Rwanda Peringati 20 Tahun Genosida
KIGALI, SATUHARAPAN.COM - Rwanda memperingati peristiwa genosida yang terjadi 20 tahun. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki –moon, dalam kunjungan ke Kigali, Ibu kota Rwanda, pada hari Minggu menekankan perlunya masyarakat internasional belajar dari kekejaman tersebut dan untuk memastikan bahwa hal itu tidak terjadi lagi.
Ban di Rwanda berpartisipasi dalam peringatan resmi hari Senin (7/4). Pada 20 tahun lalu setidaknya 800.000 orang dari etnis Tutsi dan Hutu meninggal pada tahun 1994 selama tiga bulan pertumpahan darah menyusul meninggalnya presiden Juvenal Habyarimana.
Kepada wartawan dan Presiden Rwanda, Paul Kagame, Sekjen PBB mengatakan bahwa dia akan menggunakan kesempatan itu untuk menegaskan kembali "komitmen kuat" masyarakat internasional untuk memastikan bahwa kengerian genosida tidak terjadi lagi.
"Ini seharusnya tidak pernah terjadi dalam sejarah manusia," kata dia kepada wartawan, mengacu genosida di negeri itu. Dia menggarisbawahi kebutuhan untuk mengambil pelajaran pada tragedi tersebut, terutama pada kengerian yang terjadi di Rwanda pada tahun 1994 dan Srebrenica pada tahun 1995, dan untuk memastikan bahwa kekejaman seperti itu tidak pernah terjadi lagi.
Sekjen PBB itu mengatakan bahwa pembunuhan massal yang terjadi di Rwanda dan Srebrenica adalah "simbol kegagalan" dari masyarakat internasional.
Masyarakat internasional tidak bisa mengklaim peduli terhadap kejahatan kekejaman dan kemudian surut dalam upaya mencegahnya. “Para pemimpin dunia harus berbuat lebih banyak untuk mencegah, dan untuk melawan kekejaman yang terjadi di depan mata kita," kata Ban.
"Banyak orang di mana pun yang berada pada posisi yang rentan, dari Suriah ke Republik Afrika Tengah, dan mereka bertanya pada diri sendiri apa lagi yang bisa mereka lakukan untuk membangun sebuah dunia di mana hak asasi manusia dan martabat untuk semua. Mari kita tunjukkan untuk menghadapi ancaman yang mengerikan bahwa mereka tidak sendirian atau ditinggalkan,” kata Ban.
Peringatan pada hari Senin di Kigali merupakan bagian dari rangkaian acara yang dikenal sebagai “Kwibuka 20” dan bertema "Ingat, Bersatu, Memperbarui”. Peringatan bertujuan untuk mengingat orang-orang dibunuh di Rwanda, mengambil inspirasi dari kemampuan orang-orang Rwanda untuk bersatu dan berdamai, dan menghargai tekad mereka untuk memperbarui negara mereka. (un.org)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...