Pemimpin Agama dan Politik Diajak Membangun Kehidupan Damai
DAR ES SALAAM, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal BAKWATA (Dewan Nasional Muslim Tanzania) dan Sheikh Khamisi Haji Khamis, Ketua Kadhi dari Zanzibar, mengajak para pemimpin agama dan politisi untuk mengembangkan proposal untuk membangun kehidupan kehidupan berdampingan yang damai.
Keduanya mengungkapkan hal itu dalam dialog antar agama hari Selasa (6/5) di Dar Es Salaam, Tanzania. Para peserta juga akan merumuskan komitmen bersama yang konkret dan rekomendasi yang akan dibagi di antara komunitas agama yang berbeda di Afrika untuk perdamaian.
Sekitar 60 tokoh agama, politik dan masyarakat sipil dari Ethiopia, Kenya, Nigeria, Afrika Selatan dan Tanzania bertemu dalam dialog selama tiga hari. Pertemuan itu diselenggarakan oleh Lutheran World Federation (LWF), Gereja Lutheran Injili di Tanzania , Konrad Adenauer Stiftung dan Misi EineWelt. Mereka membahas perdamaian, demokrasi dan pembangunan, dan menyerukan kewarganegaraan yang aktif di kawasan Sub-Sahara Afrika.
Wakil Presiden Tanzania, Dr Mohamed Gharib Bilal, ketika membuka konferensi itu menyatakan bahwa "perdamaian adalah suatu proses, dan bukan peristiwa." Dia mengajak "bersama-sama kita harus bekerja untuk mengikis hambatan lama dan membangun yang struktur baru untuk mempromosikan perdamaian."
Bilal menyerukan agar para pemimpin agama untuk bersama-sama, saling mendengarkan satu sama lain dan untuk membentuk unit yang lebih besar dari kelompok pengikut mereka. Dengan demikian mereka dapat secara positif dan proaktif terlibat dengan pemerintah dan pemimpin politik.
Dia meyakinkan peserta bahwa pintu selalu terbuka kepada para pemimpin agama dan dia secara pribadi memastikan bahwa pemerintah Tanzania akan senang untuk menerima rekomendasi dari pertemuan dialog antaragama ini.
Pemerintah Tanzania, kata Dr Bilal, tetap berkomitmen untuk bekerja dengan semua pemimpin agama untuk menjaga perdamaian. Pemerintahan yang baik mempromosikan pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, Uskup Dr Malasusa dari Gereja Lutheran Injili di Tanzania, menekankan pentingnya agama dalam membentuk identitas masyarakat. Dia mendorong peserta untuk mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan, karena hal itu adalah lahan subur terjadinya pemisahan dan keputusasaan.
"Kita semua adalah korban dari konflik, terutama perempuan, anak-anak dan orang yang terpinggirkan," kata Uskup Malasusa. (LWF)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...