Pasar Senen Kebakaran
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pasar Senen, Blok 3 lantai 3, sebagian besar adalah kios pakaian dan tekstil, pagi ini, Jumat (25/4) terbakar. Sampai pukul 6.30 petugas pemadam kebakaran masih berusaha keras memadamkan api. Api menghanguskan seluruh lantai 3 dan merembet ke lantai lainnya.
Penyebab, total kerugian dan adanya korban masih belum diketahui. Para petugas sedang memusatkan diri pada proses pemadaman. Lebih dari 20 unit mobil damkar dikerahkan. Dari informasi TMC Polda Metro Jaya, kebakaran terjadi sekitar pukul 04.25 WIB. Pemadaman agak terhambat dengan kerumunan masyarakat yang menonton.
Pasar Tertua
Berdasarkan catatan Wikipedia.org, dahulu disebut Pasar Snees. Pasar tertua yang ada di Jakarta ini dinamai Pasar Snees karena perdagangan di pasar ini yang awalnya berlangsung setiap Senin dan didominasi oleh masyarakat etnis Cina. Dalam perjalanannya nama pasar ini berubah menjadi Vink passer (merujuk kepada arsitek pengembangnya Yustinus Vinck).
Waktu pembangunan Pasar Senen bersamaan dengan waktu pembangunan Pasar Tanah Abang, yakni pada 30 Agustus 1735 oleh seorang tuan tanah yang juga seorang arsitek bernama Yustinus Vinck dari lahan milik anggota Dewan Hindia bernama Corrnelis Chastelein. Meskipun awalnya pasar ini hanya dibuka pada hari Senin, namun pada tahun 1766, pasar yang ramai dikunjungi ini akhirnya dibuka untuk hari selain hari Senin.
Dalam perkembangannya wajah pasar Senen serta kawasan di sekelilingnya senantiasa berubah. Selama lebih dari 274 tahun kawasan pasar ini menyimpan banyak cerita dan sejarah terjadi di dalamnya. Di era pra-kemerdekaan(1930-an), kawasan sekitar pasar Senen merupakan kawasan berkumpulnya para intelektual muda serta para pejuang bawah tanah dari Stovia. Beberapa pemimpin pergerakan seperti Chairul Saleh, Adam Malik, juga Soekarno dan Mohammad Hatta, acap menggelar pertemuan di kawasan ini.
Di zaman penjajahan Jepang (1942) hingga tahun 1950an, kawasan sekitar Pasar Senen menjadi tempat favorit berkumpulnya para seniman dari era pujangga baru. Mereka dijuluki Seniman Senen. Nama-nama seperti Ajip Rosidi, Sukarno M. Noor, Wim Umboh, dan HB Yasin, muncul dari Senen.
Memasuki era 1970-1990an, nama kawasan Pasar Senen makin membesar dan tumbuh sebagai pusat ekonomi dan hiburan. Bahkan saat pertunjukan film bioskop mulai dikenalkan di Jakarta, Senen tak ketinggalan. Dua gedung Bioskop “Rex” dan “Grand” dibangun guna memenuhi keinginan masyarakat akan hiburan.
Fenomena kehebohan kawasan Pasar Senen sebagai pusat perekonomian dan hiburan makin menjadi saat Gubernur Ali Sadikin mencanangkan pembangunan “Proyek Senen” yang dilengkapi fasilitas gedung parkir melingkar. Itulah lokasi gedung parkir pertama yang ada di Jakarta.
Sayangnya sejak peristiwa kerusuhan massal tahun 1998, pamor kawasan Pasar Senen mulai redup. Berbagai penjarahan dan pelecehan terhadap sejumlah wanita keturunan Tionghoa berlangsung di sini mengakibatkan banyaknya pemodal yang umumnya warga keturunan Tionghoa lari dari Senen itu untuk mencari lokasi yang lebih aman.
Kini, kawasan Pasar Senen mulai ditinggalkan. Kemegahan dan kemewahannya perlahan memudar. Kios-kios besar kini digantikan oleh para pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya hingga tepi jalan. Kawasan pasar bersejarah itu pun mulai menjadi kumuh dan tidak terawat.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...