PGLII: Ada Tembakan, 12 Roboh Sebelum Insiden Tolikara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) mengungkapkan bahwa sebelum insiden pembakaran kios dan musala ada tembakan yang merobohkan 12 warga Papua, 11 luka-luka dan 1 meninggal.
Dalam jumpa pers di kantor Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Sabtu (18/7), yang dihadiri oleh Ketua Umum PGI Henriette Tabitha Hutabarat Lebang, Ketua Umum PGLII Ronny Mandang, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Gama RI Oditha Hutabarat, mereka menyesalkan insiden yang mengganggu umat Islam yang hendak menjalankan salat Idul Fitri 1436 Hijriyah di halaman Koramil Karubaga, Tolikara.
Pdt Ronny mengawali jumpa pers—juga seluruh pembicara—dengan mengucapkan Selamat Idul Fitri kepada segenap umat Islam Indonesia. Ia mengakui bahwa Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang disebut-sebut terlibat dengan insiden Tolikara ini adalah anggotanya. Dan, menyatakan juga bahwa surat edaran GIDI Papua tentang larangan umat agama lain untuk menjalankan ibadah adalah hal yang salah. “Surat edaran GIDI tidak mewakili Sinode GIDI dan tidak mewakili umat Kristen Indonesia. Sebab, di mana pun setiap orang punya hak untuk menjalankan ibadah sesuai dengan iman masing-masing.”
Sinode pusat GIDI sendiri menyatakan akan memberikan penggembalaan kepada GIDI di Tolikara. Tentang cepatnya surat edaran GIDI beredar di media sosial, ini cukup mengejutkan karena infrastruktur komunikasi di Tolikara yang masih sangat buruk. Bahkan, surat permintaan maaf dari GIDI Papua yang rencananya akan disertakan dalam pertemuan dengan wartawan di PGI tidak dikirim via-email karena buruknya komunikasi. Permintaan maaf baru bisa dilakukan lisan melalui telepon ke Dirjen Bimas Kristen.
Pernyataan PGLII
PGLII menyatakan bahwa insiden ini tidak berdiri sendiri. Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh PGLII awalnya ada keluhan dari GIDI yang sedang membuat acara yang terganggu oleh suara pengeras suara persiapan salat Id di lapangan Koramil.
GIDI sedang menyelenggarakan seminar dan KKR badan pemuda GIDI internasional.
Pihak GIDI mendatangi panitia, namun di tengah diskusi tiba-tiba ada tembakan yang melukai 11 orang dan menewaskan satu orang. Semua warga GIDI . Karena kejadian itu, PGLII menyesalkan karena aparat tidak mengedepankan dialog. Sehingga yang terjadi seakan-akan yang terjadi adalah konflik horizontal.
Baca juga: |
Sebagai gambaran, sebagian umat Muslim di Tolikara adalah anggota TNI yang bertugas di sana.
Untuk itu, PGLII menginstruksikan untuk semua gereja anggota untuk bersikap tenang. Sebagai gambaran, di Tolikara sendiri kondisinya sudah aman.
Dalam pernyataannya, PGLII juga mendesak pemerintah untuk mendalami kejadian ini. Apakah ini adalah wujud frustrasi masyarakat yang tersisih.
PGI Mendesak Komnas HAM Selidiki Insiden Tolikara
Pdt Henriette, Ketua Umum PGI, menyesalkan insiden Tolikara telah menodai ketenangan, kekhusyukan, dan kegembiraan Lebaran. Ia menyatakan bahwa peristiwa ini tidak mencerminkan kerukunan umat beragama di Indonesia. Juga “Tidak mencerminkan kasih Yesus Kristus yang diajarkan kepada segenap umat Kristen,” katanya.
Ia menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum, karena itu tidak boleh ada satu kelompok pun yang dapat mengkapling satu daerah tertentu sebagai daerahnya. Oleh karena itu, ia menyerukan supaya pemerintah untuk bertindak cepat supaya keadaan menjadi tenang. PGI menyesalkan karena pemerintah terlambat mencegah insiden ini, karena begitu ada surat edaran GIDI seharusnya hal itu sudah diantisipasi.
PGI mendoakan semua korban luka dan keluarga korban meninggal supaya dihiburkan Tuhan. Saat ini, korban sedang dirawat, tetapi belum jelas yang bertanggung jawab atas pengobatan mereka. Mengingat para korban bukanlah pembuat kerusuhan.
PGI mendesak pemerintah untuk mencari akar masalah di Tolikara. Supaya pemerintah melakukan pendekatan secara sosio kultural bukan semata-mata pendekatan keamanan. PGI mendesak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk terjun menyelidiki insiden ini secara independen. Sebab, informasi yang beredar simpang siur. Termasuk berita tentang penembakan aparat kepada warga GIDI yang melukai 11 orang dan menewaskan satu orang.
Dalam kesempatan itu, Dirjen Bimas Kristen menjelaskan bahwa saat ini di Papua sedang dilakukan rapat koordinasi di kantor wilayah Kementerian Agama Papua yang dihadiri seluruh tokoh agama di Papua. Juga, ada rapat koordinasi Sinode Pusat GIDI dengan Bupati Tolikara dan tokoh agama Tolikara. Pada kesempatan ini, Dirjen meminta maaf—mewakili pemerintah—atas kejadian ini. Saat ini, Dirjen Bimas Kristen juga meminta supaya Sinode GIDI membuat klarifikasi surat edaran GIDI yang disebut-sebut memicu kerusuhan.
Ikuti berita kami di Facebook
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...