Produksi Opium Afganistan Mencapai Rekor Tertinggi
224.000 hektare tanaman opium. Produksi tahun 2014 sebesar 6.400 ton. Setiap hektare menghasilkan 28,7 kilogram opium. Wilayah budi daya merupakan daerah paling tidak aman.
KABUL, SATUHARAPAN.COM – Narkotika masih terus menjadi ancaman secara global, dan tahun ini budi daya opium di Afganistan mencapai rekor produksi tertinggi. Demikian dilaporkan Kantor PBB untuk Narkotika dan Kejahatan (UNODC / United Nation Office on Drug and Crime) yang disampaikan hari Rabu (12/11) di Wina dan ibu kota Afganistan, Kabul.
Laporan itu menyebutkan, budi daya opium di Afghanistan meningkat tujuh persen dari 209.000 hektare pada 2013 menjadi 224.000 hektare tahun 2014. Laporan yang disampaikan bersama Departemen Anti Narkotika Afganistan itu juga menyebutkan produksi opium berpotensi meningkat sebesar 17 persen, dengan hasil diperkirakan mencapai 6.400 ton pada 2014 dibandingkan dengan 5.500 ton pada tahun lalu.
Direktur Eksekutif UNODC, Yury Fedotov, mengatakan bahwa Afghanistan tetap menjadi tantangan dan masalah narkotika global. "Kami tidak mampu untuk melihat stabilitas jangka panjang di Afghanistan,’’ kata dia mengingat besarnya budi daya bahan narkotika ini. Negara ini tergelincir ke dalam ancaman opiat, dan membutuhkan tekad yang lebih besar menangani narkotika secara serius dan nyatadikaitkan dengan pembangunan ekonomi, dan keamanan.
Paling Tidak Aman
Afghanistan sekarang memproduksi sekitar 90 persen dari opiat terlarang di dunia. Kenaikan ini terjadi setelah rekor tertinggi yang dicatat pada tahun 2013, ketika budi daya naik sebesar 36 persen dan produksi yang hampir setengah sejak 2012.
Negeri yang lama dilanda perang dan krisis keamanan itu menghasilkan rata-rata 28,7 kilogram opium pada setiap hektare budi daya pada tahun 2014. Produksi ini juga naik 9 persen dari tahun 2013 yang tercatat sebesar 26,3 kilogram per hektare.
Jumlah provinsi yang bebas dari tanaman poppy masih tetap 15. Provinsi Balkh mendapatkan status bebas poppy, tetapi Provinsi Sari Pul terjerumus kembali ke dalam wilayah produksi.
Laporan itu menyebutkan adanya hubungan antara siotuasi yang tidak aman dengan budi daya opium di negara itu sejak tahun 2007, dan terus menjadi faktor penting pada tahun 2014. Laporan menyebutkan bahwa sebagian besar budi daya opium , yaitu 89 persen, terpusat di sembilan Provinsi di wilayah selatan dan barat, yang meliputi provinsi yang paling tidak aman di negara ini.
Berpusat di Selatan
Di Provinsi Hilmand, terjadi peningkatan budi daya sebesar tiga persen, dan menjadi yang berbesar dii Afghanistan, yaitu 46 persen dari total produksi nasional). Provinsi lain yang terbesar adalah Kandahar, Farah, dan Nangarhar.
Wilayah selatan negeri itu tetap menjadi wilayah produksi opium terbesar nasional, yaitu sekitar 69 persen yang tercatat pada tahun 2014. Sedangkan wilayah barat menyumbang sekitar 16 persen.
Produksi opium di Afganistan diperkirakan sekitar US$ 0,85 miliar (lebnih dari Rp 100 triliun) dan sepadan dengan sekitar empat persen dari PDB negara itu. Namun laporan itu memperkirakan nilai opium di petani menurun 13 persen pada 2014.
Penurunan itu didorong oleh 23 persen penurunan harga di seluruh wilayah Afghanistan menjadi US$ 133 per kilogram, dan kemungkinan akibat produksi yang lebih besar dan pasokan.
Di seluruh negeri, pemberantasan yang dipimpin Gubernur menurunkan luas produksi sebesar 63 persen menjadi 2,692 hektare pada tahun 2014 dari 7.348 hektare pada 2013. Jumlah korban selama kampanye pemberantasan 2014 turun secara signifikan pada tahun 2014, yaitu 13 orangh meninggal, dibandingkan dengan 143 kematian pada tahun 2013. (unodc.org)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...