PBSI Akan Evaluasi Gizi Pebulu Tangkis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Rexy Mainaky selaku Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Kabidbinpres) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia mengatakan bukan hanya faktor mental psikologis yang menjadi salah satu penyebab tumbangnya tim Thomas dan Uber pasca dihelatnya kejuaraan bulu tangkis nomor satu dunia itu. Rexy mengemukakan ini di sela-sela kepulangan tim Thomas dan Uber di Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa (27/5) siang.
“Kami akan duduk bersama dengan pelatih fisik dan ahli gizi PBSI, karena hal ini saling terkait dan tidak bisa dijalankan sendiri-sendiri,” kata Rexy.
Peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996 bersama Ricky Soebagdja ini mengatakan keseimbangan gizi dan porsi latihan harus diperbaiki lagi.
“Setelah memperhatikan situasi selama Piala Thomas dan Uber 2014, saya juga akan membuat formula dengan tim support, bukan hanya pelatih saja,” jelas adik kandung Richard Mainaky ini
Pada pemberitaan satuharapan.com Rabu (7/5) menyebut bahwa PBSI membawa bahan makanan sendiri dari Indonesia, dan dua orang koki yang bertugas melayani semua altet serta jajaran pelatih dengan masakan Indonesia selama di India .
"Kami sudah mempersiapkan bahan-bahan makanan untuk atlet sekitar dua minggu sebelum keberangkatan. Koordinasi juga telah dikakukan dengan pihak KBRI di New Delhi mengenai penyediaan makanan atlet. Semua dilakukan untuk memastikan makanan dan asupan gizi para atlet terjamin,” kata dr. Laila Hamid, Ahli Gizi PBSI, saat itu.
"Ada beberapa bahan-bahan makanan dan bumbu yang kami bawa dari Jakarta, termasuk beras, karena jenis beras di sana berbeda. Kami membawa 200 kg beras untuk persediaan kurang lebih dua minggu di New Delhi. Tak cuma untuk atlet, kami juga menyiapkan makanan untuk pelatih dan tim ofisial," tambah Laila.
Terlepas dari semua itu, Rexy Mainaky bakal mengadakan evaluasi dan pembenahan secara menyeluruh karena para Arjuna dan Srikandi Bulu Tangkis Indonesia yang berpartisipasi pada Piala Thomas dan Uber dinilai PBSI tidak memuaskan.
Rexy menilai sektor putri merupakan salah satu titik lemah bulu tangkis Indonesia, dia mencontohkan Bellaetrix saat menghadapi Sindhu P.V di perempat final kurang memberi perlawanan yang berarti, akibatnya kala itu Indonesia takluk 0-3
Menurut Rexy, pada pertandingan melawan Sindhu P.V (India), Bellaetrix Manuputty jarang memberikan pukulan yang menyulitkan hingga hal ini menguntungkan buat lawan.
“Pemain kita bisa dibilang tidak ada killing shot. Bella lebih sering menunggu kesalahan lawan untuk mendapat poin, hal ini yang mesti ditingkatkan lagi,” kata Rexy.
Rexy setuju dengan pendapat manajer tim Thomas, Christian Hadinata bahwa pebulu tangkis Indonesia perlu atlet berjiwa petarung. Bukan hanya sekadar perbaikan teknik, Rexy juga menyoroti kondisi fisik pemain serta mental bertanding yang masih menjadi kendala.
“Pemain kita sudah berpengalaman semua tapi kok masih bilang tegang? Artinya mereka tak bisa menikmati pertandingan. Saya juga pernah berada di posisi mereka saat menjadi pemain. Mereka bukan pemain-pemain baru, menurut saya ini bukan suatu alasan yang dapat diterima,” tutup Rexy.
(badmintonindonesia.org).
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...