Remaja Pakistan Penghadang Teroris akan Mendapat Gelar Keberanian
PESHAWAR, SATUHARAPAN.COM - Remaja Pakistan yang mengorbankan dirinya untuk menghentikan seorang pembom bunuh diri sehingga menyelamatkan nyawa ratusan siswa, akan mendapatkan penghargaan tertinggi dari negara untuk keberanian itu.
Aitzaz Hassan, 15 tahun seorang siswa tinggal di distrik Hangu di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan akan ditetapkan menjadi pahlawan nasional setelah menghadang teroris membawa bom yang datang menyerang sekolahnya pada hari Senin (6/1), dengan ratusan siswa di dalamnya.
Hassan meninggal di rumah sakit setelah pembom meledakkan dirinya di gerbang sekolah. Tidak ada orang lain terluka atau meninggal dalam insiden itu.
Kantor perdana menteri Pakistan Nawaz Sharif mengatakan telah menyarankan Presiden Mamnoon Hussain "untuk menyetujui penganugerahan gelar Sitara e Shujjat (bintang keberanian) kepada Shaheed (martir) Aitzaz Hassan.
"Shaheed (martir) tindakan berani Aitzaz telah menyelamatkan nyawa ratusan siswa dan menjadi contoh sebuah sikap luhur dan patriotisme," katanya dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Jumat (10/1) malam.
Berita dari tindakan Hassan menimbulkan ucapan sanjungan dan hormat mengalir di media sosial.
Surat kabar Pakistan, saluran TV dan situs media sosial menyanjung keberanian Hassan, menyebutnya pahlawan dan meminta supaya Hassan dianugrahi penghargaan tertinggi bangsa.
Malala Yousafzai gadis aktivis pendidikan anak perempuan, yang sebelumnya selamat setelah ditembak di kepala oleh Taliban, menyampaikan ucapan penghormatan kepada Hassan pada Jumat dengan menggambarkan dia remaja yang "gagah berani".
"Dalam mengorbankan hidupnya sendiri, Aitzaz dilindungi ratusan siswa muda yang tidak bersalah dari pembunuhan," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Saya berharap bahwa dalam memberikan hidupnya sendiri ia membantu membawa perdamaian kepada masyarakat dan negara saya," katanya.
Malala, yang tahun lalu dinominasikan untuk Nobel Perdamaian, juga menyerukan supaya pemerintah memberi penghargaan pada Hassan, "penghargaan nasional tertinggi".
"Keberaniannya tidak boleh dilupakan," kata Malala.
Ayah Hassan Mujahid Ali Bangash, mengatakan kepada AFP pada Kamis ia merasa tidak sedih tapi malah bangga atas kematian anaknya.
"Aitzaz telah membuat kami bangga dengan gagah berani menghadang pembom dan menyelamatkan nyawa ratusan murid-murid," katanya.
"Saya senang anak saya telah menjadi martir dengan mengorbankan hidupnya untuk tujuan mulia."
Pejabat polisi Shakirullah Bangash kepada AFP pada hari Kamis mengatakan bahwa Aitzaz mencegat pembom bunuh diri sekitar 150 meter dari gerbang utama sekolah, yang memiliki sekitar 1.000 siswa. (Alarabiya)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...