Pertama di Indonesia, Prodi Sarjana Terapan Optometri UKRIDA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) meresmikan Program Studi Optometri, Program Sarjana terapan (S1) yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Pembukaan Program Studi Optometri Program Sarjana Terapan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UKRIDA dilaksanakan di Kampus II UKRIDA, Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat, hari Senin (1/7/2019).
Dalam peresmian tersebut dilakukan juga penandatangan MoU antara Yayasan BPTK Krida Wacana dengan Yayasan BPK PENABUR yang diwakili oleh Ketua Umum Yayasan BPTK Krida Wacana Dr. Ir. Hidajat Lesmana, M.T. dan Ketua Umum Yayasan BPK PENABUR Adri Lazuardi.
Kemudian dilakukan juga penandatanganan MoU antara UKRIDA dan BPK PENABUR Jakarta yang diwakili oleh Rektor UKRIDA Dr. Eng. Drs Erning Wihardjo, M.Eng., M.Eng.Sc dan Ketua BPK PENABUR Jakarta Hadiantono Juwono.
Turut hadir dalam acara tersebut Kepala LLDikti 3, Dr. Ir. Illah Sailah MS, Penasehat Yayasan BPTK Krida Wacana Oki Widjaja B.Sc (Hons), Badan Pengurus UKRIDA, Ketua Umum Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah (BPMSW) GKI Sinode Wilayah (SW) Jawa Barat Pdt. Sheph Davidy Jonazh, serta Dr. Aristarchus Sukarto. BA., M.Th yang mencetuskan ide optometri ini.
Optometri merupakan profesi perawatan kesehatan mata dan fungsi pengelihatan yang melibatkan pemeriksaan mata dan system visual yang berlaku untuk cacat atau kelainan serta diagnosis medis dan manajemen penyakit mata lainnya, yang otonom, terduduk dan berlisensi atau terdaftar.
Optometri melakukan perawatan kesehatan mata dan fungsi pengelihatan secara primer dan bersifat komprehensif, yaitu dari pemeriksaan retraksi dan penyaiapan alat-alat bantu penglihatan, seperti kacamata dan lensa kontak. Juga mendeteksi kelainan-kelaianan pada gangguan mata serta melakukan rehabilitasi gangguan mata.
Rektor UKRIDA Dr. Eng. Drs Erning Wihardjo, M.Eng., M.Eng.Sc mengatakan kehadiran Program Studi Optometri Prorgam Sarjana Terapan merupakan jawaban UKRIDA atas tantangan dari Presiden Joko Widodo dan Kemenristekdikti yang menyampaikan bahwa perguruan tinggi harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang sesuai tuntutan zaman.
“Program studi optometri sangat dibutuhkan oleh seluruh manusia di atas muka bumi ini tanpa kecuali. Program studi optometri dan sains, penglihatan atau visual sangat penting dan strategis, karena penglihatan adalah pintu utama untuk masuknya ilmu pengetahuan,” katanya Erning Wihardjo dalam kata sambutannya.
Erning Wihardjo menilai program studi optometri menjadi semakin strategis ketika berkembangannya teknologi informasi yang sangat pesat, menyebabkan masyarakat tidak bisa lepas dari gadget dan komputer. Menurutnya, terjadi peningkatan dan penurunan ketajaman penglihatan atau kelainan mata per tahunnya secara cepat.
Profesi optometris, katanya, merupakan profesi yang masih langka dan tidak banyak diketahui di Indonesia. Dengan perbandingan ideal satu optometris untuk 10.000 penduduk, dan penduduk Indonesia saat ini sekitar 250 juta maka diperlukan sekitar 25.000 optometris di Indonesia.
“Sayangnya pendidikan optometri di Indonesia baru pada tingkat diploma tiga. Saat ini hanya ada sekitar 12 insitut akademi optometri dan baru menghasilkan sekitar 9.000 lulusan. Untuk itu Indonesia masih sangat kekurangan optometris dalam jumlah yang cukup besar,” katanya.
Sementara itu untuk operasional dan untuk memenuhi kebutuhan dosen dalam jangka pendek, UKRIDA melakukan terobosan dengan bekerja sama dengan beberapa Universitas ternama di Asia, seperti Malaysia.
“Selain itu UKRIDA bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk menyiapkan peralatan optometri untuk praktik para mahasiswa menggunakan peralatan kelas profesional dengan segala kecanggihannya mengikuti perkembangan ilmu optometri di dunia,” katanya.
Memberikan Pengobatan Mata Bukan Hanya Jual Kaca Mata
Sebelum peresmian Prodi Optometri acara diawali dengan Seminar “How to practice Optometry Singapore” dengan pembicara Dr. Koh Liang Hwee (President of the Singapore Optometric Assosiation).
Dalam kesempatan itu, Dr. Koh Liang Hwee menjelaskan tentang perkembangan optometri di Singapura yang secara legal dimulai tahun 2008. Dia juga berbagi pengalaman menangani kasus-kasus pasien mata di Singapura.
"Seorang optometris dapat mendiagnosa penyakit mata dan memberikan resep obat dengan memberikan obat tetes mata. Jika ada masalah serius kami akan segera merekomendasikan kepada dokter bedah untuk menangani lebih lanjut, seperti operasi mata atau laser pada mata pasien," katanya.
Menurut Koh Liang Hwee, ahli optometri selain dapat memberikan resep obat, lensa kontak, jasa kesehatan mata, dan pemberian kaca mata juga dapat menangani penyakit mata pasien dengan menggunakan laser mata. Optometri dengan alat tekonologi yang canggih, katanya, dapat memeriksa dengan sangat jelas berbagai penyakit pada bola mata seperti glukoma, retina, katarak, dan sebagainya.
"Jadi seorang optometris bekerja untuk memberikan pengobatan mata dan tidak hanya menjual kaca mata. Ahli optometri dapat menyelamatkan banyak orang," katanya.
Diakhir presentasinya, Koh Liang Hwee menyampaikan apresiasi dan dukungannya untuk program studi optometri UKRIDA di Indonesia.
"Saya senang Indonesia memiliki program optometri. Pada masa lalu saya harus belajar di luar negeri. Saya berharap UKRIDA dapat memberikan pelayanan kepada orang banyak," katanya.
Selanjutnya seminar kedua tentang “Future Prospect of Optometry” disampaikan oleh pembicara Dr. Elena Borromeo (Dean College of Optometry, Centro Escolar University, Philippines). Dia mengatakan kebutuhan terhadap adanya ahli optometri akan semakin banyak pada masa depan.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...