Soka Jawa, Bunga Harapan bagi Penderita Tumor
SATUHARAPAN.COM – Soka jawa adalah tanaman bunga yang acap menghiasi halaman rumah, mengingat sifat tanamannya yang berbunga tanpa kenal musim. Bentuk tumbuhannya yang selalu hijau dengan bunga yang hampir selalu mekar menyebabkan soka jawa juga acap dipilih menjadi tanaman pagar yang dapat dibentuk.
Dikenal sebagai obat herbal dalam tradisi pengobatan kuno India, para ahli India belakangan ini mulai menggali khasiat dari kandungan senyawa aktifnya sebagai obat.
Soka jawa adalah tanaman hias dari famili Rubiaceae, yang memiliki nama ilmiah Ixora javanica. Tercatat terdapat 545 spesies dalam famili Rubiaceae.
Spesies soka jawa hidup di daerah dengan iklim tropis, mengutip dari situs tropical.thefrens.info, tersebar di Asia timur, timur laut India, Myanmar, Thailand, Kamboja, Vietnam, Malaysia, Indonesia. Di daerah penyebarannya, soka dikenal dengan berbagai nama seperti bunga siantan, jarum-jarum, jejarum, pokok pecah periuk (Malaysia). Nama lokal lain yang dikenal adalah viruchi, rangan, kheme, ponna, chann tanea, techi, pan, jungle flame, atau jungle geranium.
Walaupun memiliki nama javanica di nama ilmiahnya, mengutip dari situs asiaplant.net, soka jawa dapat ditemukan di Kalimantan dan Sulawesi, selain Pulau Jawa. Di Kalimantan, tanaman ini dikenal dengan nama boyu bukit atau bunga jarung.
Pada kenyataannya, sekalipun termasuk kategori tumbuhan tropis, bunga soka dapat tumbuh di daerah subtropis seperti Florida di Amerika Serikat. Di wilayah itu, warga menyebutnya west indian jasmine.
Soka jawa, mengutip dari Wikipedia, termasuk tumbuhan berkayu. Batang soka jawa berwarna cokelat agak kehijauan dan tingginya bisa mencapai 120 cm. Sumber lain menyebutkan tinggi tumbuhan dapat mencapai 11 meter. Tanaman ini biasa hidup membentuk semak. Batang soka jawa berbentuk bulat dan berkulit.
Daun soka jawa adalah daun tunggal, setiap tangkai daun hanya mendukung satu helaian daun. Daun soka jawa tersusun berpasangan dan saling berhadapan. Panjang helaian daun antara 10 cm hingga 12 cm, berbentuk oval atau hampir oval, dengan pangkal daun tidak bertoreh. Tepi daun soka jawa rata dan permukaan daunnya berwarna hijau mengkilap. Semakin tua daun, warna hijaunya semakin tua.
Bunga soka jawa terdiri atas kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, kepala sari, dan tangkai bunga. Warna mahkota bunganya merah, atau oranye. Bunga soka jawa ini berkumpul menjadi satu pada bagian pucuk-pucuk tanaman. Wikipedia menyebutkan bunga soka jawa memiliki waktu mekar yang cukup lama mulai dari bulan Mei hingga September. Bunga soka jawa termasuk bunga yang banyak menarik perhatian kupu-kupu.
Buah soka jawa adalah buah buni, berdiameter 10 mm, berwarna merah keunguan.
Sekalipun termasuk mudah dirawat, soka jawa membutuhkan pencahayaan yang cukup intensif dan pengairan yang cukup untuk pertumbuhannya. Situs asiaplant.net menyebutkan soka jawa tumbuh dengan baik hingga ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut.
Pengobatan Kuno India
Selain ditanam sebagai penghias halaman rumah, bunga soka jawa di beberapa daerah acap dipanen untuk dimanfaatkan sebagai bunga tabur. Di India, bunga soka menjadi bagian penting dalam ritual peribadatan, juga dalam pengobatan tradisional termasuk pengobatan kuno ayurveda.
Menurut penelusuran yang dituliskan di asiaplant.net maupun tropical.theferns.info, bunga soka jawa juga secara tradisional dikategorikan sebagai sayuran. Di Thailand, bunga yang masih kuncup, juga bijinya yang masih muda, dimanfaatkan sebagai bahan sayuran sup yang disebut kaeng liang.
Beberapa tahun belakangan, seperti dikutip dari tropical.theferns.info, para ahli mulai mengeksplorasi khasiatnya sebagai obat, termasuk menggali kandungan aktifnya sebagai penangkal tumor.
Peneliti dari India, SC Nair dan KR Panikkar, contohnya, seperti dapat dibaca di sciencedirect.com, meneliti kemungkinan kandungan senyawa aktif bunga soka untuk menangkal pertumbuhan tumor, dalam penelitian berjudul “Antitumour Principles from Ixora Javanica”. Walaupun penelitian masih menggunakan hewan percobaan mencit, penelitian itu memberikan harapan besar untuk dikembangkan.
Bukan hanya bunga soka, peneliti dari Amala Cancer Research Center, Amala Nagar, di Kerala, India tersebut, juga meneliti aktivitas sitotoksik pada daun soka dalam penelitian yang dimuat di Indian Journal of Pharmaceutical Science.
Editor : Sotyati
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...