Said Aqil: Islam Nusantara Mulai Diterima Dunia
SURABAYA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menegaskan bahwa Islam Nusantara kini mulai diterima dunia, karena Islam Nusantara yang dikembangkan para ulama NU itu bisa bergandengan secara damai dengan siapa pun.
“Para ulama Afghanistan, Thailand, Malaysia, Filipina, dan sejumlah negara Timur Tengah juga mulai menyekolahkan anak-anak mereka ke Indonesia untuk belajar Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah,” katanya dalam sambutan pada Peluncuran Sukses Muktamar ke-33 NU di Gedung PWNU Jatim, Surabaya, Sabtu (14/3) malam.
Dalam peluncuran yang ditandai dengan istighatsah (doa bersama memohon keselamatan), tahlil, shalawat, dan pagelaran wayang dengan lakon “Nur Kala Kalidasa” oleh dalang Ki Enthus Susmono itu, ia mengaku dirinya juga baru saja menerima penghargaan dari AS sebagai pemimpin dunia nomor 17 yang mewujudkan kedamaian dunia.
“Pak Imam Aziz (salah seorang Ketua PBNU yang kini menjabat Muktamar Ke-33 NU) juga akan segera ke Patani, Korea untuk menerima penghargaan dari negara itu atas prestasi dalam mengembangkan rekonsiliasi dengan beberapa keluarga PKI yang masih hidup,” katanya.
Di hadapan Gubernur Jatim Soekarwo, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Eko Wiratmoko, Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf, ulama dan pengurus cabang NU se-Jatim, ia mengatakan Islam Nusantara (Aswaja) yang dikembangkan para ulama NU merupakan jalan tengah yang menyelamatkan masyarakat dari konflik dari zaman ke zaman.
“Konflik politik Mu`tazilah-Khawarij melahirkan Aswaja (Imam Hasan Al-Basri), konflik antara rasionalitas dan spiritualitas melahirkan Ilmu Kalam (Imam Abu Hanifah), konflik dalam penafsiran Quran dan Hadis melahirkan Ilmu Fiqih dengan Ijmak dan Qiyas (Imam Syafii), serta konflik hakikat dan syariat yang melahirkan tarekat (Imam Ghazali),” katanya.
Perkembangan terakhir adalah konflik antara negara dengan agama “Konflik negara-agama itu dirumuskan KH Hasyim Asyari (Pendiri NU) dengan konsep Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam satu agama), Ukhuwah Basyariah (persaudaraan dalam satu bangsa), dan Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan dalam satu negara),” katanya.
Bahkan, katanya, Ukhuwah Wathoniyah mungkin lebih utama daripada lainnya. “Itu karena kita lahir, bertindak, bekerja, dan beribadah di atas Tanah Air ini. Tidak mungkin kita bisa beribadah kalau kita tidak memiliki Tanah Air, karena itu para ulama NU menyatakan cinta Tanah Air itu sebagian dari iman,” katanya.
Oleh karena itu, ajaran Islam yang dikembangkan para ulama melalui organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (NU) yakni Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) itu kini menjadi perhatian dunia, karena itu Muktamar Ke-33 NU di Jombang pada 1-5 Agustus 2015 mengangkat tema Islam Nusantara.
“Islam Nusantara yang berpaham Aswaja yang dimotori NU juga sering tanyakan para diplomat asing yang berkunjung ke Kantor PBNU, terutama duta-duta besar dari Eropa,” kata Said Aqil yang mencalonkan diri lagi sebagai ketua umum dalam Muktamar 2015 di Jombang itu.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Jatim Soekarwo juga menyampaikan terima kasih atas peran NU yang menghargai kebinekaan bangsa Indonesia, karena hal itu menyebabkan terjadinya titik temu antara agama dan negara, sehingga kehidupan masyarakat menjadi aman dan nyaman yang akhirnya masyarakat bisa sejahtera.
Muktamar Ke-33 NU itu akan dihadiri 4.000-an peserta dan 5.000-an penggembira. Lokasi pembukaan di Alun-alun Jombang, tapi lokasi muktamar akan tersebar pada empat pesantren yakni Pesantren Tebuireng, Pesantren Denanyar, Pesantren Bahrul Ulum, dan Pesantren Rejoso-Peterongan.
“Lokasinya mungkin agak ruwet, tapi kita menghormati para pendiri NU. Kita ingin napak tilas, sekaligus mencari barokah dan belajar kepada para pendiri NU,” kata Ketua Panitia Daerah Muktamar Ke-33 NU H Saifullah Yusuf yang juga Wagub Jatim. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...