DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja
09:28 WIB | Senin, 18 Mei 2015
Pasukan Mundur, ISIS Kuasai Ramadi
RAMADI, SATUHARAPAN.COM - Pasukan pemerintah Irak bergerak mundur dari pos terakhir mereka di Kota Ramadi Ibu Kota Provinsi Anbar Irak pada Minggu (17/5). Dengan demikian militan ISIS mengambil alih kontrol penuh dari ibu kota provinsi terbesar Irak tersebut.
Diperkirakan 500 warga sipil dan pasukan keamanan terbunuh sejak ISIS melancarkan serangan menguasai Ramadi sejak Kamis (14/5) malam, kata seorang pejabat dan memperingatkan bahwa mereka yang ditinggalkan berisiko dibantai.
“Komando operasi Anbar sudah dikosongkan,” kata Muhannad Haimour, juru bicara sekaligus penasihat gubernur provinsi, kepada AFP.
Beberapa pejabat keamanan mengkonfirmasi pasukan telah mundur.
Militan ISIS berhasil menguasai sebagian besar ibu kota provinsi Anbar itu dengan menggunakan bom mobil bunuh diri.
Tentara, polisi, pasukan kontraterorisme dan pasukan suku setempat berusaha mengamankan markas komando pusat di tepi utara Efrat dan sejumlah besar kompleks peradilan di depannya.
"Ramadi tidak jatuh - masih ada yang bertempur di beberapa daerah," kata Muhannad Haimour bersikeras.
Penguasaan Ramadi oleh ISIS menandai salah satu kemunduran terburuk pemerintah sejak diluncurkan operasi nasional untuk merebut kembali wilayah yang hilang ke ekstrimis pada Juni 2014.
Kolonel Polisi Jabbar al-Assafi mengatakan pasukan pemerintah telah ditarik dari kota Ramadi dan ditempatkan di pinggiran kota.
"Pasukan keamanan - tentara dan polisi -. Telah ditarik keluar dari Ramadi. Mereka menuju ke jalan raya utama" di sebelah barat kota, katanya melalui telepon.
Sedangkan seorang letnan kolonel dari angkatan darat yang berada di antara pasukan yang mundur dari pusat komando operasi menegaskan bahwa ISIS sekarang menguasai semua pos keamanan utama di kota.
Pertempuran menguasai Ramadi memicu gelombang baru pengungsian, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan sekitar 8.000 orang terpaksa melarikan diri dan sangat mungkin jumlahnya meningkat.
Namun, beberapa warga sipil diyakini dilarang meninggalkan rumah mereka oleh ISIS.
"Kami sangat prihatin tentang pembantaian yang dapat dilakukan di jam-jam berikutnya," kata Haimour.
Perdana Menteri Haider al-Abadi telah bersumpah untuk mengirim bantuan dan tidak akan membiarkan kota sekitar 100 kilometer sebelah barat Baghdad itu dikuasai ISIS.
Sebelumnya dia memohon tentara agar tidak meninggalkan pos-pos mereka dan menggalang milisi untuk merebut kembali kota itu. (AFP)
BERITA TERKAIT
KABAR TERBARU
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...