Refleksi Perayaan Kenaikan Yesus: Aman di Tangan Yesus
SATUHARAPAN.COM – Setiap Kamis, 39 hari setelah Minggu-Perayaan Kebangkitan atau Paskah, umat Kristen merayakan hari Kenaikan Yesus ke surga. Tahun 2014 ini perayaan Kenaikan Yesus jatuh pada 29 Mei.
Peristiwa Kenaikan Yesus ke surga adalah bagian dari tahap-tahap riwayat Yesus dalam proses penyelamatan Allah bagi manusia yang telah jatuh dalam dosa. Manusia yang berdosa terancam hukuman abadi, yaitu masuk dalam neraka. Namun, Allah karena kasih-Nya, merancang penyelamatan bagi manusia sehingga mereka tidak akan mengalami penghukuman kekal itu. Kitab Injil Yohanes (3:16) menyatakan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Allah melalui dan di dalam Yesus berkarya untuk penyelamatan itu, dimulai dari peristiwa mengandungnya Maria oleh Roh Kudus dan kelahiran atau Natal Yesus. Lalu diikuti oleh hidup-pelayanan-Nya, lalu kematian, kebangkitan dan kenaikan ke surga. Akhirnya, peristiwa kedatangan Yesus kedua kali di akhir kehidupan dunia lalu membawa pengikut-pengikut-Nya masuk ke dalam surga abadi.
Dalam cerita peristiwa Kenaikan, Yesus pergi dengan cara yang menakjubkan. Ia terangkat ke atas, ke langit atau surga sambil ditutupi awan. Lalu di surga, Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Ini merupakan gambaran bahwa Yesus mendapat tempat yang mulia dan dari sini Dia memerintah baik di surga dan di dunia. Yesus menyatakan ”Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi”.
Surga dalam ajaran agama-agama umumnya, dan Kristen khususnya, dipahami sebagai tempat yang berada di langit atau di bagian atas dari kehidupan manusia di dunia. Langit atau bagian atas dunia merupakan gambaran kemuliaan atau keagungan hidup. Karena itu, surga yang di atas ini disebut sebagai tempat bersemayam Allah; bahwa Ia berada di tempat yang tinggi atau Maha tinggi. Dari tempat ini Allah memerintah dengan kemuliaan dan keagungan-Nya. Walaupun begitu, dalam peristiwa-peristiwa tertentu Allah turun ke bumi untuk menangani soal manusia, seperti ketika peristiwa penciptaan Adam dan Hawa dan ketika mereka jatuh dalam dosa. Allah juga turun ke bumi ketika menebus dosa dan menyelamatkan manusia, yaitu melalui dan di dalam Yesus.
Ketika Yesus sudah naik dan berada di surga, Alkitab mengajarkan bahwa Ia sedang mempersiapkan tempat bagi para pengikut-Nya. Yesus yang sudah mengetahui kondisi di dalam surga memberitahukan kepada pengikut-Nya: “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” (Yohanes 14:1-3).
Pernyataan Yesus tersebut memberikan jaminan kepada pengikut-Nya untuk nanti akan mendapatkan tempat di rumah Bapa atau di surga. Di rumah Bapa itu , ada banyak tempat tinggal, jadi anak-anak Bapa tidak akan mengalami kekurangan tempat. Karena itu mereka tidak perlu gelisah tentang di mana mereka akan tinggal atau apakah mereka akan mendapat tempat tinggal nanti jika sudah meninggalkan dunia ini. Jaminan Yesus tentu diyakini sebagai yang benar dan pasti karena Ia yang menjamin sudah tahu kondisi rumah surgawi itu. Yesus sudah berada di sana dan memang Ia berasal dari sana. Yesus sendiri memberi jaminan itu: “Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu.” Dan karena itu “Janganlah gelisah hatimu.”
Jaminan Yesus dan perintahnya untuk jangan gelisah, pantas sekali menjadi alasan untuk orang-orang yang percaya dan mengikuti-Nya mengalami dan menjalani hidup dengan rasa aman, nyaman, damai dan sejahtera. Keadaan atau suasana hati dan hidup shalom ini harus menjadi corak hidup pengikut Yesus kapan dan di mana pun berada serta apa pun yang dihadapi dan dilakukan.
Di dalam situasi karut-marut proses demokrasi atau dalam ketegangan menyelenggarakan dan menghadapi pemilu presiden dan dugaan gejolak sosial politik yang kemungkinan terjadi yang dapat berpengaruh buruk terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, hendaknya rasa aman, nyaman dan damai di hati karena jaminan Yesus itu tetap ada di dalam diri. Bahkan hal itu lalu dapat disebarkan kepada orang lain sehingga mereka pun mengalami shalom itu.
Tema ibadah perayaan Hari Ulang Tahun ke-64 Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) pada 2014, 25 Mei yang lalu adalah “Menghadirkan Shalom Allah Di Tengah Proses Demokrasi Bangsa”. Ini menjadi sikap dan perilaku orang Kristen Indonesia dalam menjalani hidup di negara Indonesia yang sedang mengalami proses demokrasi. Tentu dasar pemikiran “menghadirkan shalom” adalah bahwa orang Kristen Indonesia sudah hidup di dalam shalom Allah yang diperoleh melalui pemberian keselamatan dalam kelahiran, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus, serta penyediaan tempat bagi pengikut-Nya di surga. Dengan shalom yang sudah dimiliki, menjadi tugas setiap orang Kristen untuk membagi-bagikan atau membawa shalom kepada masyarakat Indonesia agar masyarakat atau bangsa ini hidup di dalam shalom; bahwa proses demokrasi dapat dilalui dengan rasa aman, nyaman dan damai sejahtera.
Akhirnya, roh atau semangat perayaan Kenaikan Yesus ke surga pada Kamis, 29 Mei 2014 ini memberi kekuatan, kemampuan dan semangat kepada pengikut Yesus untuk tetap memiliki shalom dalam hidup serta dengan tekun, setia dan penuh suka cita dan syukur menjalani hidup dan berkarya demi kedamaian dan kesejahteraan umat manusia dan kemuliaan Allah.
Stanley R. Rambitan/Teolog-Pemerhati Agama dan Masyarakat
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...