Suami Istri Dibakar karena Tuduhan Membakar Al-Quran
Pakistan dinilai gagal melindungi hak-hak warga kelompok minoritas; Definisi dalam hukum tentang menghujat dinilai tidak jelas; Mengajukan bukti sendiri bahkan bisa dianggap sebagai tuduhan baru.
ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM – Pasangan suami-istri dibunuh dan dibakar karena dituduh menodai Al-Quran di Pakistan, pada hari Selasa (4/11). Polisi menangkap puluhan orang pada hari Rabu (5/11). Demikian diberitakan situs Al Arabiya.
Penghujatan dianggap sebagai pelanggaran serius di kalangan Muslim konservatif di Pakistan, di mana mereka yang dituduh melanggar kadang-kadang digantung di tempat kejadian.
Insiden terbaru itu terjadi di sebuah desa di Provinsi Punjab, ketika seorang ulama lokal mengatakan kepada komunitasnya melalui pengeras suara di masjid dan menyerukan untuk menghukum pasangan suami istri Kristen karena dituduh membakar beberapa halaman Al-Quran, kata sumber dari polisi setempat.
Massa kemudian berkumpul di luar rumah Shehzad Masih (32 tahun), dan istrinya Shama (20 tahun). Massa menyeret mereka keluar rumah dan memukuli mereka sampai meninggal, kata polisi. Tubuh mereka kemudian dibakar di dalam tungku batu bata di mana mereka bekerja.
"Kami telah menangkap 44 orang. Ini adalah masalah lokal terkait hasutan oleh mullah dari masjid setempat," kara Jawad Qamar, seorang kepala polisi regional, kepada Reuters. "Tidak ada kelompok sektarian tertentu berada di balik serangan itu."
Tuduhan penghujat sering terjadi di Pakistan yang mayoritas penduduknya Muslim, termasuk yang diajukan ke pengadilan dengan ancaman hukuman mati. Mereka yang dituduh sulit untuk melawan karena hukum tidak mendefinisikan secara jelas apa yang dimaksud dengan menghujat. Mengajukan bukti sendiri bahkan kadang-kadang dianggap sebagai pelanggaran baru.
Sementara warga Kristen yang menempati sekitar empat persen dari populasi Pakistan cenderung terpinggirkan di mana militan Muslim Sunni sering menarget kan mereka dengan serangan bom, karena dianggap sesat. Mereka itu termasuk warga Kristen, kelompok Sufi dan Muslim Syiah.
Juru bicara polisi Punjab, Nabila Ghazanfar, mengatakan bahwa pasangan itu, seperti banyak orang Kristen yang miskin di daerah, bekerja di sebuah tempat pembuatan batu bata milik seorang pria lokal yang juga telah ditangkap oleh polisi.
"Tiga hari yang lalu, rekan kerja mereka menuduh bahwa mereka memiliki halaman kitab suci Al-Quran yang terbakar. Pada hari Selasa pagi, massa berkumpul di luar rumah mereka, menyeret mereka keluar, memukul dan membakar mereka di pembakaran batu bata yang sama di mana mereka bekerja," katanya.
Negara Gagal Melindungi
Semua minoritas di Pakistan merasa bahwa negara telah gagal melindungi mereka, dan bahkan mentolerir kekerasan terhadap mereka. Seorang wartawan lokal, yang berbicara dengan syarat anonim karena alasan keamanan, mengatakan polisi terlalu lambat untuk bertindak melindungi pasangan itu.
"Polisi tidak menganggapnya serius. Kemudian mereka mengirim lima petugas ke tempat itu," kata wartawan. "Pasangan ini meronta-ronta dan dibakar di hadapan mereka."
Bulan lalu seorang pria Inggris dengan sejarah menderita gangguan mental, dijatuhi hukuman mati karena tuduhan menghujat. Dia ditembak oleh penjaga penjara di selnya.
Pada bulan Oktober, pengadilan Pakistan mengukuhkan hukuman mati terhadap seorang perempuan Kristen, Asia Bibi, yang juga dituduh menghujat. Kasus ini menarik perhatian dunia dan menjadi berita utama global setelah dua politisi terkemuka yang mencoba untuk membantunya dibunuh.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...