Senjata Kimia Suriah Dimusnahkan di Jerman
MUNSTER, SATUHARAPAN.COM - Senjata kimia Suriah akan dihancurkan di fasilitan uji senjata masa Perang Dunia I di Jerman. Tempat itu merupakan kawasan di hutan yang dikelilingi pagar kawat dan dijaga secara ketat.
Kawasan itu memiliki fasilitas yan dikenal sebagai GEKA, perusahaan milik negara Jerman untuk membuang bahan senjata kimia. Di sana terdapat insinerator dan tungku untuk bahan peledak yang terbukti dapat dengan aman meledakkan amunisi dengan kekuatan destruktif dari dua ton TNT.
Sementara itu, Misi bersama PBB dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons / OPCW ) memverifikasi bahwa ada dua kiriman lebih bahan senjata kimia Suriah meninggalkan pelabuhan Latakia. Di antara yang diangkut itu termasuk gas mustard, bahan kimia prioritas 1, seperti dilaporkan PBB hari Rabu (5/3).
Sesuai resolusi Dewan Keamanan PBB, Suriah harus menghancurkan seluruh senjata kimia dan senjata pemusnah missal. PBB menyebutkan bahwa sejauh ini sudah sepertiga dari senjata kimia Suriah dihancurkan, kata Sigrid Kaag, Koordinator Khusus untuk misi gabungan itu.
Suriah, menurut Kaag dalam pertemuan di Den Haag, hari Rabu menyebutkan, meminta mengajukan proposal revisi ke OPCW yang bertujuan untuk menyelesaikan penghapusan semua bahan kimia dari negara itu sebelum akhir bulan depan.
Pemusnahan di Jerman
Penghancuran senjata kimia Suriah di Jerman di lakukan di lokasi yang memiliki fasilitas berteknologi tinggi dan berada di tempat terpencil. Di sini biasanya digunakan untuk menghancurkan amunisi dari dua perang dunia itu. Di sini senjata dengan gas mustard dari gudang Presiden Bashar Al-Assad akan berakhir.
"Ini bukan taman bermain petualangan," kata juru bicara GEKA dengan bergurau pada hari Rabu (5/3) kepada wartawan mengunjungi situs pemusnahan senjata kimia. Di sana ada bau tersamar tanah yang terkontaminasi gas mustard dalam kantong yang berembus melalui ruang penyimpanan. "Anda tidak akan mengadakan pesta ulang tahun untuk anak-anak di sini,” kata dia.
Sekitar 140 staf bekerja di situs tersebut yang lokasinya berdekatan dengan tempat latihan militer, di mana terdengar gema suara tembakan senapan di tengah hutan cedar.
Situs ini berada di Munster, sekitar 70 kilometer di selatan dari Hamburg, Jerman. Di sana Jerman pernah mengembangkan senjata kimia selama Perang Dunia I, dan gas mustard pertama kali diuji untuk ditembak. Gas ini merupakan bahan kimia senjata yang menghancurkan.
"Bahan ini menyerang kulit dan menyebabkan lecet dan luka, serta sangat karsinogenik," kata Kepala GEKA Andreas Krueger. "Jika masuk dalam pernafasan Anda, akan menyerang paru-paru dan selaput lendir, termasuk mata."
GEKA membantu memusnahkan senjata kimia Suriah, dan dia berkata, "Anda berpikir tentang bagaimana bisa setelah 100 tahun sejak awal Perang Dunia I, senjata ini masih masalah.”
"Tapi Anda juga harus ingat bahwa OPCW dan seluruh upaya ini telah memenangi Hadiah Nobel Perdamaian musim gugur lalu. Itu insentif dan sumber kebanggaan jika Anda terlibat, bahkan dalam cara yang kecil."
Sebad Senjata Mematikan
Satu abad telah berlalu sejak gas racun mematikan pertama digunakan dan mengakibatkan tentara Eropa yang bersembunyi di pari terbunuh dan menderita cacat. Namun kengerian akibat pembunuh tanpa pandang bulu ini belum bisa dihilangkan dari sejarah.
Tahun lalu, pada tanggal 21 Agustus, roket yang sarat dengan bahan kimia sarin yang menyerang syaraf menghantam pemukiman di pinggiran kota Damaskus, Suriah dan membunuh ratusan orang.
Dunia dikejutkan oleh rekaman video di media yang konon diambil setelah serangan itu. Video menunjukkan laki-laki dan anak-anak menjadi kejang dan nyeri, mata berkedip-kedip dan mu mulut berbusa.
Pihak oposisi Suriah, bersama dengan Amerika Serikat, Uni Eropa dan Liga Arab, menyalahkan serangan itu pada pasukan Al-Assad. Namun klaim itu ditolak oleh rezim dan sekutunya, Rusia.
Di bawah ancaman serangan militer AS, rezim Assad setuju untuk menandatangani Konvensi Senjata Kimia dan menyerahkan 1.300 ton persediaan senjata kimia pada pertengahan 2014.
Senjata kimia itu harus dihancurkan di bawah pengawasan PBB dan OPCW. Senjata itu diserahkan Suriah dan akan dibawa kapal perang AS MV Cape Ray di Laut Mediterania.
Jerman, bersama dengan Inggris, telah menawarkan bantuan untuk membuang limbah sekunder yang disebut hidrolisat, yang mirip dengan limbah industri. Sekitar 370 ton sampah akan dikirim dalam beberapa bulan dalam selusin kontainer ke pabrik di Jerman, dan akan dihancurkan dengan dibakar pada suhu 1.000 derajat Celsius di insinerator.
Sisa Perang Dunia
Daerah di sekitar GEKA telah terkontaminasi senjata kimia sejak tahun 1919, ketika sebuah ledakan melenyapkan segala sesuatu dalam radius tiga kilometer. Dalam Perang Dunia II daerah itu kembali digunakan untuk penelitian dan produksi senjata kimia, hanya untuk kemudian dihancurkan oleh pasukan pendudukan Inggris setelah tahun 1945.
Tentara Jerman mengambil alih kembali pada tahun 1950, dan sejak itu Jerman berurusan dengan warisan dari dua perang dunia yang meninggalkan tanah yang terkontaminasi dan penuh dengan artileri yang tidak meledak.
Munisi masih ditemukan di kawasan ini, dan dideteksi dengan kendaraan unit X-ray yang menemukannya dan memasukkan ke wadah logam untuk diledakkan.
Bahan-bahan kimia sisa perang kemudian dipisahkan dari bahan peledak dan detonator. Proses ini ditangani dengan menggunakan gergaji remote control, dan kemudian dibakar selama delapan sampai 12 jam.
Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier, pada Januari mengumumkan bahwa Jerman akan meminjamkan keahliannya untuk membantu penghancuran senjata kimia Suriah. Dia mengatakan bahwa "masyarakat internasional memiliki kewajiban untuk memastikan senjata kimia dihancurkan.” (un.org / AFP)
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...