam Gereja
VENESIA, SATUHARAPAN.COM - Para seniman Swiss dan Islandia menampilkan karya seni instalasi tentang masjid dalam sebuah gereja tua. Ini merupakan salah satu dari karya seni yang dipamerkan pada pameran seni kontemporer ke-56 Biennale di kota Italia, Venesia.
Karya instalasi ini untuk mempromosikan teoleransi beramaga, meskipun juga memicu kontroversi di kalangan media lokal yang dilaporkan pada awal pekan ini.
Menurut sang seniman, Christoph Büchel, 48 tahun, karya instalasi itu berjudul “The Mosque: The First Mosque in the Historic City of Venice” "Masjid: Masjid Pertama di Kota Bersejarah Venesia."
Karya instalasi itu mengambil tempat pada gedung Gereja Katolik Santa Maria della Misericordia dell'Abbazia sebagai bagian dari paviliun Islandia di Pameran Biennale yang akan berlangsung hingga 22 November mendatang.
Bangunan gereja dari abad ke-10 yang digunakan untuk karya seni ini telah ditutup selama lebih dari 40 tahun. Dalam karya instalasi itu, bangunan diubah menjadi masjid dengan menampilkan berbagai karya kaligrafi berbahasa Arab, dan suasananya mirip dengan sejarah Museum Istanbul, Turki, Hagia Sophia.
Sebuah sajadah dihamparkan menghadap ke kiblat (Mekah) yang juga ditempatkan di instalasi, seperti dilaporkan kantor berita Turki, Anadolu. Sejumlah sepatu ditempatkan di pintu, dan jamaah yang menghadap ke kiblat (Mekah) berlutut dan berdoa, sementara di sekitar mereka pengunjung berkeliling melihat karya dalam pameran.
Masalah Agama
Büchel telah menyiapkan karya instalasinya dalam kerja sama dengan komunitas Muslim Venesia dan Islandia. Karya seni ini bertujuan untuk memberikan "perhatian pada segregasi pelembagaan politik dan prasangka, serta kebijakan pemukiman yang berada di jantung konflik etnis dan agama secara global saat ini," katanya dalam situs mengenai projek itu.
Meskipun Venesia adalah rumah bagi hampir 30 komunitas Muslim, menurut Anadolu, tidak ada masjid di pusat kota itu.
Bangunan gereja tua yang digunakan untuk karya instalasi seperti ''Masjid di dalam Gereja''. (Foto: dari Hurriyet Daily News)
Kepala Asosiasi Muslim di Islandia, Ibrahim Sverrir Agnarsson, mengatakan dia diundang oleh Kementerian Kebudayaan Islandia untuk mendukung projek tersebut. "Saya tahu bahwa artis menghadapi beberapa tantangan ketika mempersiapkan karya ini... Namun pembukaannya sukses besar," katanya.
"Ini adalah tempat pameran seni dan akan melayani umat Islam. Orang ingin melihat apa yang orang Muslim lakukan di masjid. Itu saja," katanya tambahnya, seperti dikutip Anadolu.
Tapi pemerintah kota itu menyatakan keberatan, dan menyebutkan antara lain adanya risiko bangunan itu diserang oleh elemen anti-Muslim atau, di sisi lain dari radikal Islam, seperti dikutip kantor berita AFP.
Presiden wilayah Veneto, Luca Zaia, menggambarkan instalasi sebagai "provokasi." "Masalah sebenarnya," katanya, "tidak pada kebebasan beragama, tetapi menghormati aturan" dari pameran seni internasional.
Armenia Diaspora
Pada pembukaan pameran ke-56 Biennale itu, juri memberikan penghargaan Golden Lion untuk partisipasi nasional terbaik kepada Armenia untuk sebuah paviliun yang menampilkan kehidupan orang Armenia dalam diaspora.
Sedangkan Golden Lion untuk artist terbaik diberikan kepada Adrian Piper dari Amerika Serikat yang menampilkan karya berjudul: "The Probable Trust Registry: The Rules of the Game #1-3.” (Kemungkinan Registrasi Kepercayaan: Aturan dari Permaianan # 1-3."
Pameran seni kontemporer Biennale diadakan setiap dua tahun sekali. Tahun ini akan berlangsung hingga 22 November di Giardini, Arsenale dan lokasi lainnya di seluruh kota Venesia.
91 WNI Dievakuasi dari Suriah Tiba di Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Sebanyak 91 warga negara Indonesia (WNI)pada hari Sabtu (21/12) kembali die...